Salsa bersiap untuk pulang sebentar kerumahnya namun ia terkejut ketika mendapati Caca dan Milla tertawa di ruang tv bersama Radit dan Elang. Dengan heran Salsa mendekati mereka yang ternyata sedang asik melihat warkop DKI.Posisi Salsa dibelakang sofa yang mereka duduki, saat ia hendak mengejutkan kedua temannya tiba-tiba saja pinggangnya diputar hingga membuatnya berbalik dan berakhir di pelukan Arvin. Sejak saat ini pun mereka tidak melakukan interaksi apa pun dan hal ini cukup membuat jantungnya was-was dan ketakutan sangat kentara tercetak di ekspresinya.
"Lo mau kemana?" Bisik Arvin pelan seraya menahan tawa melihat ekspresi Salsa yang membuatnya lucu. Ia benar-benar menyesali malam itu dan ingin memperbaiki hubungannya dengan Salsa secara perlahan.
"Itu bukan urusan lo."
Salsa memberontak ingin pergi dan Arvin melepaskannya, ia dengan halus melewati Salsa begitu saja dan bergabung dengan Radit seolah-olah yang terjadi sebelumnya bukanlah apa-apa. Oke, sepertinya Arvin perlu diadukan ke bundanya karena ia sudah mengganggu.
"Salsa, lo ngapain disitu?"
Salsa berbalik dan mendapati semua orang kini telah memperhatikannya, dengan perasaan gugup yang belum hilang ia berdiri di sofa belakang temannya dan tangannya menyelinap mengambil cemilan yang mereka pegang.
"Kalian ngapain disini?"
"Main, lo sudah jarang keluar tahu. Jadi kita yang akan terus main ke sini ya nggak Ca? Lagian kita juga mau jenguk Naufal, dimana dia?"
"Bentar lagi turun, eh anak-anak kelas nggak ada rencana buat jenguk kan?"
"Baru aja mau bilang gitu, tapi rencananya mereka akan jenguk besok."
Salsa mengangguk, kalau seperti itu maka Naufal akan pulang ke rumah ayahnya. Tapi, apa penculik itu sudah ditangkap polisi? Tadi tepat pukul 2 siang Naufal diminta ke kantor dan membuat laporan bersama ayahnya, tapi Salsa tidak mendapat kabar sampai sekarang kalau penculiknya sudah ketemu. Padahal ia sangat tahu kalau ayah mertuanya itu sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu kepolisian agar penculik itu segera ditangkap.
Salsa masih sibuk mengemil di posisinya yang sama lalu Reihan dan Naufal ikut menyusul dan ruangan itu semakin ricuh. Tidak ingin membuang waktu lagi Salsa membawa kedua temannya untuk mengikutinya pulang karena ada Langit yang berusaha mencari alamatnya dirumah. Mendengar nama Langit, Radit hampir saja memecahkan gelasnya karena marah. Langit ternyata lebih berbahaya dari apa yang ia sangka dulu, dan ia yakin kalau semua itu dalangnya Langit tapi mereka hanya perlu mencari bukti.
"Gue akan ikut lo," celetuk Radit membuat Salsa menggeleng.
"Ngapain lo ikut? Gue aman kok sama Caca dan Milla ye kan? Tapi mungkin pulangnya agak malam."
Salsa berencana akan makan malam dirumah bersama dua temannya, untung saja tadi siang ia memasak banyak dan malam ini para cowok bisa menghangatkannya kembali.
"Kalian sepertinya sangat waspada sama Langit, takut kesaing ya?"
"Tenang, istri kalian akan aman kok sama kita. Kita janji deh," sahut Caca membuat Salsa memerah malu. Istri kalian, itu terdengar aneh. Salsa hanya menganggap ke enam-nya teman serumah itu saja.
"Ayo kita berangkat, keburu Langit pergi."
Dengan tarikan Salsa, Caca dan Milla akhirnya pergi meninggalkan rumah membuat ruang tv itu menjadi hening. Dengan dengusan kasar Radit berpindah pergi menyambar jaketnya ingin memantau Salsa dari jauh, tentu saja teman-temannya hanya tahu kalau ia pergi keluar.
Salsa pergi menggunakan scoopy-nya sedangkan Caca dan Milla berbonceng bersama, sesampainya dihalaman ketiganya benar-benar melihat motor Langit terparkir apik dan pak Juan yang mengantar mereka datang hanya tersenyum dan pamit pergi untuk menyirami bunga. Walau Salsa tidak pulang 2 minggu, ia merasakan kalau hawa rumah berbeda. Seperti asing di dalam benaknya.
