D U A P U L U H E N A M

1.7K 279 29
                                    

Airlangga

Aku sedang berjalan menuju ruanganku bersama putri semata wayangku yang kebetulan hari ini berkunjung ke kantor karena sekolahnya selesai lebih awal, ditambah memang keinginannya untuk menemuiku di kantor.

Ciya menebarkan senyumnya ke semua orang yang ia lewati, sampai tiba-tiba ia berteriak girang karena melihat satu sosok yang sudah lama tak ia jumpai.

"Tante Tere!" panggilnya riang.

Ciya berlari ke arah Tere sambil tersenyum. Tak heran semua orang menatapnya.

Tere menatapku sesaat namun kemudian tersenyum menyambut pelukan Ciya.

"Tante Tere, Ciya kangen." Ucapnya.

Aku menghampiri mereka.

"Ciya yuk ke ruangan Papi. Tante Terenya lagi kerja."

"Aku mau disini aja." Jawab Ciya cemberut.

Aku menatapnya, "bye-bye tante." Jawabnya lalu berjalan ke arah ku.

***

Ciya duduk di ruanganku sambil mengejakan tugas menggambarnya.

Namun tiba-tiba ia menoleh ke kaca, terlihat sosok Ojan dan Tere yang sedang mengobrol.

"Papi lagi marahan ya sama tante Tere?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku menggeleng, "nggak, Papi nggak marahan kok." Ucapku.

"Tapi kok Papi nggak ketawa-ketawa lagi sama tante Tere kayak Om Ojan gitu." Ucapnya sambil menunjuk ke arah Ojan dan Tere.

Tak lama setelah pertanyaan Ciya, Ale dan Tere tiba-tiba mesuk ke ruanganku.

"Eh ada Ciya." Ucap Ale.

Ciya merespon dengan senyuman.

"Tante Tere." Panggil Ciya sambil menghampirinya lalu menggandeng tangannya.

Ale menatap Ciya sedangkan aku dan Tere hanya saling melempar tatapan.

"Ke ruang yang itu sama tante Tere mau?" Tanya Tere pada Ciya sambil menunjuk ruang rapat.

Ia menatap Tere, "sama Tante?" Tambahnya.

Ciya mengangguk sambil tersenyum.

"Kalo kamu sibuk nggak apa-apa Ciya di ruangan aku aja." Ucapku pada Tere.

Ia menggeleng, "nggak apa-apa mas." Jawabnya.

Ciya dan Tere duduk di ruangan Rapat yang ku lihat mereka sesekali tertawa sambil mengobrol. Semenjak aku memutuskan untuk tak lagi berhubungan dengan Tere, aku tak pernah membawa Ciya untuk bertemu Tere. Walaupun, ia sering sekali merengek untuk dipertemukan dengan Tere.

Aku baru saja selesai rapat lalu berjalan bersama Ale.

"Yakin mau udahin semuanya?" Ucap Ale sesaat kami memasuki lift yang tak kami sangka ada Ojan di dalamnya.

Aku dan Ojan hanya melempar tatapan tanpa berbicara satu kata pun. Sedangkan Ale, aku yakin ia bingung bukan main di posisi ini.

***

Teari

Aku sedang mengerjakan beberapa sisa pekerjaan saat tiba-tiba Ciya bertanya sebuah pertanyaan yang membuatku terpaku.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang