T U J U H

2.2K 320 25
                                    

Asvathama

Aku menatap perempuan di sampingku, saat ia bertanya tentang sosok itu.

"Jaaan!" Panggilnya lagi.

"Re, kerjaan gue banyak..nanti siang kita liputan juga. Mendingan lo balik ke meja terus kerjain kerjaan lo." Ucapku sambil mendorong bangku Tere kembali ke mejanya.

"Rese lo!" Jawabnya yang ku hiraukan.

Aku memang menghindari pertanyaan Tere yang membahas Arinda. Aku tak ingin Tere bertanya lebih jauh setelah mengetahui sosok Arinda.

"Meeting pagi yuk!" Ucap El padaku dan Tere.

Aku mengangguk dan berjalan memasuki ruangan meeting bersama Tere, El dan yang lain.

Di sepanjang rapat, aku bisa melihat tatapan Aji yang terus menatap ke satu arah. Tere. Entah kenapa rasanya kesal melihatnya. Namun, disaat yang sama tiba-tiba Aji mengalihkan pandangannya dan matanya bertemu denganku yang sedang menatapnya.

Selesai rapat, aku meninggalkan ruangan dan langsung menuju mejaku. Namun langkahku terhenti dengan sebuah panggilan.

"Jan!" Panggil Aji.

Aku menoleh, "hem?" Jawabku.

"Taman samping, sebentar?" Ajaknya yang aku iyakan.

***

Aku duduk menunduk di sebuah tembok penopang tanaman dengan Aji yang berdiri menghadapku.

"Gue tertarik sama Tere." Ucapnya tanpa ragu.

Aku terdiam dan mengangkat wajahku untuk menatapnya.

"Gue nggak mau kita jadi salah paham, jadi gue bilang kalo gue..." ucap Aji yang segera ku potong.

"Kenapa harus Tere sih Ji?" Tanyaku.

Aji terdiam.

"Ojaaan! Ayoook!" Panggil Tere tiba-tiba.

Aku menatapnya tersenyum, lalu berjalan mengampirinya. Namun, aku menghentikan langkahku sesaat saat melewati Aji.

"Lo lupain Arinda dulu, baru lo boleh deketin Tere!" Ucapku pada Aji.

Aku menghampiri Tere dan langsung menggandengnya menuju lift.

Selama di lift, Tere hanya menatapku.

"Terpesona sama ketampanan gue lagi?" Tanyaku tanpa menatapnya.

"Lo berantem ya sama mas Aji?" Tanyanya.

"Dih, sok tau banget lo!" Jawabku.

"Muka lo kayak lagi kesel." Ucapnya lagi bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

Aku berjalan keluar tanpa membalas ucapannya tadi.

***

Aku menyelesaikan liputan dengan Tere hari ini, sambil membereskan kamera Tere menghampiriku dengan satu botol minuman isotonik.

"Tumben." Jawabku.

"Mau nggak?" Tanyanya kesal.

Tanpa ragu aku mengambil minuman itu dari tangannya.

"Jan, lo boleh kok cerita sama gue. Nggak melulu lo yang dengerin cerita gue." Ucapnya tiba-tiba.

QUERENCIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang