D E L A P A N B E L A S

1.9K 272 40
                                    

Airlangga

Aku, Ciya dan Tere kembali ke kantor setelah sempat berpamitan dengan orang tua Tere tadi. Selama perjalanan, Tere terlihat menjadi lebih diam. Entah apa yang ia pikirkan, namun kurasa ada hubungannya dengan pertemuan kami dengan orang-tuanya tadi.

"Tante Tere, hari Sabtu Ciya mau ke Kidzania. Tante ikut yuk, Ciya mau sama tante Tere aja. Nggak mau sama Omi." Ajak Ciya.

"Hem?" Tere menatapku.

"Acara TK-nya." Jelasku.

"oh, iya?" Ucapnya sedikit terkejut. "Hemm.. Coba tanya Papi, tante boleh ikut nggak?" Ucap Tere pada Ciya.

"Boleh kan Papi?" Tanya Ciya padaku.

"Tante Terenya kan libur kerja, mau istirahat. " ucapku kembali.

Ciya menoleh pada Tere dan Tere menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Jadinya boleh kan Papi tante Tere yang ikut?" Tanyanya lagi.

"Kamu nggak capek? off harusnya dipake buat istirahat kan." Ucapku.

Tere menggeleng, "Sabtu ini aku pengen keluar." Jawabnya.

Aku tersenyum sambil mengusap kepalanya pelan, "kalo capek jangan dipaksain ya." Jawabku.

Aku dan Tere sampai di depan kantor, dan berpamitan dengan Ciya yang akan pulang ke rumah.

"Bye Papi, bye tante Tere! Sampai ketemu hari Sabtu!" Ucap Ciya sumringah sambil melambaikan tangannya.

Aku dan tere membalas lambaian tangannya dan tersenyum.

"Om Ojan!" Panggilnya tiba-tiba saat melihat Ojan berjalan.

Ojan tersenyum menatap Ciya, dan berjalan ke arahnya.

"Haloo, anak cantik!" Ucap Ojan sambil memeluknya gemas lewat jendela mobil.

Ojan melanjutkan sapaannya dengan sedikit bercanda yang membuat Ciya tertawa.

"Ciya pulang dulu ya, om." Ucapnya pamit.

"Yaaah, Om Ojan baru mau beliin Ciya ice cream." Ucap Ojan.

Ciya memanyunkan bibirnya.

"Eh kok manyun? Nanti ice cream-nya om Ojan anterin ke rumah aja ya?" Ucap Ojan yang langsung mendapat senyuman manis dari Ciya.

"Okay." Ucapnya.

Ojan hanya mengangguk dan tersenyum lalu mendekatkan badannya lagi untuk memeluk Ciya.

Ciya mengecup pipi Ojan, "bye om Ojan!" Ucapnya ceria sambil tetap melambaikan tangannya.

Ojan menatapku dan Tere, kemudian tersenyum lalu menundukan kepalanya yang mengisyaratkan bahwa ia pamit untuk masuk lebih dulu.

Sudah ku jelaskan, aku dan Ojan memang sudah seperti saudara. Sejak Ciya lahir, Ojan selalu hadir dalam setiap cerita penting di hidup Ciya. Setiap hari liburnya, Ojan selalu menyempatkan untuk melihat perkembangan Ciya di rumah, terlebih saat Aku dan Arinda memutuskan untuk berpisah.

Ojan bisa menghabiskan hari liburnya, seharian hanya dengan bermain dengan Ciya. Entah di rumah atau ia sengaja mengajak Ciya bermain keluar rumah. Jika ia sedang meliput di area dekat rumah, ia selalu menyempatkan membawakan Ice cream atau cookies kesukaan Ciya di sela-sela istirahatnya.

Ia bahkan menawarkan diri sebagai orang tua asuh Ciya. Dan ia bersedia untuk membantuku merawat Ciya sampai besar jika aku tak bisa merawatnya sendiri. Sosoknya yang terlihat cuek dan ceplas-ceplos berbanding terbalik dengan apa yang ia hadirkan jika itu untuk Ciya.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang