16

3.6K 423 27
                                    




Ruangan yang kini di duduki oleh enam orang dewasa dan empat remaja itu terasa sangat hening, Jaemin yang berada di satu kursi yang sama dengan Guanlin menatap semua dengan pandangan yang belum pernah mereka lihat, sedangkan Guanlin yang sering melakukan eksekusi dengan si manis itu nampak sangat terbiasa.

" Siapa yang akan menjelaskan?"

Semua masih hening sebelum akhirnya Siwon sebagai yang paling berhak bersuara menghembuskan nafas lirih.

" Nana, kami menyuruh Jeno berada di sekitarmu dan menyuruhnya menyamar adalah untuk melindungimu, kamu mungkin telah menyadarinya apalagi dia juga merupakan putra kandung Chanyeol dan Baekhyun yang dulu sejak kecil sering bermain bersamamu di jepang. Jeno, Hyunjin dan satu rekannya lagi kakek perintahkan untuk menjagamu dan saudaramu yang lain, tapi ternyata untuk menjaga dua saudaramu kamu telah melakukannya sejak dulu. Kakek pikir dengan melakukan ini, ancaman yang kita terima akan berkurang tapi ternyata malah makin parah dan kedamaian kita sepertinya akan terancam." Nampak Siwon terlihat menghela nafas lelah, perkara yang dimiliki keluarganya sangat memusingkan di matanya.

" Kalaupun boleh, kakek akan memilih jadi orang biasa saja dengan ketenangan hidup yang terjamin, bukan menjadi penguasa dengan segala ancaman ditiap langkah kita."


Bungsu Na itu menatap lurus kedepan dengan pandangan tajam, "Kini kita hanya perlu fokus pada satu titik terang." Ucapnya sembari menjeda ucapannya, semua nampak diam mendengarkan kalimat apa yang akan keluar dari belah bibir tipis itu.

" Semuanya berawal dari Kim Changmin dan akan berakhir di ia juga."


Jaemin kembali diam, tangannya meremat gulungan dokumen yang sudah lama ia perintahkan Guanlin untuk mencarinya.

Sebuah kenyataan yang tak pernah ia perkirakan sebelumnya akan jadi seperti ini.

" Lalu, bisa kalian jelaskan?


Siapa aku sebenarnya?" Tanya Jaemin seraya melemparkan dokumen yang tadi di genggamnya ke tengah meja, semua orang dewasa di sana membeku, terlalu terkejut dengan apa yang di tanyakan oleh pemuda yang begitu mereka sayangi.

Taeyong menatap suami, mertua dan iparnya dengan pandangan bingung, ia merasa asing dengan apa yang baru saja ia dengar.

" Apa maksudnya Jae?" Bisik Taeyong di telinga suaminya, namun Jaehyun hanya mengeratkan genggamannya di tangan sang istri tanpa menjawab.


" Nana, kami....bisa jelaskan."







.

.

.

.





Haechan memainkan ponselnya dengan serius, game yang tengah ia mainkan adalah salah satu favoritnya hingga rela sering bergadang dan mengakibatkan Irene mengamuk dengan segala omelan yang akan keluar dari bibirnya.

Merasa bosan, Haechan mematikan ponselnya dan kembali menyeruput latte pesanannya, matanya berkali-kali menoleh kearah pintu masuk, memastikan orang yang mengajaknya bertemu telah tiba atau belum.

Kecewa, orang yang di tunggu belum tiba, Haechan meletakkan kepala di atas meja dengan lesu, matanya menatap gelas berisi minumannya dengan pandangan melamun.

Tiba-tiba sebuah usapan ia rasakan di pucuk kepalanya dengan lembut, dengan cepat si manis tengah Na itu mengangkat kepala dan menatap pada pria bermantel hitam yang wajahnya tertutup oleh topi dan masker.

" Maaf, apa kau sudah menunggu sangat lama?" Tanyanya setelah mendudukkan tubuhnya ke kursi yang ada di seberang si manis, Haechan menggeleng pelan, senyum manis masih enggan luntur dari wajah menggemaskannya.

