EP 24 🥀

51 13 3
                                    

Ada yang tidak tahu siapa kamu, tidak tahu masalah yang kamu hadapi, hanya mendengar dari orang lain. Tapi dia menghakimimu bukan main.

– Boy Candra

🥀

Kasus tentang permasalahan Asya masih berlanjut. Setidaknya sudah satu minggu ini Asya mendapatkan bully-an dari siswa-siswa yang lain. Permasalahan Asya belum juga menemui titik terang. Orang yang telah menyebarkan berita tentang itu sangat pandai menutupi dirinya sendiri.

Namun bak bangkai yang seberapa lama tersembunyi namun akan tercium juga. Hari ini Bagas memberitahukan kepada Asya dan kedua temannya kalau Ayahnya sudah berhasil melacak akun tersebut. Bagas bilang kalau orang yang sudah menyebarkan informasi seperti itu adalah teman kelas Asya sendiri.

Saat ini Asya, Salwa, Bagas, dan Bayu sedang berada di kelas XI IPA 1. Kelas dimana Asya dan Salwa berada. Mereka tengah menunggu Bagas bilang siapa orang yang sudah menyebarkan berita itu. Teman-teman kelas Asya kebingungan saat ada anak kelas lain yang mendatangi kelas mereka.

Salah seorang siswa bertanya, "Mau ngapain kalian ke sini? Ini bukan kelas kalian. Sana pergi." Usirnya yang tidak diindahkan oleh Bagas dan juga Bayu.

"Kita di sini karena ingin menyelesaikan masalah yang udah menimpa Asya. Masalah di mana ada seseorang yang dengan tega menyebarkan berita tentang aib keluarga dia. Dan dengan itu kalian tega karena telah mem-bully Asya habis-habisan. Mari kita lihat siapa orang yang tidak berperasaan itu." Bayu menegaskan membuat suasana kelas menjadi hening.

Asya sudah dag-dig-dug sendiri. Kira-kira siapa teman sekelasnya yang sudah menyebarkan berita tentang keluarganya? Asya punya salah apa dengan orang itu? Mengapa dia sangat tega melakukan hal semacam ini?

Bayu menoleh ke arah Bagas. Memberi kode agar gantian Bagas yang berbicara. Bagas mengangguk, ia berdehem sebentar. "Awalnya gue pikir ini masalah kecil yang beberapa hari bakal kelar dan kalian bakal berhenti bully Asya." Suara Bagas mulai terdengar. "Tapi ternyata gue salah. Kalian semua lebih ganas daripada yang gue kira." Sindiran Bagas membuat mereka semua bungkam.

Bagas kembali melanjutkan, "Akhirnya gue minta bantuan Ayah gue buat ngelacak akun Instagram yang udah nyebarin berita tentang keluarga Asya. Akun itu memang udah keblokir, tapi bukan nggak mungkin kalo kita masih bisa melacaknya. Dan gue, udah tau siapa orang itu." Bagas tersenyum miring.

Teman-teman kelas Asya langsung pada berbisik. Mereka menanyakan siapa orang yang dimaksud oleh Bagas. Apakah mereka berada di kelas ini? Tapi siapa?

"Untuk orang yang gue panggil namanya, tolong maju ke depan." Interupsi Bagas. Bagas melirik ke arah seorang gadis yang sedang menunduk ketakutan. Dia tersenyum sinis, "Iris Maylafaisha."

Gadis bernama Iris tersentak. Dia refleks mendongak dan mendengar bisikan-bisikan tak sedap mulai terdengar. Tubuh Iris bergetar hebat. Dia maju ke depan dengan langkah takut. Iris menunduk saat sudah sampai di samping Bagas.

Asya menatap Iris dengan tidak percaya. Dia menyentuh lengan Iris. Iris mendongak, pandangan matanya bertemu dengan Asya. Dapat Iris lihat tatapan kecewa yang mengarah pada dirinya.

"Iris? Beneran ... gue ... nggak nyangka,"

Asya menutup mulutnya. Bahunya melemas. Namun Salwa dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak tumbang. Namun Bagas menginterupsi Asya agar tetap tenang dan diam. Bagas berkata, "Jangan gegabah dulu. Kita dengerin penjelasan dari Iris dulu. Apa maksud dia nyebarin berita kayak gitu."

Asya mengangguk. Dia menatap Iris seolah menuntut penjelasan.

Iris menatap teman-temannya dengan takut. Karena mereka mulai membisikan bahkan tanpa segan mencaci Iris. Iris menarik napas panjang. "Bukan gue pelaku utama di balik masalah ini." Suara bergetar Iris terdengar.

Epiphany (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang