Teari
Aku sedang menonton TV saat handphone-ku menampilkan nama mas Aji disana.
Mas Aji is calling...
Aku menatap layar handphone-ku sejenak kemudian mengambil nafas panjang sesaat sebelum mengangkat telfonnya.
"Ter?" Panggilnya.
"Iya mas? Ada apa?" Jawabku.
"Kamu dimana? Bisa ketemu sebentar?" Tanyanya lagi.
Aku melihat jam dinding, pukul 12.10 pagi saat ini.
"Di Apartment mas." Jawabku.
"Aku kesana boleh? Ketemu di lobby aja, Cuma sebentar kok." Ucapnya.
"Hmm boleh mas, kabarin aja kalo udah sampe di lobby ya." Jawabku.
Aku tak menolak karena aku tau ia pasti langsung menuju Apartment-ku seusai bekerja.
***
20 menit kemudian aku menjumpai pria yang sedang mondar mandi di lobby Apartment-ku. Masih lengkap menggunakan seragam kantor dan membawa bungkusan di tangannya.
"Mas?" Panggilku.
Ia menoleh ke arahku dan tersenyum hangat. Ia mengulurkan tangannya.
"Apa nih?" Tanyaku heran melihat bungkusan yang ia beri.
"Obat luka bakar. Tadi ibu liat tangan kamu melepuh katanya." Ucapnya.
Aku menatap obat yang ia berikan.
"Itu ada obat minumnya sama salep. Salepnya dipake tipis-tipis aja. Jangan lupa juga obatnya diminum sehab..." ucapnya yang segera ku potong.
"Makasih banyak ya mas." Jawabku sambil menggenggam tangannya.
Ia terdiam lalu tersenyum dan mengacak rambutku gemas.
"Sama-sama." Ucapnya lembut.
"Kamu pulang kantor langsung kesini? Udah makan?" Tanyaku.
Ia tersenyum dan menggeleng, "makan di rumah aja nanti. Kamu balik ke atas gih, istirahat." Ucapnya.
"Aku masakin mau?" Tanyaku. Entah kenapa aku berani-beraninya mengatakan hal itu. Bagaimana bisa aku menawarinya untuk makan masakanku yang jelas jelas tak layak disebut makanan.
"Boleh?" Tanyanya lagi.
Aku mengangguk, "tapi bisanya yang simple aja." Jawabku pelan.
Ia tertawa, "nggak apa-apa." Jawabnya.
***
Aku memutuskan untuk memasak vongole pasta, karena hanya ada bahan itu di kulkasku.
"Sorry ya mas berantakan." Ucapku saat melihat Aji melihat ruang TV-ku.
Ia menggeleng dan tersenyum lalu berjalan ke arah bar dan duduk untuk melihatku memasak.
"Nggak, rapih banget malahan." Ucapnya.
"Iyalah, Ojan selalu bantuin aku bersih-bersih." Ucapku keceplosan dan langsung melirik Aji yang sedang menatapku.
"Ojan sering kesini?" Tanyanya.
"Hmm, nggak sering juga sih. Kadang-kadang." Jawabku hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA [COMPLETED]
General Fictioneveryone will find a home to stay. Querencia (n) : /kɛˈɹɛnsɪə/ The place where one's strength is drawn from; where one feels at home; the place where you are your most authentic self. #5 in media as per April 7th, 2021 #2 in News as per May 9th, 2021