S E M B I L A N

1.9K 317 31
                                    

Teari

Aku berjalan mengikuti salah satu guru Ciya yang sebelumnya meminta tolong kepadaku untuk membantu Ciya bersiap di suatu ruangan. Setelah sampai, aku bisa melihat beberapa orang tua lain yang sedang sibuk menyiapkan putri dan putra mereka, dan mataku terpusat pada seorang anak perempuan yang sedang duduk sendirian, menatap sekelilingnya sambil mencoba memasang bajunya sendiri.

Aku menghampirinya. Bisa ku tebak ia cukup terkejut dengan kehadiranku.

"Tante Tere bantu?" Tawarku.

Ciya tetap memasang wajah juteknya.

Aku mencoba membantunya memasangkan baju balletnya, namun usahaku gagal. Tanganku segera ditepisnya.

"Ciya nggak suka tante Tere!" Ucapnya padaku.

Aku hanya tersenyum membalas ucapannya tadi.

"Ciya nggak suka tante deket-deket sama Papi!" Ucapnya lagi.

Aku masih tersenyum ke arahnya.

"It's okay. Nggak apa-apa kalo Ciya nggak suka tante Tere. Tapi, sekarang Ciya harus siap-siap kan mau tampil." Jawabku.

Ia menatapku tajam, aku tau ia kesal padaku.

"Papi udah nunggu Ciya tampil loh di depan" ucapku lagi.

Ia terdiam sampai pada akhirnya ia membolehkanku membantunya. Namun, saat aku hendak menguncir rambutnya ia mengatakan hal yang membuatku tertegun.

"Ciya nggak mau punya mami lagi." Ucapnya lembut.

Aku terdiam. Bukan merasa tertolak. Namun aku tau, ada sebuah kekhawatiran dalam kalimatnya itu.

***

Aku mengendarai mobilku lagi setelah sebelumnya diantar oleh mas Aji dan Ciya ke Apartment-ku. Entah apa yang membuatku hari ini melajukan mobilku menuju Lounge favoritku, padahal hari ini aku cukup senang. Namun, tetap saja ada yang mengganjal.

"Biasa satu!" Ucapku pada salah satu.

Aku memangku wajahku dengan kedua tanganku dan mulai memikirkan kejadian beberapa jam lalu. Aku tau masih terlalu dini untuk memikirkan ucapan Ciya dan mungkin aku yang terlalu "Kege-er-an" dengan semua perlakuan mas Aji terhadapku. Namun, jika mas Aji tak berniat untuk menjalin hubungan denganku, untuk apa ia tak melepaskan genggamannya saat kami menghadiri pentas Ciya tadi. Bahkan ia tetap menggenggam tanganku selama perjalanan saat mengantarku pulang ke Apartment.

Aku benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. Aku nyaman bersama mas Aji, namun aku tau Ciya tak nyaman dengan kehadiranku.

Pandanganku mulai kabur, saat tiba-tiba seorang pria duduk di sampingku.

Aku mengusap kasar mataku dan mendekatkan pandanganku ke arahnya.

"Apa?" Ucapnya ketus.

Aku tersenyum mendengar suaranya. Bisa ditebak siapa yang datang lalu duduk di sebelahku.

"Baju lo terlalu imut buat masuk lounge." Ucapnya lagi sambil memasangkan hoodie-nya padaku.

Aku tersenyum, "baju lo terlalu sporty buat kesini." Jawabku.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang