2

11.2K 1K 20
                                    







Ssttt....nikmati karmamu, jangan lari atau kau akan semakin berdarah nanti.



Dua orang pria berpakaian hitam nampak berjalan memasuki lorong sempit yang diujungnya terdapat sebuah bangunan tua yang nampak menyeramkan. Keduanya sesekali menengok kebelakang memastikan tidak ada yang mengikuti.

Ketika telah memasuki pekarangan bangunan menyeramkan itu, keduanya dengan tergesa masuk ke dalam dan menutup pintu dengan rapat.

Salah satunya melangkah mendekati sofa besar yang ada di sana dan merebahkan dirinya, jangan salah meskipun dari luar bangunan ini nampak tak terurus, bagian dalamnya sama halnya dengan rumah-rumah lainnya, lengkap, bersih dan nyaman.

Hayo jelas, lha wong itu markas.

Yang lebih kekar ikut mendudukkan dirinya di salah satu sofa lainnya,
" Harusnya kau tak melakukan itu!" Yang di panggil menoleh, ikut menghembuskan nafasnya.

" Aku tak sengaja hyung, sungguh." Belanya ikut merasa frustasi, yang lebih tua melirik prihatin.
" Tak apa, yang penting tak tertangkap saja." Yang lebih tua memberi semangat dan di balas anggukan singkat dari yang lebih muda.

.
.
.
.
.
.
.
.

" Sialan kemana dua orang tadi?" Seorang pria manis menurunkan masker yang di pakainya, mata bulatnya menelisik setiap sudut jalan yang terdapat beberapa lorong, dengan kesal ia menendang salah satu tong sampah hingga terguling beberapa meter dari tempatnya.

" Nana, hey, cepatlah kembali! Tuan ingin kita berkumpul diruangannya." Suara Haechan nampak menyapa indra pendengarannya yang terpasang earphone.

Dengan kesal, Jaemin langsung berbalik dan meninggalkan area tempat ia kehilangan jejak. Tak menyadari ada seseorang yang baru saja keluar dari lorong menatap kepergiannya dengan pandangan penuh arti.

" Sepertinya, dia menarik." Matanya tak lepas dari punggung Jaemin yang semakin mengecil, dengan senyum tipis yang terbit di bibir berisinya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Di dalam ruangan yang berada di lantai teratas gedung agensi JY, terdapat tiga pria berbeda usia dengan kegiatan masing-masing.
Yang paling tua dan tampan tengah memperhatikan dua orang lainnya dengan seksama, yang paling mungil tengah memainkan gawainya dengan serius dan yang paling muda menikmati beberapa makanan yang tersaji di atas meja guna menyambut para tamu yang kadang datang.

Ceklek

Suara pintu terbuka hanya mampu mengalihkan perhatian yang paling tua, senyumnya terukir hingga kedua dimple nya muncul.

" Bagaimana penyelidikanmu Nana?" Jaemin, seseorang yang baru tiba itu mendudukkan diri di sebelah Renjun dan menghela nafas, " Entahlah uncle, aku kehilangan jejak keduanya saat berada diantara lorong." Jaemin menyandarkan punggungnya pada sofa dan memejamkan mata.

" Tak apa, masih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Yang terpenting semuanya selamat." Jaehyun menatap ketiga pemuda manis yang terduduk di depannya, tapi tunggu sepertinya ada yang aneh.

Mengapa Jaemin memanggil Jaehyun uncle padahal ia atasannya? Dan bagaimana bisa Renjun serta Haechan berlaku sesuka mereka di dalam ruangan sang atasan?

Jadi begini,  Jaehyun itu adik kandung dari Suho putra kedua dari Na Siwon dan Na Yoona, jadi kalian tau kan bagaimana bisa Jaehyun membangun gedung ini hanya untuk sang istri yang ingin menjadi pelatih tari.

Kedua putra Na Siwon itu sama-sama bucin, sama rupawan dan sama-sama hartawan. Sudah punya warisan yang tidak akan pernah surut dari ayahnya mereka juga sudah punya ladang usaha masing-masing.

Kembali lagi ke dalam ruangan tersebut, Jaehyun menatap ketiga ponakannya, " Akhir pekan datanglah kerumah uncle, aunty kalian ingin mengadakan pertemuan." Ketiga putra manis Na Suho itu mengangguk dan berpamitan dengan sang paman.

Ketiganya berjalan beriringan menuju lantai di mana seharusnya mereka berada. Renjun menatap adik bungsunya yang tengah cemberut, " Tak apa nana, mungkin kali ini mereka bisa lolos tapi tidak untuk lain kali." Jaemin mendusalkan kepalanya pada leher si sulung, sedangkan si tengah juga mengikuti kelakuan si bungsu, hingga kini Renjun harus berjalan tersendat akibat kedua adiknya yang menempeli tubuh mungilnya, hey apa mereka tidak sadar perbedaan ukuran tubuh mereka? Renjun yang mungil harus menopang tubuh jangkung si bungsu dan tubuh berisi si tengah.

Alamat sakit mungkin punggungnya.

" Bagaimana jika kita makan malam bersama di restoran jepang?" Renjun memberi usul yang langsung diangguki semangat oleh kedua adiknya, Renjun menatap tampilan mereka dari pintu lift dengan senyum yang teduh.

Ah, se nakal dan se bebal kedua adiknya mereka masihlah tetap bocah di mata Renjun.

.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang pria tampan kini tengah mengantri untuk mendapat pesanannya di depan kasir, restoran jepang yang ia kunjungi sebenarnya tidak terlalu ramai hingga membuatnya sedikit nyaman.

" Morky hyung?" Sebuah suara membuatnya mau tak mau menoleh, alis camarnya menukik ketika mengenali orang yang memanggil namanya lirih.

" Ada apa Haechan?" Mark menatap bingung pemuda Na itu karena malah cengar cengir tak jelas, " Tidak, hanya saja hyung semakin tampan dengan jaket denim itu." Haechan tersenyum manis dan langsung berbalik meninggalkan Mark yang mengeryitkan alis bingung, matanya meneliti penampilannya sendiri sebelum tersenyum tipis menatap kepergian Haechan menuju salah satu meja dengan dua orang lainnya.

" Ck ck ck, ada-ada saja dia." Mark mengambil pesanannya dan segera meninggalkan restoran tersebut dengan senyum tipis yang masih terpatri di balik masker yang ia kenakan, mungkin dia akan dianggap orang gila jika tak mengenakan masker, karena terus tersenyum aneh.

Sedangkan Haechan sudah heboh saat berada di hadapan kedua saudaranya, "Yaampun, Mark hyung mengenaliku." Haechan memekik senang," jelas dia mengenalimu bodoh, kau bahkan selalu mondar mandir didalam gedung agensi dengan segala tingkah gilamu." Renjun berucap sarkas.

" Harusnya kau tak mematahkan semangatnya, hyung." Jaemin terkekeh saat mendapati Haechan yang tadi heboh sekarang cemberut dengan mata yang sedih. Lagi pula yang di katakan Renjun memang benar sih, diantara mereka bertiga hanya Haechan yang selalu mondar-mandir bahkan berada di manapun sudut gedung, coba tanya sudut mana yang belum ia kunjungi? Maka jawabannya sudah pasti tidak ada.

Sedangkan si sulung sudah pasti akan selalu berada di dalam ruangan untuk memantau dan si bungsu akan keluar di saat diperlukan dan ketika harus mengawal beberapa idol yang akan melakukan concert maupun show apapun.

Jadi sudah terlihat kan siapa yang paling di kenali para penghuni gedung agensi? Meskipun Jaemin juga kadang keluar ia akan sulit di kenali karena selalu menggunakan masker saat memakai pakaian santai dan tidak menggunakan masker saat mengenakan seragam dan berbaris diantara para bodyguard, jadi kebanyakan mereka mengira dia adalah bodyguard.

" Sudahlah, kau sudah pesan kan?" Si bungsu mencoba menjadi penengah diantara kedua hyungnya sulit sekali akur dan akan adu mulut dimanapun mereka berada, Haechan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal " Aku lupa, karena sudah bertemu Mark hyung." Renjun menatap sinis Haechan yang kini terkekeh kaku.

" Sebaiknya kadar bucinmu kau kendalikan bodoh." Ujar Renjun ketus sebelum beranjak untuk memesan makanan mereka,
" Sudahlah hyung, tak apa." Haechan menatap berbinar Jaemin yang menepuk pelan pundaknya, "Memang hanya nana yang terbaik." Pekik Haechan senang, Jaemin yang mendengarnya tertawa lucu.







Weheee..... Makin gajelas, makin rumit ya?
Terus nantikan kelanjutannya
Vote dan komen janlup
Tbc...

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang