"Eng...itu Rei, gue tadi cuma mau bilang kalau deketin cowok itu satu saja, dia itu cewek nggak bener masa masih sekolah belajar ngejalang. Gue cuma mau peringatin dia kok," ujar Queen dengan airmata buayanya.
"Lo itu yang nggak bener, dasar tukang fitnah. Siapa juga yang deket banyak cowok?" Sarkas Salsa dengan nada gemetar, bahkan matanya sudah memerah menahan tangis.
"Hei..."
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tiba-tiba datang Radit, Leo dan Arvin membuat suasana semakin memanas.
"Eh, pipi lo merah kenapa Sal?" Tanya Radit mendekati Salsa dan melihat pipinya dari dekat.
"Lo pakai blush on ya?" Lanjutnya.
"Enggak tolol. Dia tadi ditampar nenek lampir noh!" Tunjuk Caca ke Queen yang memelototkan kedua matanya tidak setuju dipanggil nenek lampir.
Seketika wajah Radit berubah menjadi datar dan dingin, menatap tajam Queen yang sedang berdebat dengan Salsa.
"Masalahnya apa sih? Ngrebutin gue ya?" Canda Arvin dengan kekehan kecil.
Gilang yang duduk diatas meja segera menoyor kepala Arvin setelah mendengar ucapannya, jikapun mereka sedang merebutkan cowok tentu saja cowok itu dirinya.
"Sal lo nggakpapa?" Tanya Naufal melihat Salsa yang matanya berkaca-kaca, tanpa ab-aba Salsa pun langsung berlari pergi keluar kantin meninggalkan semuanya yang dilanda bingung.
"Salsa!" Teriak Caca dan Mila yang ingin mengejar namun dihentikan Naufal." Biarkan dia sendiri dulu."
"Lo ikut gue ke bk!" Ucap Rei mencekal erat tangan Queen yang bergerak gelisah, jangan ke Bk lagi sumpah.
"Dasar jalang nuduh jalang," cibir Gilang sebelum berlalu pergi entah kemana.
Plakk
"Apaan sih Radit?"
"Ini buat lo yang nampar Salsa," ujar Radit dingin dan berlalu kebelakang kantin tanpa Leo.
"Gue belum tahu apa-apa," monolog Arvin dengan wajah polosnya.
"Caca, Mila kalian juga ikut gue jadi saksi," kata Rei menarik kasar tangan Queen keluar dengan Caca dan Milla dibelakangnya. Namun sebelum itu mereka menyuruh Naufal memperhatikan Salsa dan memberitahu keadaannya pada mereka nanti.
Salsa berlari ketaman belakang sekolah yang sepi, ia meringkuk dibawah pohon rindang dan menangis keras. Ia tiba-tiba teringat saat pembullyannya di SMP dulu yang menyebabkannya hingga kritis. Salsa takut, ia sangat takut kejadian itu akan menimpanya lagi bahkan lebih keras.
"Bisa diem nggak sih lo? Ganggu gue tau nggak?"
Salsa menghentikkan tangisnya namun airmatanya masih mengalir begitu saja, ia menatap cowok yang baru saja membentaknya yang sedang menenteng sebuah gitar, Elang.
"Eh elo ngapain nangis disini, bisa diem nggak? Gue lagi ngaransemen lagu bikin nggak fokus. Pergi sono!" Usir Elang acuh.
Salsa pun menangis lebih kencang membuat Elang bingung, ia pun menaruh gitarnya dan memegang pundak Salsa tapi malah membuatnya gemetaran. Elang habis akal, disekitarnya hanya ada dia dan Salsa. Ia pun merengkuh tubuh Salsa agar tenang, diusapnya rambut panjang itu dengan lembut dan beberapa kata lembut meluncur begitu saja jadi penenang.
"Salsa!"
Elang menoleh, ternyata itu Naufal dan Arvin yang datang dengan tatapan sulit diartikan. Namun yang membuatnya kesal yaitu Arvin dengan senyum liciknya mulai mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan pada mereka.
"Turunin itu atau gue banting hp lo?"
"Coba aja kalau bisa hahaha....."
"Huh, ini bocah kenapa sih tiba-tiba nangis?" Tanya Elang bingung.
