15

3.9K 440 9
                                    


Hening




Suasana dalam helikopter yang di dalamnya terdapat empat orang pemuda itu terasa sangat sunyi dan agak menyeramkan, pemuda yang tadi menjadi penembak merasa tak tahan dengan suasana yang kini melingkupi mereka, berbeda dengan temannya yang memang biasa pendiam.

Mata sipitnya melirik satu-satunya pemuda manis diantara mereka yang kini tengah berusaha mengeluarkan peluru yang tadi sempat bersarang di lengan kirinya.

" Ekhem " Hyunjin akhirnya berdehem guna mencairkan suasana, dua orang hanya menatapnya sekilas sebelum kembali melanjutkan kegiatan masing-masing berbeda dengan Guanlin yang agaknya masih dongkol dengan Hyunjin.

" Jaemin, kau tak melupakanku kan?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir tebal Hyunjin menghentikan pergerakan tangan kanan Jaemin yang berusaha meraih peluru yang sayangnya bersarang agak dalam di lengannya, tanpa menatap si penanya Jaemin melanjutkan kegiatannya.

" Tidak, siapa yang akan melupakan bajingan yang membuat kakakku terluka?"

Lontaran kalimat itu kembali menyebabkan suasana kembali hening, bahkan kini makin menganggu karena terasa sangat canggung. Hyunjin hanya menghela nafas lirih, niatnya ingin mencairkan suasana malah kini makin memperkeruh suasana.

Guanlin menatap Jaemin yang kini menjahit lukanya yang terbuka dengan tenang, keningnya mengeryit setelah mengetahui fakta yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

" Jaem?" Jaemin menatap Guanlin," Bersabarlah, aku akan menceritakannya nanti." Jawaban yang Jaemin utarakan membuat Guanlin paham, tuannya belum ingin menceritakan fakta.

Dua orang pemuda yang ada di depan saling melirik mengetahui interaksi dua pemuda di belakang mereka.

" Bisa jelaskan kenapa kalian menyusul dan menolong kami? Siapa yang memerintahkan kalian?"

Jeno dan Hyunjin seketika menegang mendengar pertanyaan Jaemin, keduanya melirik Jaemin yang telah selesai menjahit lukanya dan kini tengah memerhatikan jendela luar.

" Tuan besar Na." Jaemin menatap kepala belakang seseorang yang telah ia tampung di rumah pribadinya, sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan ke arah luar.

Hyunjin menatap terkejut kearah rekannya, tak paham kenapa dengan mudah mengatakan siapa yang menyuruh mereka meskipun itu kakek Jaemin sekalipun.

" Jen?"

" Tenanglah Hyunjin, aku bukanlah orang tolol yang akan diam saja ketika keluargaku dalam ancaman, aku bahkan menyelidiki siapapun yang berada di sekitar kami." Tukas Jaemin acuh ketika mendengar nada penuh kepanikan dalam suara Hyunjin, Jeno yang mendengar itu makin bungkam, menyadari bahwa ia telah berpura-pura di hadapan seorang pengamat cerdik.

Suasana kini kembali hening, bahkan ketika helikopter yang di kendarai Jeno telah tiba di halaman belakang mansion utama keluarga Na, dimana keberadaan kakek nenek Na Jaemin berada, Na Siwon dan Na Yoona.

Ketika mereka berempat telah turun dari helikopter dapat Jaemin lihat kakek, nenek, daddy, bunda, aunty dan unclenya telah menunggu kedatangan mereka. Irene yang melihat kedatangan putra bungsunya dengan keadaan yang buruk langsung berlari mendekat dan memeluknya erat.

" Nana, bunda mencemaskanmu sayang." Irene mengeratkan pelukannya, rasanya nyawanya seakan di tarik paksa mengetahui putranya yang nekat dan memiliki sifat hampir mirip dengannya bergerak menyergap musuh sendirian dan kembali dalam keadaan terluka berhasil membuatnya sedih, meskipun luka yang di derita Jaemin tak parah, tapi yang namanya ibu tak akan pernah tega melihat putranya terluka.

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang