.
.
.
.
.
.
.
Jaemin sibuk mondar mandir kesana kesini untuk mengecek seluruh keamanan dan melacak siapa dalang di balik gangguan dalam pesawat tadi. Selepas mereka tiba di bandara Toronto Pearson International dengan selamat karena campur tangan Haechan, Jaemin langsung mengiring para idol dan staff untuk segera masuk ke dalam mobil van yang telah menunggu mereka setelah memastikan bahwa kendaraan yang akan di gunakan aman, bahkan untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan kembali terjadi, Jaemin menjajal sendiri hampir 6 mobil van itu.Sampai di villa yang telah di sediakan agensi, bungsu Na itu bahkan langsung kembali bekerja tanpa istirahat. Mengecek dan mengecek, mengelilingi seluruh sudut villa untuk memastikan tidak ada sesuatu yang berbahaya maupun mencurigakan. Setelah memastikan semuanya aman, Jaemin langsung memerintahkan seluruh idol dan staff untuk istirahat yang langsung di angguki oleh semuanya, bahkan ada beberapa staff yang langsung terbaring di lantai ruang tamu, mungkin karena lelah akibat duduk berjam-jam dan jetlag, jangan lupakan suasana mencekam saat di dalam pesawat tadi.
Melihat sekelilingnya yang mulai sepi, Jaemin langsung memerintahkan seluruh bodyguard untuk mengikutinya ke halaman samping villa yang sangat luas, sorot mata yang biasanya memang selalu menyorot datar itu kini makin dingin.
" Tau kalian salah apa?"
Hening, para bodyguard yang tengah menunduk dan berbaris rapi kini makin menundukkan kepala saat mendengar nada penuh intimindasi dari pimpinan mereka.
" Bagaimana bisa hal mengerikan tadi terjadi?"
Hening, bahkan saking heningnya hembusan angin dan gesekan daun serta ranting bisa terdengar dalam telinga. Jaemin yang menunggu jawaban dari para bawahannya seketika langsung geram, raut wajahnya makin tak dapat di tebak dengan aura yang makin dingin dan suram.
Greb
" Ya! Nana!" Teriakan serta kemunculan si tengah Na sontak langsung mengalihkan perhatian seluruh bodyguard serta Jaemin sendiri, Haechan langsung berlari tergopoh-gopoh mendekati adiknya ketika melihat si bungsu akan memukul salah satu bodyguard, tidak akan berakhir baik bila adiknya melepaskan amarahnya karena mungkin tak hanya satu orang saja yang akan bonyok.
" Sudahlah, kalian semua bubar dan istirahatlah, tak akan bagus jika kalian menjaga semuanya dengan tubuh yang letih." Ujar Haechan membubarkan barisan itu.
Haechan menatap wajah rupawan adiknya setelah memastikan tinggal mereka berdua saja yang berada disana, pemuda manis dengan tingkah secerah matahari itu menghela nafas ketika mengetahui bahwa adiknya masih menampilkan raut wajah geram dan marah.
" Kendalikan amarahmu Nana, tak akan berakhir baik bila semua bawahanmu menjaga para manusia itu dengan keadaan buruk. Lagipula, kamu juga tak akan mampu menjaga mereka sendirian tanpa bawahan." Jelas Haechan dengan lembut, dapat di lihat bahwa pelan-pelan si manis mirip kelinci itu mulai menetralkan ekspresi mengerikannya.
" Maafkan aku hyung, tapi aku terlalu takut dengan segala kemungkinan yang akan terjadi tadi, terutama ini adalah pertama kalinya kamu ikut dan aku takut sesuatu terjadi padamu." Sesalnya lirih, sungguh, sebenarnya yang memancing amarah terbesar seorang Na Jaemin adalah terlukanya salah satu anggota keluarganya. Haechan mengangguk, sudah terlampau hafal perangai si bungsu yang akan selalu kalap bila keluarga mereka tersentil sedikit saja.
" Lain kali cobalah mengendalikan amarahmu lebih baik lagi." Pinta Haechan dengan mengelus lembut pucuk kepala Jaemin." Iya, hyung." Jawab Jaemin sambil tersenyum manis membuat Haechan mau tak mau ikut tersenyum.
" Ngomong-ngomong hyung,"
" Bagaimana rasanya satu ruangan dengan Mark hyung dalam waktu yang lama?"
" YA!!! NA JAEMIN!"
.
.
.
.
.
.
.
.Di sebuah mansion mewah yang terletak tak jauh dari hutan, seorang pria cantik yang tengah mengandung hanya duduk termenung menatap luasnya taman bunga mawar merah yang dibuatkan sang suami untuknya. Mata bulat dengan manik mata hitam legam itu hanya menatap lurus ke depan hingga tak sadar ada seseorang yang mendekat kearahnya menatap dengan pandangan keheranan.
" Apa yang sedang kau pikirkan sayang?" Sebuah lengan kokoh dengan otot yang menyembul tanpa malu itu melingkar erat di pinggangnya dengan sesekali mengelus perutnya yang sudah membuncit.
Taeyong menoleh, maniknya menatap wajah rupawan pria tampan yang telah menjadi suaminya sejak 2 tahun yang lalu tengah menyandarkan kepalanya di pundak sebelah kanannya.
" Apa yang sebenarnya kau pikirkan Jae? Mengapa kau memisahkan tiga putra Suho hyung?" Dapat Taeyong rasakan si tampan menghela nafas berat di lehernya." Bukan keinginanku hyung, Jaemin pada dasarnya memang seorang pimpinan keamanan jadi dia sudah pasti selalu pergi, untuk Haechan aku memintanya ikut untuk membantu Jaemin karena si brisik itu selalu berguna di saat genting, dan si sulung aku sengaja meninggalkannya untuk mengawasi agensi, dia sendirianpun cukup, karena pada dasarnya bukan agensi yang mereka incar tapi keponakan bungsu kita." Jelas Jaehyun panjang lebar, matanya terpejam memikirkan berbagai kejadian yang mungkin terjadu kedepannya.
" Apa maksudmu? Kenapa mereka mengincar Jaemin?" Taeyong melepas paksa rengkuhan sang dominant, maniknya menatap tajam Jaehyun yang kini ikut menatapnya namun dengan pandangan lembut, " Ap-apa Suho hyung dan Irene noona tau?" Tanya Taeyong panik.
Jaehyun menghela nafas pelan, tangannya kembali meraih pujaan hatinya kedalam pelukan hangatnya guna menenangkan panic attack yang sering dialami istrinya.
" Bahkan appa dan eomma juga tau, mereka sudah bergerak cepat dengan menyewa seseorang untuk melindungi bocah bipolar itu" terang Jaehyun dengan agak sedikit bercanda, alhasil sebuah cubitan si tampan terima di pinggangnya." Jaemin tidak bipolar!" Sungut Taeyong kesal, kepalanya menoleh kesamping dengan bibir memberengut lucu membuat Jaehyun gemas dan semakin mengeratkan pelukannya.
" Ya! Jangan kencang-kencang, anakku terjepit." Jerit Taeyong menghasilkan tawa dari Jaehyun.
Sedangkan di negara yang sama, namun tempat yang berbeda seorang pria muda rupawan kini tengah menghadap pria lain yang lebih tua darinya.
" Aku harap kau menjalankan tugasmu dengan benar, Jeno!" Suara berwibawa itu membuat Jeno makin menundukkan kepalanya, matanya yang terbiasa menyorot hangat saat bersama Jaemin kini berubah tajam dan dingin dengan penuh hormat Jeno menganggukkan kepala.
" Sesuai keinginanmu tuan
Junmyeon."
Hallo, jumpa lagi, maaf ya kalo lama up, jujur aku mager banget hehhh
Selain itu ges, aku juga malah punya banyak ide lain jadi aku malah makin bingung huhuhu.
Maaf juga kalo agak semakin dikit dan nggak nyambung ya.
See you next time!!!
Vote & Coment
To be continue
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]
FanfictionKisah 3 bersaudara dengan sifat berbeda dan ceritanya masing-masing. Na Renjun, sulung yang punya sikap sinis dan kisah cinta yang rumit. Na Haechan, si tengah dengan sikap absurd dan perjuangannya dalam meluluhkan hati sang dambaan hati. Serta, Na...