" Baik, emh, apa yang sebaiknya kita lakukan setelah ini?" Tanya si pemuda tadi sembari menatap Haechan yang kini menopang wajahnya dengan raut yang sangat berseri.

" Tentu saja kita akan melakukan banyak hal menyenangkan sebagaimana orang lain berkencan, tapi aku menjamin kencan kita akan lebih menyenangkan






Mark hyung."






.


.


.


.


.


.




Di belahan bumi lainnya, tepatnya di sebuah villa yang terdapat di tengah hutan, sebuah villa berlantai dua dengan cat hitam yang nampak mengerikan seperti istana milik vampir, terdapat seorang pria tampan berkulit pucat yang tengah duduk menatap hamparan pohon yang mengelilingi rumahnya dari balik jendela lantai 2.

Matanya yang tajam menusuk, nampak terasa kosong bila di lihat lebih jeli. Hingga sebuah ketukan pada pintu mengalihkan pandangannya.

" Masuklah!" Titahnya dingin.

Seorang pria lain nampak memasuki ruangan dengan pandangan menunduk, sebelah tangannya berada di dada kiri sebagai bentuk penghormatan pada si pria yang duduk diatas kursi yang masih membelakanginya.

" Bos, seseorang mengirim sebuah surat yang langsung di tujukan untuk anda dan nyonya bos." Si pria yang di panggil bos itu nampak mengeryit, sebelum akhirnya berdiri dan berbalik untuk menerima surat yang masih di genggam oleh bawahannya.

" Surat? Siapa gerangan yang dengan polosnya mengirim surat untukku bahkan berani membawa istriku?" Gumamnya dengan nada datar khasnya.

" Pergilah Jhon, aku akan memanggilmu kembali nanti." Titahnya lagi, Jhonny yang mengertipun lantas segera meninggalkan sang atasan sendirian setelah memberi penghormatan.

Tatapan tajam dan dingin itu menyorot pada sebuah surat yang terbungkus amplop hitam kelam dengan sebuah liontin berbentuk layang-layang berkilat.

Dengan terheran-heran, si pria langsung saja membuka amplop dan mengambil selembar kertas putih polos dengan deretan kalimat yang panjang. Matanya langsung membola tak percaya setelah membaca siapa pengirim surat tersebut, dengan sebuah senyum yang jarang terlihat oleh siapapun kecuali untuk sang istri, si pria mengulas senyum tulus.

" Akhirnya kau mengetahui tentang kami tanpa aku harus bergerak dulu nak, aku yakin ibumu pasti akan sangat senang dengan permintaanmu ini." Ujarnya dengan lembut.

Tak berapa lama kemudian suara pintu kembali terbuka membuatnya menoleh dan kembali tersenyum lembut melihat seseorang yang datang.

" Sehun, aku dengar dari Jhonny kau mendapat sebuah surat yang mengatasnamakan aku juga, benarkah?" Seorang pria manis dan cantik itu berjalan perlahan mendekati sang suami yang kini membuka kedua tangannya tanda untuknya masuk kedalam pelukan.

" Benar, dan kau tak akan menyangka siapa yang mengirim untuk kita." Sehun mengecup sekilas pucuk kepala Luhan dengan sayang.

Luhan melirik surat yang masih terbuka di salah satu tangan Sehun, matanya langsung berkaca-kaca setelah mengetahui si pengirim.

" Aku tak menyangka dia mengirim surat untuk kita, apakah kau sudah memberi tahunya tentang kita?" Tanya Luhan menatap penuh binar sang suami. Sehun menggeleng, bahkan ia belum pernah menemuinya secara langsung.

" Harusnya kau tau siapa dia sayang." Ujar Sehun yang langsung di setujui Luhan.

" Benar, harusnya aku tak melupakan siapa dirinya."








Maaf lama up nya 😭🙏, akhir-akhir ini kuliahku padat dan aku dalam fase ujian juga, terima kasih buat kalian yang mau menunggu cerita ku ini.

Sisihkan waktu untuk vote dan komen ya❤️, itu sumber semangatku terima kasih❤️❤️🙏🙏🙏

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang