Prolog

121 6 0
                                    

~🖤~

Cinta pada pandangan pertama.
Itu adalah salah satu konsep cinta yang paling omong kosong yang pernah kudengar.

Apakah kau percaya cinta pada pandangan pertama? Jika iya, kamu bodoh!

Cinta pada pandangan pertama artinya kau hanya menyukai apa yang kau lihat, Nafsu!

Jika kau benar-benar mencintainya kau akan melepaskannya jika itu membuatnya bahagia. Hal itu lebih omong kosong lagi. Jika kau menginginkannya, perjuangkan walau kau harus berdarah darah.

Cinta itu tidak bersyarat. Namun tanpa sadar kau ingin cintamu dibalas.

Cinta, satu kata, lima huruf. Namun entah kenapa terasa sangat berat.

Apa arti cinta yang sebenarnya? Bisakah kau memberitahuku?

Karena semua konsep cinta yang kudengar dan pelajari, tidak ada yang masuk akal.

Mereka bilang cinta kepada Tuhan itu tulus, sekarang kutanyakan padamu, jika tidak ada neraka, apakah kau masih mencintaiNya?

Mereka bilang cinta kepada orang tua itu tulus, kau yakin itu bukan hanya karena kau merasa berhutang budi?

Mereka bilang cinta kepada saudara itu yang tulus. Kau hanya merasa bernasib sama karena memiliki darah yang sama.

Cinta kepada teman, sahabat, pasangan, hah! Jangan buat aku tertawa sekarang. Kau hanya membutuhkan sesuatu dari orang lain dan menyamarkannya dengan kata cinta. Takut kesepian. Takut sendirian. Takut tidak mampu menghadapi masalah sendiri.

Sekarang biar kutanya sekali lagi, apa itu cinta?

Selama 22 tahun hidupku, aku tak pernah paham arti cinta. Aku muak mendengar jika ada yang membahasnya. Dan disini aku membahas tentang cinta, ingin rasanya kutampar diriku yang terlalu banyak bicara ini. Ucapkan terima kasih kepada bocah ingusan yang saat ini berdiri dihadapanku dan menyatakan cinta yang sangat besar padaku.

"Tapi.. aku.. aku benar-benar sangat mencintaimu Cleo." Ares bahkan sampai berkaca kaca saat mengatakannya.

Dia sangat salah saat memutuskan hari ini adalah ide yang bagus untuk datang ke cafeku pagi ini, setelah tadi di rumah aku hampir saja menerkam ayahku dan mencekik lehernya karena terus mengoceh apa yang harus kulakukan agar menjadi putri yang berbakti.

Hah! Si bangsat itu tidak tahu, aku masih tinggal di rumah sialan itu karena adik-adikku. Jika bukan karena ibuku, mungkin si tua bangka itu sudah mati sejak aku bisa menggenggam pisau.

Jika aku memikirkan tadi pagi rasanya masih sangat kesal.

"Cleo.." Rengek Ares dengan suara menyebalkan.

"Anj*ng!"

Ares tekesiap.

"Opss." Kataku memalsukan ekspresi kaget. "Maaf. Aku terlalu kasar ya? Anjing bisa tersinggung kalau aku samain dia sama kamu, karena mereka adalah Binatang yang patuh."

"Aku kasih kamu kesempatan untuk selamatin hidup kamu. Pergi sekarang sebelum kuinjak-injak kamu sama cinta kamu itu." Kataku murka.

Dengan wajah terkejut yang memuakan ia akhir berlari seperti anak kecil mencari induknya.

"Rafa!" Teriakku.

"Ya, Boss." Rafandra bersuara dari sampingku. Entah sejak kapan dia disitu.

"Semprotkan disinfektan ke lantai dimana kutu itu injak, aku nggak mau ada customer yang rabies karena virusnya. Apa kamu nggak tahu keluhan negatif yang kecil aja bisa buat sebuah usaha tutup?" Aku memarahi Rafa yang hanya melongo menatapku.

"Bocah sialan itu merusak moodku yang memang sudah jelek." Sungutku.

"Tenanglah Cleo." Kata Rafandra, manager cafeku. Ia mengekor dibelakangku mengabaikan perintahku untuk membersihkan kuman yang ditinggalkan kutu itu.

Aku memasuki kantorku dan duduk di kursiku dengan gusar sambil memandang Rafa yang balas memandangku dengan tatapan tanpa dosanya.

"Bukannya aku nyuruh kamu bersihin kotoran bocah itu?" Tanyaku kesal.

Rafa tertawa, "Sampai sekarang aku masih heran sama kamu. Bagaimana bisa kamu sebut Ares bocah." Kata Rafa sambil menggeleng.

"I mean, look at him. Dia tinggi tegap, bodynya ok dan gantengnya juga nggak kalah sama aktor-aktor zaman sekarang." Kata Rafa jumawa.

"Wow. Kamu jatuh cinta sama dia!" Sindirku karena Rafa nampaknya begitu membanggakan kotoran itu.

Rafa tersentak dengan perkataanku.
"Ha Ha Ha. Lucu banget." Kata Rafa dengan nada datar.

"Pergi kerja atau kamu kupecat!" Usirku yang lelah berdebat dengannya.

Dengan tatapan mecemooh Rafa keluar dari ruangan dan meninggalkanku dalam keheningan ruang kerjaku.

Apakah menurutmu aku adalah orang yang jahat? Jangan salahkan aku. Salahkan keluargaku yang hancur. Keluarga itu membentuk kepribadianku yang rusak ini.

~🖤~

Another POV

Dia tersenyum simpul saat melihat pria yang terus mengekori gadis itu berlari keluar dari cafe dengan mata berkaca kaca.

Sifat galak dan kejam gadis itu membuatnya tenang. Dia yakin tidak akan ada yang bisa mendapatkan gadis itu selama dia pergi.

Dia sudah menahan diri sejak ia pulang tadi pagi, walaupun dia langsung mencarinya setidaknya dia tidak langsung menghampiri dan menarik gadis itu ke dalam pelukanya. Sebaliknya dia hanya mengendarai mobilnya dan memarkirkannya di seberang jalan depan cafe gadis itu.

Aku sudah tidak sabar lagi. Haruskah kumulai?

Dia mencengkram setir dengan sangat kencang karena bersemangat.

Senyumnya yang semakin melebar diwajahnya saat  melihat gadis itu keluar dari cafe dengan wajah cemberut yang selalu membuatnya tertawa kecil. Gadis itu memasuki mobilnya dan melajukannya di jalan.

"My Cleopatra." Bisiknya penuh janji sambil terus memperhatikan mobil gadis itu hingga tidak terlihat lagi.

~🖤~
TbC

Apa kabar buat yang rindu tapi merasa rindu itu tidak berat?

Selamat datang di cerita ketiga Yu.
Kalo yang belum baca cerita pertama dan kedua Yu, mampir donk di akun @Yui_Sya
(Promisi dikit, Memory of The Love Melody dan Complicated, dua duanya udah tamat)

Yu kembali dengan cerita romance lagi (belum kapok sakit kepala nulis hal hal cringe n klise😂)

Hope you like this lil' baby.

Regards
Yui Sya
~🖤~

Queen And Her Devil Boy {Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang