17

3.6K 400 39
                                    


Na Jaemin, si bungsu Na itu kini tengah berada di kediaman pribadinya, ia tengah duduk termenung di atas tempat tidurnya dengan sebuah kotak yang berada di pangkuannya. Manik bulatnya nampak menerawang jauh sebelum sebuah ketukan pintu mengalihkan fokusnya.

" Jaemin?" Jeno dengan suara khasnya memanggil si empu nama dengan pelan.

" Ya? Ada apa?" Tanya Jaemin sembari berdiri di ambang pintu, manik coklat terang itu seketika langsung bertubrukan dengan manik hitam kelam setelah pintu yang menjadi penghalang mereka terbuka.

" Bisakah kita bicara?" Jaemin menatap Jeno yang nampak gelisah sebelum akhirnya menyetujui ajakan si tampan, namun sebelumnya ia kembali masuk ke dalan kamar untuk mengambil kotak yang sedari tadi terongok di atas kasurnya.


Hening, keduanya kini saling terdiam berhadapan di ruang tamu milik Jaemin, keduanya masih enggan untuk membuka pembicaraan.

" Bisa kau jelaskan, kenapa pada awal perkenalan kau malah memperkenalkan diri sebagai putra angkat? Padahal nyatanya kau adalah putra kandung Park Chanyeol." Jeno menghela nafas gusar, sudah ia duga pertanyaan ini yang akan muncul pertama kali dari bibir si manis.

" Jaemin, sebenarnya aku hanya takut kau mengingatku sebagai teman kecilmu selama di Jepang, karena hal itu pasti akan menggangguku dalam pekerjaan, namun sayangnya kau malah melupakan semua tentang masa kecilmu bahkan dengan kisah asli hidupmu." Jeno menjeda ucapannya sebentar, matanya menatap si manis, ingin melihat apa reaksinya.

" Sebenarnya aku sudah tau siapa dirimu yang asli, karena itu aku dengan mudah mendekatimu karena kita sudah saling mengenal sejak dulu, bahkan dulu kita juga membuat sebuah janji yang menurutku sangat penting hingga saat ini, tapi sepertinya kau melupakannya juga ya?" Tanya Jeno lesu, Jaemin menatap pemuda di hadapannya dengan penasaran, " Apa yang dulu kita janjikan?" Tanya Jaemin penasaran.

Bukannya menjawab Jeno hanya tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit, dengan pelan ia berdiri dan mendekati si manis yang masih menunggu jawabannya.

" Aku tak perlu memberitaumu, hanya waktu yang akan kembali membuatmu ingat, tapi percayalah sejak dulu semuanya tidak ada yang berubah chagi" ujar Jeno berbisik di telinga Jaemin, setelah mengusak lembut pucuk kepala Jaemin tanpa menunggu si manis mendapat kembali kewarasannya Jeno lekas memasuki kamarnya dengan senyum yang belum luntur dari bibirnya.

" Sialan, berani sekali dia menggodaku." Umpat Jaemin kesal, namun tak ayal pipinya bersemu merah, kotak yang masih berada di tangannya itu di remat sebagai pelampiasan.

" Sial, aku sampai lupa memberikan kotak ini padanya."







.


.





.





.


.




Haechan memasuki ruangan yang menjadi kantornya dan para saudaranya di agensi milik sang paman, senyum lebar dan kedua pipinya yang memerah membuatnya terlihat seperti orang gila bahkan Renjun yang sudah datang terlebih dahulu itu menatap aneh sang adik.

" Kurasa kau harusnya mampir ke rumah sakit dulu." Ujar Renjun yang ditanggapi Haechan dengan kekehan kecil, Renjun makin menatap aneh sang adik, tidak biasanya adik gembulnya ini tidak meradang ketika di hina, malah makin menjadi.

" Ya! Bocah, apa kau-"


" Apa aku terlambat?"

Belum sempat Renjun menyelesaikan umpatannya, Jaemin yang baru saja tiba sudah menyela dengan aura yang mengerikan.

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang