L I M A B E L A S

1.9K 295 42
                                    

Asvathama

Liputan hari ini aku ditemani Tere yang sedari tadi sibuk mencari bayangan dari bangunan agar bisa berteduh. Namun, apa daya yang meliput tak hanya satu dua orang. Mau tidak mau ia berdiri di tengah teriknya matahari jam 13.00 siang.

Aku mendekatinya lalu berdiri dihadapannya, "Thank you" ucapnya saat matahari yang tadi membuatnya silau teralingkan oleh badanku.

"Lo sakit ya?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku menggeleng. Sebenarnya, aku memang merasa tak enak badan sejak pagi tadi. Entah karena kelelahan atau kurang tidur.

"Yakin?" Tanyanya lagi.

"Yakin. Gue nggak apa-apa, Re. Yuk persiapan!" Ucapku meyakinkannya.

Kami liputan di Polres Jakarta Selatan dan meliput kelanjutan dari kasus perampokan yang beberapa minggu lalu terjadi.

Aku mengarahkan kameraku ke arah Tere yang akan meliput beritanya kali ini sambil terus berkonsentrasi pada pekerjaan sekaligus menahan kepalaku yang sangat pusing.

Aku mulai menghitung mundur dan mulai merekam saat studio memberi signal untuk kami mulai meliput.

"Polisi telah menahan total 15 tersangka dalam kasus pencurian ini. Menurut penyelidikan, 15 anggota tersebut terlibat dalam tindak kejahatan secara terpisah di tiga daerah. Para tersangka mendapat tuduhan di bawah pasal KUHP 365 tentang pencurian dengan kekerasan dan pasal 368 tentang pemerasan.  Jika terbukti bersalah mereka dapat dihukum maksimal Sembilan tahun penjara. Polisi menyita barang bukti berupa senjata tajam yang digunakan tersangka dan beberapa barang lainnya yang diduga hasil perampokan."

"Demikian yang dapat kami sampaikan, Informasi terkait kasus ini akan terus kami update lagi, Teari Giore bersama Juru Kamera, Asvathama Al-Faudzan melaporkan untuk Indonesia24."

Tere menyampaikan informasi yang sudah ia dapatkan selang beberapa jam sebelum liputan tadi dengan sangat lugas. Liputan ini sekaligus menutup hari kami yang panjang, setelah membereskan kamera, kami kembali ke kantor.

***

"Lo lembur?" Tanya Tere sesaat setelah aku menaruh kamera di ruang penyimpanan.

"Nggak, cuma mau tidur sebentar." Ucapku.

Jujur aku sudah tak kuat menahan kepalaku yang pusing bukan main sejak pagi. Jadi aku memutuskan untuk tidur sejenak baru pulang. Sebab, jika saat ini juga aku pulang, aku mungkin akan mengalami kecelakaan dan membuat seluruh tabunganku habis untuk memperbaiki mobilku yang hancur nanti.

Tere menatapku, "ikut gue!" Ajaknya sambil menggandeng tanganku dan mengambil kunci mobilku, lalu mengarahkan mobilku menuju IGD Rumah Sakit.

"Re, i'm Okay." Ucapku.

Ia menatapku, "yang boleh ngomong gitu cuma dokter." Ucapnya sambil melepas seat belt-nya lalu berjalan membuka pintuku.

"Turun!" Ucapnya.

"Re?" Panggilku.

Tanpa membalas panggilanku, ia melepaskan seat belt-ku lalu menggenggam tanganku.

"Re, gue nggak suka ke IGD." Ucapku yang tiba-tiba membuatnya terdiam.

Ku rasa Tere tau maksudku. Aku tak pernah mengunjungi IGD setelah kejadian kedua orang tua-ku. Bukan trauma, namun aku memilih untuk tak mengingat keadaanku saat itu.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang