Asvathama
Hari ini menjadi hari tersibukku setelah dua hari kemarin aku lembur. Pagi sampai sore ini diisi dengan liputan di beberapa tempat. Aku baru ingat ini pertama kalinya dalam hari ini aku menduduki singgahsanaku di kantor.
"Capek banget kayaknya." Ucap Tere.
"Menurut lo?" Ucapku.
Tere tertawa, "nih." Ucapnya sambil memberiku makanan.
"Nah, gitu dong. Sekali sekali bikin gue seneng jangan bikin gue ribet terus." Ucapku asal.
"Nanti rapat jam tiga ya." Ucapnya.
"Rapat apaan?" Tanyaku sambil menyantap spaghetti brulée.
"Pemegang saham." Ucapnya.
"Hah?" Jawabku dengan ekspresi bingung yang mampu membuat Tere tertawa.
"Biasa aja kali muka lo. Rapat buat Ramadhan, biasa." Ucapnya.
"Yeee, dasar." Ucapku sambil menoyor kepalanya pelan.
***
Selesai rapat, aku kembali menuju studio untuk melakukan beberapa kali take untuk pengambilan gambar taping.
"Mau kemana lo?" Tanya Tere yang memang mejanya terletak di belakang mejaku.
"Studio. Taping." Jawabku. "Why?" Tanyaku.
Tere menggeleng.
Aku meninggalkannya menuju studio.
Aku adalah seorang First Cameraman atau sering juga disebut sebagai Penata Fotografi (Director of Photography) atau kepala kameramen, yang bertanggungjawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan dalam suatu adegan.
Tugasnya? Tentu banyak. Mulai dari mengoperasikan kamera untuk shooting live atau taping program (baik di dalam maupun di luar studio), Mengikuti instruksi director/pengarah acara untuk memperoleh gambar sesuai script, Memberikan saran ke director untuk pengambilan gambar terbaik, Bertanggungjawab untuk pemeliharaan kamera agar tetap siap operasi, Membuat laporan tertulis/lisan bila ada kerusakan pada kamera, Bertanggung jawab terhadap kualitas gambar, komposisi, dan lensa, sampai melakukan pengepakan kamera set untuk transportasi apabila akan melakukan shooting di luar kota atau luar negeri.
Aku menguap beberapa kali saat sedang pengambilan gambar. Bukan tanpa alasan, beberapa hari ini aku harus mengerjakan beberapa laporan karena terdapat beberapa gangguan terhadap beberapa kamera.
Setelah selesai taping, aku kembali ke mejaku dan berniat pulang setelahnya. Namun, ku lihat Tere masih berada di mejanya, dengan mata yang fokus menatap layar komputer di depannya.
"Tumben." Ucapku.
"Berisik. Lagi serius nih." Jawabnya. "Mau balik?" Tanyanya kembali.
"Yoi." Jawabku singkat.
Tere menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arahku.
"Kenapa? Mau minta temenin lembur?" Tanyaku.
Tere terdiam sesaat kemudian menggeleng, "nggak deh. Lo balik aja, gue masih lama banget kayaknya." Jawabnya.
Aku menatapnya heran, "yakin nih?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [COMPLETED]
General Fictioneveryone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where you are your most authentic self. #5 in media as per April 7th, 2021 #2 in News as per May 9th, 2021