Airlangga
"Kalo lo sayang, harusnya nggak lo lepas! Kejar Ji, jangan jadi bodoh dua kali. "
Kata-kata Ojan semalam berhasil membuatku terjaga semalaman. Ojan bertanya tentang keseriusanku dengan Tere karena menurutnya ada hal yang belum kami selesaikan walaupun kata "selesai" sudah terucap dari mulutku.
Aku beranjak dari kasurku saat handphone-ku memunculkan sebuah pesan.
From : Asvathama
Lo nggak lupa gue ulang tahun kan? Nggak mau ngucapin langsung? Jam 20.00 temuin gue ya, ajak anak gue sekalian. Nanti gue share lokasinya.Aku menari nafas panjang, kemudian berjalan menuju kamar Ciya. Aku menatapnya yang sedang sibuk dengan ipad-nya.
"Papi!" Sapanya.
Aku tersenyum, "udah telfon maminya?" Tanyaku.
Ia mengangguk, "tadi Ciya cerita kalo yang bantu Ciya buat surat itu tante Tere. Kata mami, suratnya bagus." Ucapnya berseri-seri.
"Ciya suka banget ya sama tante Tere?" Tanyaku tiba-tiba.
Ia mengangguk sambil tersenyum.
"Banget. Papi suka juga kan?" Ucapnya balik bertanya.Aku mengangguk, "Ciya siap-siap yuk. Kita ketemu om Ojan. Om Ojan ulang tahun." Ucapku.
Ia bangkit dari duduknya, "Ciya mau pake baju yang Om Ojan kasih kemaren boleh nggak Papi?" Tanyanya yang mendapat anggukan dariku.
***
Aku dan Ciya berjalan menyusuri tempat yang Ojan berikan, Namun tak kunjung ku temui sosoknya.
"Tante Tere!" Panggil Ciya tiba-tiba.
Aku menatap kemana arah panggilan Ciya, dan aku menemukan sosok wanita itu disana. Tere duduk disana, bersama Ojan. Dengan matanya yang masih sembab.
Ojan tersenyum dan mendekap Ciya saat ia berlari ke arahnya.
Aku menatapnya serius.
"Why?" Ucap Ojan padaku.
"Tere nangis gara-gara lo bukan gue." Tambahnya yang langsung mendapat pukulan dari Tere.
"Sakit kali. Hobby banget sih lo nyiksa gue." Ucap Ojan.
"Ciya ikut Om yuk, kita main disana." Ajak Ojan pada Ciya.
"Lo urusin deh sekarang urusan lo berdua." Tambahnya sambil berlalu bersama Ciya.
Sepeninggal Ojan, aku dan Tere terdiam kurang lebih lima belas menit sampai aku berani menanyakan hal yang tertahan.
"Aku terlalu pengecut kemaren. Maaf ya." Ucapku.
Tere mengangguk dan tetap menunduk.
"Aku udah coba tapi tetep nggak bisa. Aku pikir nggak ada yang sadar. Tapi ternyata Ojan sadar." Ucap Tere.
"Aku nggak ada niat buat nyakitin siapapun." Tambahnya sambil menghapus airmatanya yang mulai mengalir lagi.
Aku menariknya ke dalam peluk ku lalu mengusap puncak kepalanya pelan.
Namun, tak lama setelahnya Ciya kembali namun tanpa Ojan.
"Tante Tere kenapa nangis?" Tanyanya.
"Om Ojan mana sayang?" Ucap Tere.
"Tadi Ciya dianterin sampe situ, pas liat tante Tere nangis om Ojan pulang." Ucapnya.
"Tante Tere, jangan marahan lagi ya sama Papi." Ucapnya menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [COMPLETED]
General Fictioneveryone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where you are your most authentic self. #5 in media as per April 7th, 2021 #2 in News as per May 9th, 2021