Naufal pun mulai menceritakan kejadian tadi dengan rinci, tapi yang membuat mereka masih bingung kenapa Salsa sampai sehiteris ini? Apa karena tamparan itu?
"Lo nangis gara-gara dikatain jalang?" Tebak Arvin dengan nada santai.
Salsa menangis kencang meremas erat baju Elang dengan kuat.Tiba-tiba Radit datang dari arah belakang memeluk Salsa dan Elang bersamaan, mereka dapat mendengar salsa terus bergumam tentang sesuatu yang sedikit tidak jelas.
"Gu..e gak ..ta..hu,ampun!hiks.."
"Tenang Sal, gue selalu ada disamping lo, udah jangan nangis lagi. Kejadian itu tidak akan terulang lagi, gue janji," bisik Radit dengan mantap.
Tak berselang lama terdengar dengkuran kecil dari gadis yang mereka peluk. Saat mereka melepas pelukan itu ternyata Salsa tertidur dengan ingus yang masih meler dihidungnya.
"Gue kaya habis nonton drama sinetron cuy," celetuk Arvin membuat suasana semakin canggung antara Elang dan Radit.
"Duh, apasih?" Arvin menatap sinis Naufal yang baru saja menyikut perutnya. Apa Naufal menginginkan adegan itu juga? Pasti terlihat sangat bagus.
"Ngerusak suasana lo," bisiknya namun Arvin hanya mengernyitkan dahi tidak tahu, suasana apa?
"Ekhem, nih bocah gimana? Bel udah bunyi daritadi," tanya Elang memecah keheningan yang canggung.
"Bawa ke uks aja tuh, nggak enak juga harus dibangunin," usul Naufal diikuti Radit yang merasa itu ide yang baik. Lagipula Salsa tidak menyukai jika seseorang membangunkannya saat tidur.
"Lo angkat Dit," ujar Elang menyerahkan Salsa kepelukan Radit.
"Lah, kenapa nggak lo aja sih?"
"Entar pacar gue liat bisa perang dunia ke 2."
"Hemm....ishh...pendek kok berat juga ya," gumam Radit saat menggotong tubuh Salsa ke pelukannya, melihatnya seperti ini membuat hati Radit seketika sedih.
Mereka berempat mulai beranjak meninggalkan taman tanpa menyadari sedaritadi ada yang melihat dari kejauhan.
"Hubungan lo sama mereka apasih Sal?" Batin orang itu lalu pergi memasuki kantin.
Ceklek
Pintu uks terbuka, Radit langsung menidurkan Salsa dibrankar uks, beruntung saja uks sepi dan keempat cowok bisa leluasa untuk mengantarnya masum.
"Kalian kok pada ngikut?" Tanya Radit memandang 3 teman serumahnya itu.
"Gue mau bolos bukan ngikutin lo," ucap Elang mulai membuka kancing seragamnya tapi tubuhnya masih berbalut kaos
"Eh, mau macem-macem ya lo?" Was was Radit mengeluarkan mode siaganya.
"Belum siap om!" Seru Arvin menyilangkan tangannya didepan dada membuat Elang memutar bolanya malas.
"Yakk, baju gue kena ingus semua goblok!" ujar Elang menjitak kepala Arvin yang menurutnya sedaritadi hanya merusak suasana tanpa membantu apa pun.
"Ohh." Radit hanya ber oh ria lalu duduk dikursi dekat brankar.
"Yook...kekelas!" Ajak Naufal menarik paksa tangan Arvin yang memberontak ingin bolos juga.
"Dasar curut," umpat Radit melihat kelakuan Arvin yang dilihat-lihat sedikit mirip sepertinya, oh jangan sampai.
"Kok lo gak pergi?" Tanya Elang yang sudah berbaring di brankar satunya dengan lengan kanan menutupi mata.
"Entar lo ngapa-ngapain Salsa lagi, kan kagak ada yang tahu."
"Udah sah juga kali," gumam Elang berbalik memunggungi keduanya.
"Lo tadi ngomong apa?"
"Nggak."
"Banyak yang sayang sama lo Sal," batin seseorang.
#Don't forget⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata