Keesokan harinya, Asya kembali menjalani hari-hari seperti biasa. Masuk sekolah dan memulai rapat OSIS untuk kembali membahas tentang acara perayaan ulang tahun sekolah. Anjani masih seperti hari-hari sebelumnya. Sering menangis sendiri dan berteriak seperti orang gila. Padahal Asya kira perasaan Anjani kini sudah jauh lebih baik. Namun nyatanya, hanya ada sedikit perubahan yang ada dalam diri Anjani.
Namun Asya bersyukur karena Anjani sudah tidak menolak dirinya seperti hari-hari sebelumnya. Meskipun terkadang sikapnya terkesan dingin dan cuek, namun Asya senang karena Anjani kali ini tidak mengabaikan setiap perhatian kecilnya. Asya bahagia. Menurutnya hal ini adalah suatu kemajuan besar. Dan dengan itu, Asya menjadi lebih bersemangat untuk mencari uang agar Anjani bisa sembuh. Apa pun caranya.
Kini Asya sedang berada di ruang rapat. Duduk di samping Sang Ketua OSIS sambil menjelaskan beberapa hal yang perlu dia sampaikan. Semuanya mendengarkan dengan saksama. Bahkan sebagian dari mereka beberapa kali mengangguk pertanda menyetujui pendapat yang barusan dia sampaikan.
Berbeda dengan anggota OSIS yang lain, Bagas justru seperti malas untuk menanggapi ocehan Asya. Namun untuk menjaga image di depan adik kelasnya, maka Bagas berusaha untuk bersikap profesional.
"Perayaannya tinggal menghitung hari. Gue harap, pas hari H nanti semuanya benar-benar udah dipersiapkan secara matang. Syukur-syukur, sih, nggak ada gangguan atau semacamnya. Tugas-tugas yang gue sama Bagas kasih udah mulai kalian kerjakan, kan?" Asya bertanya.
Salwa mengangguk. "Udah kok. Kalo gue, sih, tinggal tahap finishing doang. Nanti kalo udah beres gue langsung bilang ke lo dan minta pendapat lo."
Asya mengangguk paham.
"Gue juga udah. Kalo gue tinggal beberapa tahap lagi selesai, sih. Belum lagi gue harus nyiapin beberapa proposal buat acaranya tambah meriah. Tapi gue usahain pasti selesai dalam waktu cepat kok." Bayu ikut menyahut.
"Pelan-pelan aja nggak pa-pa kok. Yang penting, kan, bagus dan selesai. Jangan buru-buru banget gitu, nanti malah takutnya hasilnya nggak sesuai sama ekspektasi lo, Bay." Asya tertawa pelan disambut dengan kekehan kecil anggota OSIS yang lain terkecuali Bagas.
"Ini sebenernya yang jadi Ketua OSIS gue atau Asya, sih? Kok kayak semuanya pada nurut sama Asya sedangkan sama gue enggak? Kalau kayak gitu caranya, sih, mending Asya aja yang jadi Ketua OSIS. Biar gue yang mundur." Ucapan Bagas yang tiba-tiba membuat suasana ruangan menjadi hening.
"Gas? Kok ngomongnya gitu, sih? Lo, kan, Ketua OSIS dan Asya itu, kan, sekretaris. Kalian berdua itu, kan, harusnya udah saling kerjasama dong. Kalau menurut kita Asya bener, ya, kita bakal patuhin dan jalanin. Lagian lo dari kemarin kenapa nggak ngeluarin pendapat coba? Katanya Ketua OSIS, tapi kok kayak nggak bertanggungjawab?" cibir Sabrina. Ikut merasa kesal atas sikap Bagas yang menurutnya sangat tidak pantas.
Bagas yang dibilang tidak bertanggungjawab pun memprotes. Bagas menunjuk-nunjuk Sabrina dengan wajah kesal. "Heh! Lo kurang sopan lo sama Ketua OSIS. Gini-gini juga gue kudu dihormati tau nggak?! Kalo kayak gini caranya gue merasa nggak dihargai sebagai Ketua OSIS. Gimana sih!" Bagas menyandarkan tubuhnya sambil melonggarkan dasi yang seperti mencekik lehernya.
"Gas. Tolong dong kerjasamanya. Acara perayaan ulang tahun sekolah tinggal tiga hari lagi. Waktu kita nggak banyak. Kita tuh harus ngedepanin kekompakan kita sekarang. Jangan bawa-bawa jabatan dulu bisa? Ketua OSIS atau apa pun itu semuanya sama kok. Nggak ada yang beda. Tua atau muda semuanya harus dihormati.
"Emangnya lo mau kalau seandainya acara yang udah kita susun secara susah payah hancur berantakan? Emangnya lo mau kalau kerja keras kita berujung sia-sia? Enggak, kan? Untuk saat ini tolong jangan egois. Kasian anggota yang lainnya juga, Gas." Asya angkat bicara. Merasa jengah dengan sikap kekanakan Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany (✓)
Teen FictionEPIPHANY. Epiphany adalah sebuah kejadian atau momen yang terjadi dalam hidup dan mampu mengubah jalan hidup atau pemikiran seseorang. Ini kisah tentang Anjani dan adiknya-Asya. Mereka berdua hidup dengan sebuah perbedaan yang mampu membuat mereka m...