1

18.4K 1.3K 41
                                    





Because we are one
.
.
.
.

Wanita cantik yang sudah menginjak usia 40 tahun itu menatap jengah suami dan anak tengahnya yang lagi-lagi berulah, sedangkan si sulung dan bungsu hanya acuh dengan melanjutkan sarapannya.

Si objek - kepala keluarga dan anak tengah - yang sedari tadi di tatap tajam sang ratu masih cekikikan tak jelas.

Kalian penasaran dengan yang keduanya lakukan hingga membuat ratu marah? Keduanya kini tengah menggunakan lembaran won uang untuk mengelap sudut bibir dan meja makan yang sebenarnya sudah sangat bersih.

Bayangkan lembaran won uang dijadikan ganti serbet dan tisu.

Lembaran uang jadi tisu yang sekali pakai langsung dibuang.

Orang gila mana yang melakukan hal bodoh itu? Maka dengan sangat semangat Nyonya Na itu akan berteriak dengan menyebut nama suami dan anak tengahnya.

Suho melirik sang istri yang kini masih menatapnya tajam, kakinya yang berada di bawah meja ia gunakan untuk menyenggol si tengah yang kembali meminum susu di gelasnya hingga tandas.

" Bunda, nana sudah selesai." Si bungsu mengelap sudut bibirnya menggunakan tisu dengan elegan, setelah selesai ia melangkah mendekati sang bunda serta daddy dan mengecup masing-masing pipi kedua orang tuanya.

Si sulung juga menyusul apa yang sang adik lakukan, diikuti si tengah yang masih sempatnya mencomot 2 roti lapis yang tersaji di meja makan.

Haechan dan makanan tidak dapat di pisahkan.

Suho mencuri pandang kearah sang istri, bahkan gerakan tangannya menjadi kaku ketika mengangkat sendok untuk disodorkan ke depan mulutnya sendiri.

" Na Suho, diam di tempatmu dan jangan mencoba kabur." Irene mengeluarkan titahnya dan Suho hanya mampu terduduk lemas dengan hati yang was-was, seharusnya tadi dia tak mengajarkan sesuatu yang buruk kepada anaknya bila ingin paginya sesekali tenang.

" Lakukan hukumanmu, yeobo." Dan pagi ini di awali dengan hukuman dari nyonya besar kepada suaminya, lagi.

.
.
.
.
.
.
.

Sebuah mobil warna hitam metalik terlihat memasuki parkiran sebuah gedung agensi yang menaungi banyak idol hingga model yang terkenal.

JY Entertaiment, gedung yang didirikan oleh seorang pria tampan untuk sang istri tercinta.

Seorang pria manis agak gembul keluar dari kursi penumpang mobil hitam tadi, matanya menyipit ketika tak sengaja memperhatikan dua pria berpakaian hitam rapat yang terlihat mencurigakan.

" Apa yang kau lihat?" Sebuah instruksi suara membuatnya nengalihkan perhatiannya dari mengintai menjadi menatap si sulung, " Entahlah hyung, aku tak sengaja melihat dua pria yang mencurigakan." Ujarnya melapor pada yang lebih tua.

" Sepertinya kita sudah punya pekerjaan yang menunggu, ayo selesaikan." Jaemin yang baru tiba di samping kedua saudaranya mengeryit bingung, namun hanya mengangguk dan mengikuti kedua hyungnya yang berjalan memasuki gedung.

Mungkin sebagian orang luar yang tak mengenali ketiganya yang berpakaian rapat tak lupa juga masker dan topi itu akan mengira ketiganya adalah trainee, namun mereka yang telah bekerja lama dengan agensi akan sangat menaruh hormat pada ketiganya yang kini menaiki lift menuju lantai dibawah ruangan milik sang CEO.

Renjun segera menempatkan diri di depan sebuah layar besar yang menampilkan setiap sudut gedung agensi baik luar maupun dalam agensi, Haechan ikut berdiri di belakang kursi yang di gunakan Renjun, ikut mengamati apa saja yang tengah dilakukan setiap orang dalam waktu yang bersamaan.

Lalu dimana Jaemin? Si bungsu itu tengah berdiri di dekat jendela besar yang menampilkan hiruk pikuk kota dengan tangan yang bersedekap di dada, mata bulatnya menatap dengan datar.

Tangannya melepas pading hitam tebal yang sedari tadi membalut tubuhnya, menampilkan kaos hitam yang terlihat pas di tubuhnya.

Sebenarnya hanya Jaemin yang tidak mengenakan seragam khusus, berbeda dengan kedua hyungnya yang di balik coat yang di pakai terdapat seragam yang melekat khusus. Jaemin bukannya tak memiliki namun karena bidangnya yang turun langsung ke lapangan membuatnya harus mampu berkamuflase dimanapun dan kapanpun, ia hanya akan mengenakan seragam khusus itu ketika mengawal jauh salah satu idol atau grub.

" Nana, sebaiknya kamu lekas bergegas turun ke cafe! Aku melihat sesuatu mencurigakan yang di letakkan kedua pria tadi di bawah meja." Tanpa kata Jaemin lekas melangkah meninggalkan ruangan diikuti Haechan di belakangnya.

" Nana, jangan lupa kenakan topi dan maskermu agar tidak di kenali." Haechan menyerahkan dua barang yang di bawanya kepada Jaemin yang langsung di pakai. " Hati-hati hyung." Haechan hanya mengangguk dan segera memasuki area cafe, sedangkan Jaemin segera melangkah cepat mengikuti dua orang pria misterius dengan instruksi dari Renjun.


.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langkah kaki yang nampak santai itu terlihat memasuki area cafe gedung agensi, beberapa orang yang melihat sosok itu menunduk sekilas dan menyingkir.

Baru beberapa langkah ia hendak mencapai sebuah meja, ia di kejutkan dengan se sosok pria manis yang berlari mendahuluinya mencapai meja yang diinginkannya.

" Apa yang kau lakukan, Haechan?" Jaehyun mengeryit melihat tindakan Haechan yang seolah mencari sesuatu di balik pot besar di samping meja itu.

" Ketemu!" Tanpa menjawab pertanyaan dari sang atasan, Haechan berseru riang hingga menjadi pusat perhatian, namun keheranan yang sebelumnya muncul itu berganti kepanikan sesaat setelah mereka mengetahui barang yang di pegang Haechan.

Sebuah Bom.

" Hey, bodoh! Kenapa kau tunjukkan kepada semua orang sialan." Renjun di dalam ruangan berteriak marah melalui earphone yang terpasang di telinga kiri Haechan, bahkan Jaemin yang mengejar pelaku ikut mengeryit akibat teriakan Renjun, hey telinganya sakit sialan.

Haechan yang menyadari kesalahannya hanya meringis,
" Ceramahi aku nanti saja, aku harus mematikan bom ini sebelum meledakkan tempat ini."

Jaehyun yang semula kaget langsung mendekat, memperhatikan Haechan yang tengah fokus memutus kabel yang terdapat di bom itu.
" Semuanya tenanglah, kalian akan baik-baik saja." Jaehyun berujar tegas melihat beberapa staff kocar kacir ketakutan, bahkan beberapa idol yang tengah makan siang di sana juga ketakutan.

" Bagaimana, Haechan?" Jaehyun mendekati Haechan yang kini tersenyum manis, " Seperti yang di harapkan dari ku, tuan. Semua beres." Jawabnya santai sembari melempar- lempar keudara bom yang telah non aktif itu, di ujung lain Renjun mencibir ke sombongan adiknya.

" Lalu bagaimana dengan pelakunya?" Haechan yang tadi menampilkan senyum lucu terganti dengan sebuah smirk
" Jaemin dalam perjalanan menyelesaikannya." Jaehyun menghela nafas lega, sepertinya mempekerjakan tiga bersaudara ini tidak lah salah. Ketiga begitu cepat dan tanggap dalam menjalani tugas mereka.

" Baiklah, ayo kita bicara diruanganku, ajak kedua saudaramu." Jaehyun menepuk pundak Haechan dan berlalu dari sana, sedangkan Haechan langsung menyebarkan perintah Jaehyun kepada kedua saudaranya.

" Baiklah, aku sudah bekerja. Sekarang aku akan mencari sumber energiku dulu, Mark hyung aku datang." Beberapa staff mengelengkan kepala mereka melihat betapa antusiasnya Haechan ketika melihat incarannya lewat.

Huft kisah remaja.








Hay hay hay ges, gimana chapter awal ini? Aneh ya?
Jangan lupa vote dan komennya kaka
Tbc...

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang