65

588 54 1
                                    


  Diluar, Gilang, Naufal dan Arvin kembali setelah ada urusan sebentar dari tenda. Namun saat ingin sampai di depan posko darurat ketiganya bertemu dengan Radit, Elang dan Langit.

  "Dimana Salsa? Salsa kenapa?"

  Ada sayup-sayup tangisan di dalam, tapi mereka tidak bisa masuk seenak hati mereka.

  Gilang memandang Langit tidak suka dan menghadangnya segera saat Langit ingin memasuki tenda," mau apa lo? Siapa yang ngizinin lo masuk?"

  "Minggir, gue mau ketemu Salsa."

  "Nggak boleh, lebih baik lo pergi sebelum gue usir secara paksa dari sini."

  "Coba saja, biar semua orang lihat seberapa liar-nya lo."

  Gilang hendak melayangkan pukulannya namun dengan segera Radit menahannya dan menyuruhnya mundur," Langit, untuk kebaikan Salsa gue mohon lo mundur beberapa waktu ini. Lo nggak sadar? Salsa belum mau terima kedatangan lo, dia ingin lo mundur untuk kebaikan kalian berdua. Seharusnya lo tahu itu."

  "Gue nggak mau tahu karena gue yakin Salsa juga cinta sama gue, sekarang kalian minggir karena gue mau masuk temui Salsa."

  "Lo nggak paham bahasa atau apa? Salsa nggak mau lo temui," ujar Radit sedikit ngegas dan langsung mendorong bahu Langit saat si empu ingin melewatinya.

  "Lo sudah membuatnya malu di lomba koran tadi dan lo masih punya muka buat temuin dia? Seberapa banyak wajah yang lo miliki?" Lanjut Radit membuat Langit ingin memukulnya namun intruksi bu Pita menghentikan tangannya.

  "Apa yang kalian ributkan diluar? Cepat bubar."

  "Bu, saya ingin menemui Salsa. Tadi anak pmr ada yang mengatakan kalau Salsa mau ketemu saya," ucap Langit membuat Radit merasa ingin mual, ia tahu kalau Langit berbohong dan sebenarnya sudah tahap apa Langit mencintai Salsa?

  "Salsa baru saja mengatakan kalau yang nama Langit tidak boleh masuk, mungkin anak pmr itu salah dengar."

  Langit sudah terlanjur malu dan berbalik pergi setelah tidak dapat berkata-kata lagi. Melihat itu Radit menggelengkan kepala pelan tidak tahu lagi apa yang merubah sifat Langit bisa seperti itu. Setahunya dulu Langit adalah anak yang jujur dan polos, tapi sekarang dia tidak seperti Langit yang dulu.

  "Bu, saya mendapatkan kapsul obatnya," seru seorang cewek pmr memperlihatkan kapsul putih ke bu Pita," Ambil air mineral dan berikan ke Salsa secepatnya."

  "Bu, obat apa itu?" Tanya Naufal sebelum bu Pita berbalik masuk," obat pribadinya, katanya jika dia kambuh dia harus minum obat itu."

  Setelah bu Pita masuk, kelima cowok itu ikutan masuk dan tenda berubah menjadi sesak. Namun tidak ada yang bisa mengusir kelima cowok itu, dan bu Pita sendiri masih harus menemani Salsa didalam untuk mencegah fitnah.

  "Sal, gimana keadaan lo?"

  Salsa yang sudah minum obat dibantu Reihan langsung berusaha duduk untuk melihat mereka satu per satu, sangat menyenangkan ada yang memperhatikannya saat sakit. Tidak seperti dulu, dia merasakannya sendiri.

  "Sudah lebih baik, setelah minum obat 5 menit lagi gue kembali normal. Jangan khawatir."
 
  "Obat apa itu? Lo sakit apa?" Tanya Elang membuat Salsa berpikir sejenak.

  "Nggak tahu, setelah terapis itu gue disuruh dokternya untuk membawa obat itu setiap saat, jika tiba-tiba kepala gue sakit sekali dengan mimisan maka gue harus minum obat itu. Tapi itu jarang terjadi kok, terakhir kali 4 bulan lalu."

  "Apa itu mungkin karena lo berusaha memulihkan ingatan lo?" Tanya Gilang tiba-tiba membuat semua orang memperhatikannya.

  "Lo mencoba hal konyol itu lagi? Kan gue sudah bilang kalau ingatan itu tidak perlu lo paksain pulih, biarin pulih sendiri. Kalau seperti ini siapa yang lo repotin coba?" Marah Radit namun membuat Salsa tersenyum tipis. "Ingatan itu datang sendiri saat gue kerumah nenek Gilang, gue nggak maksain kok. Dan lo tahu? Ternyata Gilang itu teman masa kecil gue saat dipuncak, gue sudah ingat sebagian besar."

  "Nggak mau tahu lo berhasil ingat apa, tapi jangan pernah ulangin lagi. Kalau lo masih ngeyel, gue langsung terbangin lo ke Amerika buat berobat."

  "Radit marah, Salsa takut," lirih Salsa dengan kepala tertunduk. Melihat itu Radit dengan helaan nafas panjang memeluk kepala Salsa dan mengusap rambutnya," gue nggak marah, tapi jangan lakuin itu lagi. Lo buat gue khawatir setengah mati, sekarang lo itu tanggungjawab gue Sal. Lo harus selalu sehat dan senang dibawah bimbingan gue," bisik Radit yang hanya orang di dekatnya yang bisa mendengarnya.

  "Salsa paham, tapi Radit janji nggak marah lagi?" Tanya Salsa melepaskan pelukannya dan mengulurkan jari kelingkingnya. Radit dengan senyum terpaksa mengaitkan jari kelingkingnya dan setelah itu mengecup pucuk kepala Salsa singkat," Selalu sehat Sal."

  "Ibu sangat tersentuh dengan kepedulian kalian, kalian berenam memiliki hubungan spesial dengan Salsa?" Tanya Bu Pita membuat ketujuhnya menegang, kenapa mereka tidak menyadari kalau ada seseorang lagi di tenda itu.

  "Salsa sama saya sudah berteman sejak smp bu, ortu kita juga berteman baik. Kita sudah seperti adik, kakak walau seringnya bertengkar hahaha..." celetuk Radit mencoba menyairkan suasana.

  "Kalau saya temannya Salsa sejak orok bu, tapi dia lupa ingatan dan saya dekat dengannya karena ingin membantu memulihkan ingatannya dan bisa berteman lagi," sahut Gilang membuat Naufal kini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal," saya pacarnya bu, masih kalah dengan adik kakak-an Radit hehehe...."

  "Kalau Reihan, Arvin dan Elang?"

  "Kita mah ikut-ikutan jaga, seperti di film-film tuh. Sangat keren kan bu?" Tanya Arvin membuat Reihan mengetuk kepalanya," nggak lucu."

  "Tapi kedekatan kalian banyak orang yang tidak suka dan berprasangka buruk tentang Salsa. Padahal persahabatan kalian murni."

  "Itu karena mereka iri bu, biarkan saja. Mereka jika lelah sendiri, maka mereka akan diam," ujar Arvin membuat bu Pita mengangguk." Kalau begitu kalian bubar, tenda-nya sesak karena kalian. Salsa, jika sudah sembuh jangan lupa ganti kaosnya. Kaosnya terkena darah."

  "Baik bu, terimakasih."

  Bu Pita pamit keluar dan Salsa langsung menarik kaos Radit yang ada didepannya," Dit, baju yang gue bawa tanktop semua."
  
  "Anjing, beneran?" Tanya Elang shock.

  "Ya enggaklah, bodo banget gue cuma bawa tanktop," ujar Salsa yang berusaha bangun setelah sakit kepalanya benar-benar hilang.

  "Nanti malam cuma tanktopan ditenda gue Nggakpapa," ujar Elang membuat Reihan langsung memukul kepala belakangnya," Bicara lagi?"

  "Jangan pukul kepala gue, gue cuma mau nawarin kalau nanti malem dia kedinginan dia tanktopan ditenda gue Nggakpapa. Nanti dengan senang hati gue angetin."

  "Elang mesum," hardik Salsa namun Elang hanya tersenyum aneh," Nggak mesum kok, cuma mau kasih solusi yang terbaik walau sedikit sakit keesokannya."

  "Gue yakin lo pasti sudah pernah bobolin anak orang," tunjuk Gilang.

  "Enak aja, gue mah masih polos dan suci tahu. Kalau bokap gue tahu gue bobolin anak orang, gue sudah dicoret dari kk. Tapi kalau menantunya nggakpapa kan?"

  "Naufal, gue takut."

  "Elang, mari gue asah mulut lo supaya lebih licin," ujar Gilang membuat Elang lantas menggeleng dan memilih diam karena sedikit takut dengan ekspresi Gilang.
 

LOTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang