Asvathama
Setelah selesai mengambil gambar di studio, aku kembali menuju mejaku. Ada sebuah kopi dan secarik kertas dengan tulisan yang sudah ku ketahui siapa pemiliknya.
Bapak Asvathama, ini ada kopi yang sengaja saya tinggalkan untuk bapak sebagai ucapan terima kasih sudah menolong saya semalam.
Ice Americano, 3 shot without water, right?
Cuma 3 shot karena gue tau lambung lo lagi bermasalah. Gue pulang duluan ya, Jan. Bye!-Princesse-
Begitu isi notesnya. Aku meminumnya sambil sedikit tersenyum. Ini kebiasaan Tere jika ia merasa sudah merepotkanku.
"Kopi dari siapa tuh?" Ucap El yang baru saja selesai siaran.
"you know who bought this " Jawabku.
El tersenyum. "Upah gendong dia semalem ya?" Kekehnya.
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.
"Anaknya kemana?" Tanyanya lagi.
"Udah balik dari jam 17.00 tadi, mau nonton katanya." Ucapku pada El.
"Nonton? Sama siapa?" Tanyanya lagi.
Aku hanya diam, tak menjawab pertanyaannya.
"Jangan bilang.." ucap El menggantung.
Aku mengangguk.
"Lah bukannya mas Aji tadi ke rumah sakit ya. Ciya kan sakit." Ucapnya lagi.
"Hah? Serius lo?" Tanyaku.
"Iya, tadi Ale bilang gitu. Tapi harusnya Tere udah tau lah ya, nggak mungkin kan mas Aji nggak ngabarin Tere." Ucapnya.
Mendengar ucapan El barusan sepertinya masuk akal. Tidak mungkin Aji tak memberi kabar pada Tere. Jadi kemungkinan sekarang Tere sudah di Apartment-nya.
"Gue balik duluan ya, Jan. Ale udah nungguin." Ucap El berpamitan yang aku iyakan.
Selang beberapa menit aku pun beranjak menuju parkiran untuk segera kembali ke kost-an ku tercinta.
Namun, di perjalanan perasaanku tak tenang. Aku membelokan motorku menuju Apartment Tere."Re!" Panggilku sambil terus memencet bel unitnya.
Tak ada jawaban, aku mencoba untuk menelfon handphone-nya namun tak aktif. Pikiranku mulai melayang, tanpa pikir panjang aku langsung menuju Lounge langganannya, dan bertanya apa ia disini atau tidak pada pelayan. Namun jawabannya pun sama. Tere tidak disini. Aku menyambangi rumah orang tuanya, ku pikir ia kembali kesini namun tidak juga ku temui sosoknya.
Aku menelfon handphone-nya berulang kali namun handphone masih tetap mati.
"Nggak mungkin kan lo masih nungguin Aji di bioskop." Pekikku.
Tanpa berpikir panjang aku langsung menuju Mall tempat Tere dan Aji bertemu. Berharap menemukannya disana tanpa kurang suatu apapun.
Selesai memarkir motorku, aku berlari menuju bioskop berada. Sedikit terengah, aku mendapatinya yang baru saja keluar dari bioskop dengan wajah lesu.
Aku berlari ke arahnya lalu menggenggam tangannya.
"Ojan?" Panggilnya saat melihatku.
Aku tersenyum menatapnya sambil mengatur nafasku.
"why you're so stupid, Re?" Ucapku.
Tere memasang wajah bingungnya.
"Lain kali bawa powerbank." Ucapku sambil memasangkannya jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [COMPLETED]
General Fictioneveryone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where you are your most authentic self. #5 in media as per April 7th, 2021 #2 in News as per May 9th, 2021