Asvathama
Beberapa jam sebelum menuju makam aku menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Aji. Entah rasanya mengganjal setelah aku meninggalkannya dan Ciya begitu saja.
"Anak gue mana?" Tanyaku
Aji menatapku heran, namun aku tetap tak peduli dengan tatapan dan memilih untuk langsung menuju kamar Ciya.
Ciya yang baru saja selesai menggosok giginya dan akan pergi tidur tersenyum menatapku.
"Om Ojan." Panggilnya sambil berlari ke arahku.
"Hap!" Ucapku sambil memeluk dan mengangkat tubuhnya.
"Ciya udah mau tidur ya?" Tanyaku yang ia jawab dengan anggukan.
"Om Ojan temenin ya." Ucapku lagi.
Ciya tidur di kasurnya sedangkan aku duduk disampingnya.
"Om Ojan, tante Tere sama Papi nggak berantem kan?" Tanyanya tiba-tiba.
Aku menggeleng, "kenapa?" Tanyaku.
"Tante Tere nggak pernah main kesini lagi om, nggak pernah ajak Ciya jalan-jalan lagi. Ciya kangen." Ucapnya pelan.
Aku mengelus kepalanya, "Ciya suka sekali ya sama tante Tere?" Tanyaku.
Ciya mengangguk.
"Apa yang buat Ciya suka sama tante Tere?" Tanyaku lagi.
"Tante Tere selalu ajak Ciya ke tempat yang Ciya pengen, selalu nemenin Ciya belajar, ajarin Ciya pasang sepatu dan baju sendiri. Tante Tere juga selalu telfon Ciya kalo Papi pulang malem." Ucapnya semangat.
Aku tersenyum, "Ciya nggak kesepian lagi semenjak ada tante Tere." Tambahnya.
Aku terdiam. Terpaku mendengar ucapannya barusan. Aku menyadari Ciya menemukan kembali sosok yang selama ini hilang. Ia temukan lagi pengisi ruang hampa di hatinya. Segalanya terisi kembali dengan hadirnya Tere dihidupnya.
"Ciya, jangan khawatir ya. Ciya nggak akan kesepian lagi" jawabku sambil tersenyum.
Aku meninggalkan kamar Ciya setelah ia tertidur pulas.
"Ngopi?" Ajak Aji saat melihatku menuruni anak tangga.
Aku mengangguk kemudian beranjak untuk duduk di taman samping rumahnya.
"Soal omongan Ale tadi, jangan diseriusin." Ucapnya tiba-tiba.
Aku terdiam beberapa saat, lalu memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu.
***
Pagi ini, aku bangun sedikit lebih pagi dari biasanya karena beberapa telfon ojek online yang mengantar beberapa kiriman dari beberapa orang.
Yang terakhir adalah kiriman brownies buatan Tere, dengan kartu ucapan yang tertera disana.
Di makan! Awas aja kalo cuma ditaruh di kulkas. Gue buat pagi buta nih, Liat dikit effort gue ya! Happy birthday, Asvatahama Al-Faudzan.
-re
Aku tersenyum setelah membacanya. Sore ini menjemputnya, untuk meminta kado yang sudah ia janjikan.
Aku mengendarai mobilku menuju Apartment-nya. Aku tak tau apa ini hal yang benar atau tidak, namun aku tak akan mengulur waktu lagi.
Aku menekan tombol bel unitnya, tak lama kemudian Tere membukakannpintu sambil tersenyum.
"Hai." Sapaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [COMPLETED]
General Fictioneveryone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where you are your most authentic self. #5 in media as per April 7th, 2021 #2 in News as per May 9th, 2021