"Eh non Salsa pulang? Di dalam ada nyonya, tuan sama Aden Langit."
Keseringannya dulu Salsa membawa Langit main kerumah, bahkan seluruh pelayan sangat ramah ke Langit. Melihat ini Caca dan Milla gencar menggoda Salsa kalau Langit sebentar lagi akan melamarnya.
"Jangan bicara omong kosong, gue nggak mau nambah suami."
Ketiganya masuk dan mendapati Langit bersama kedua orang tuanya tengah berbincang hangat bahkan sesekali tertawa bersama. Saat ketiganya menyapa terlihat sekali Langit memberikan senyum smirk ke arah Salsa tanpa yang lain tahu. Salsa menduga kalau Langit sudah mendapat apa yang dia cari.
"Tante, sudah lama tidak jumpa. Tante semakin cantik," puji Caca membuat Salsa dibelakangnya berdecak, pasti Caca ingin menjilat bundanya.
"Ayah, apa kak Sammy ada dirumah?" Tanya Salsa duduk disebelah ayahnya tanpa memandang Langit diseberang.
"Dia apa pernah pulang? Mungkin dia sudah tidak ingat kalau punya rumah."
"Salsa, lo nggak lihat gue disini?" Celetuk Langit dengan tersenyum manis.
"Nagapain lo disini?"
"Jenguk lo, bukannya lo sakit?"
"Sudah sembuh, lo sudah tahu kan? Lo boleh pergi."
"Kayanya Salsa malu tan dijenguk cowok, ciee Salsa bisa salting juga ternyata," sahut Milla lalu tertawa bersama Bella dan Caca.
"Ngapain malu? Gue nggak malu kok."
"Ngomong aja kalau salting, Langit lo suka Salsa kan sebenarnya? Ngaku lo."
Caca sebenarnya hanya menggoda Langit tapi tidak menyangka dia mendapat balasan anggukan membuat Salsa mencibir, bar-bar banget suka gue.
●○●
Radit bersembunyi di seberang rumah Salsa disebuah perumahan yang tidak berpenghuni. Setelah 30 menit ia melihat Langit keluar dan ia pun keluar dari tempat persembunyian ingin sekali menemui Salsa namun ia ragu. Ia menimang hal itu selama 3 menit dan akhirnya suara mobil mengalihkan perhatiannya.
"Ngapain lo disitu? Nggak masuk?"
Ternyata itu Sammy dengan mobil merahnya, dengan ragu Radit mengangguk dan mengikuti Sammy dengan motornya. Sammy pulang karena ia ingin mengecek sesuatu yang penting sedangkan Radit datang untuk mengecek Salsa. Ia sangat takut kalau Salsa akan diapa-apain sama Langit.
"Salsa disini? Kenapa kalian tidak datang bersama?" Tanya Sammy yang keluar dari mobil dan baru menyadari Motor Salsa sudah terparkir bersama satu motor lainnya.
"Hanya ada sesuatu yang lo nggak perlu tahu."
Radit dengan acuh meninggalkan Sammy dibelakang dan terus berjalan memasuki rumah. Sammy memandang punggung Radit dengan senyum yang siapa pun tidak tahu bagaimana mengartikannya. Yang pasti, Sammy tahu tentang kedatangan Langit dan penculikan Naufal malam itu. Tapi Sammy tahu, walaupun sekarang mereka bertujuh tidak diawasi lagi oleh ayah Arvin dan Gilang namun Sammy dapat yakin kalau mereka benar-benar dapat menjaga Salsa. Karena dirinya pernah tiga kali gagal menjaga Salsa dan sekarang sudah saatnya ia memberikan Salsa kepada yang berhak menjaganya.
"Sebentar lagi, hanya dalam hitungan minggu semuanya akan selesai. Salsa, semua ini gue berikan buat penebusan kesalahan gue karena gue sebelumnya gagal menjaga lo. Setelah ini berakhir, gue harap lo bahagia."
*Please jangan dipaksain baca ya, semakin kesini ceritanya semakin kesono huaaa.....kalau nggak ada yang baca sebenarnya mau aku hiatus-in karena ceritanya semakin amburadul. Tapi nanggung sih tinggal seperempat mungkin tapi ya kalau jarang up berarti bab-nya ada yang hilang lagi wkwk....itu yang bikin males nulis apalagi yang hilang bab cerita yang tengah:v sudah berkali-kali ngalamin soalnya wkwk...
Atau Vote aja deh ceritanya mau di lanjut atau stop aja....
Dan bikin cerita baru xixi....
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata