S A T U

15.3K 766 27
                                    

"Sometimes the hardest part isn't letting go,

but rather learning to start over."

- Nicole Sobon

***

Airlangga

Malam ini, hujan deras mengguyur Ibukota. Tepat pukul 21.00, aku memarkir mobilku di carpot rumah sesaat setelah mengunjungi rumah Ibuku di Bogor. Rumah dengan dua lantai tanpa pagar, yang berisikan keluarga kecilku. Aku, Arinda, dan Ashilla.

"Aku mau cerai." Ucap Arinda tiba-tiba.

Aku tak terkejut sama sekali dengan ungkapan itu, karena aku sudah mengira kalimat itu yang akan keluar dari mulutnya.

Perlahan, aku menatap seorang anak perempuan yang tertidur di kursi belakang. Ashilla Ainayya Chandrama, buah hatiku dengan Arinda yang lahir lima tahun silam.

"Why?" Tanyaku.

"Nggak cinta." Jawabnya pelan seraya menundukan kepalanya.

Aku menghembuskan nafas kasar, ini bukan pertama kalinya ia memintaku untuk melepasnya.

"Sejak kapan?" Ucapku.

Arinda terdiam, "Mas, please aku nggak mau nyakitin kamu terus dengan hubungan kita yang kayak gini." Ucapnya.

Aku menghiraukan segala ucapannya, "Setelah punya Ciya?" Tanyaku lagi.

"Mas.." ucapnya sambil menatapku.

"Kita omongin lagi nanti, kasian Ciya tidur di mobil kelamaan." Ucapku seraya turun dari mobil lalu menggendong Ciya masuk kedalam rumah.

Aku menggendong Ciya menuju kamarnya. Ciya memang sudah tidur sendiri sejak berumur empat tahun. Aku menatap wajah Ciya yang sedang tidur pulas lalu mengelus pelan puncak kepalanya.

"Ciya, Papi harus apa?" Ucapku pelan.

***

Aku dan Arinda bertemu di sebuah festival musik Jazz  tujuh tahun silam, kejadian tak sengaja saat itu  berakhir dengan sebuah nomor handphone yang ku dapatkan langsung darinya. Arinda adalah sosok wanita yang bisa membuatku lupa dengan duniaku jika sudah dengannya.

Arinda berkerja sebagai Trend Analyst di sebuah Kantor Majalah Fashion milik Prancis. Dunia kami mirip, itu yang membuatku berpikir akan jauh lebih mudah menjalaninya jika kami bersama. Secara tuntutan, Arinda tak banyak menuntut karena ia paham dengan ritme kerjaku, namun ternyata segalanya tak berjalan semulus dengan apa yang aku pikirkan.

Aku memasuki pintu kamarku, dan meliat Arinda yang sedang duduk sambil menghapus make up-nya.

"Aku jadi dipindah ke cabang Hongkong." Ucapnya.

Aku terdiam.

Beberapa bulan ini ia memang sudah digadang-gadang akan dipindah tugaskan ke kantor cabang Hongkong dengan posisi yang sama.

"Mas.." ucapnya lagi.

"Kapan?" Tanyaku singkat.

"Bulan depan." Ucapnya pelan.

Aku menghela nafas panjang dan mengusap pelan wajahku.

"Yaudah." Jawabku.

Arinda menatapku bingung.

"I can't force you to stay with me , so I won't prevent you from leaving. Nda, aku minta maaf." Ucapku pelan.

"Mas, aku minta maaf." Ucapnya.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang