Mita tersenyum melihat pertemuan keduanya dan dengan segera mendorong Langit lalu menarik Salsa untuk masuk.Saat ketiganya sudah masuk, Mita langsung saja menutup pintunya dan Salsa mulai panik takut sesuatu akan terjadi padanya. Mita hanya bersmirk dan menarik tangan Salsa agar tidak meraih gagang pintu.
"Mari duduk, jangan takut seperti itu. Diva sudah pergi, ini gue Mita bestie lo hahaha.... "
Sret
"Sal lo harus percaya sama gue, bukan gue otak itu semua. Lo percaya kan? Gue nggak akan berani lakuin hal itu, " Rengek Langit seraya menarik Salsa untuk duduk dilantai samping nya. Ini hanyalah kost-kost an kecil dengan satu kasur lipat.
Salsa risih mendapat perlakuan seperti ini, apalagi mencium bau alkohol dari tubuh Langit yang samar-samar membuat hidungnya mengerut.
"Hal apa yang dapat buat gue percaya sama lo?"
Langit melepaskan tarikan nya dan mengangkat tangan kanannya, "gue bersumpah Sal, jika gue yang lakuin itu maka biarkan petir menyambar gue sekarang. "
Salsa terkekeh dan meraih tangan kanan Langit untuk digenggam," Gue selalu percaya lo Ngit, jangan sumpah-sumpah seperti itu. Nggak baik tahu nggak? "
"Iya, gue sudah ngomong beribu kali kalau lo itu pasti percaya tapi dia nggak percaya sama gue jadi gue jemput lo hari ini, " Sahut Mitha mengeluarkan sekantong Snack dan meletakkannya ditengah-tengah mereka. "Ayo kita ngobrol, sudah sangat lama kita tidak kumpul seperti ini iya kan? "
Di pinggir jalan raya dekat minimarket, terlihat seorang pemuda yang celingak-celinguk melihat ke sekeliling seperti sedang mencari seseorang. Berulang kali dia mengangkat ponselnya namun hanya decihan yang ia tunjukkan dan ponsel itu ia simpan kembali disaku jaket.
Pemuda itu turun dari motor nya dan berjalan ke angkringan dekat trotoar lalu menunjukkan foto ke penjual yang langsung berseru kalau ia sempat melihatnya.
"Saya lihat mas tadi nggak lama, cewek ini dijemput seorang cewek dengan motor vario hitam lalu pergi ke arah sana mas, perempatan itu lalu belok kanan. "
"Kalau begitu terimakasih mas. "
"Sama-sama."
Saat pemuda itu kembali ke motornya, sebuah motor hitam datang menghampiri. Saat helm itu dibuka, ternyata si empu adalah Arvin dengan kerutan dahi yang dalam, "Salsa sudah ketemu? "
"Dia ke arah sana, perempatan belok kanan. "
Arvin mengangguk dan memakai helm-nya kembali, ia mendahului Reihan menuju ke perempatan depan dan berbelok kanan. Di jalan itu keduanya mengendarai dengan perlahan dan selalu melihat ke sekitar mencari jejak Salsa. Namun tentu saja nihil, sampai di pertigaan depan mereka menepi disebuah ruko dan mulai bingung harus mencari ke mana lagi.
"Gilang nggak ngarahin geng-nya?" tanya Arvin ke Reihan dibelakangnya yang menggeleng.
Arvin menghela nafas panjang, kekhawatirannya pada Salsa semakin menjadi-jadi. Ia takut Salsa kenapa-kenapa, apalagi Salsa bertemu dengan yang membuatnya trauma dulu. Ia takut, Salsa akan dilukai dengan lebih parahnya.
"Kita putar-putar daerah sini dan tanya ke orang-orang, sebentar lagi yang lain mungkin bergerak. "
Reihan tidak menyahut melainkan pergi ke arah berlawanan dari Arvin untuk mencari. Keduanya berpencar hingga lima belas menit kemudian Reihan menjumpai Salsa yang baru saja keluar dari minimarket.
Salsa yang sedang meneguk air mineralnya tertegun ketika melihat sosok Reihan yang tiba-tiba datang dan menatap nya tajam.
"Oh Rei, lo sampai sini? "
Grep
"Akhirnya gue menemukan lo. "
Salsa tersentak ketika mendapati Reihan langsung memeluknya erat dan seperti menyalurkan sarat kerinduan. Ia jadi bimbang, apakah dia akan menceritakannya atau malah memuruti Langit untuk menyembunyikannya?
"Lo cari gue? Gue tadi sama teman gue bentar, bukannya gue sudah hubungi Radit? "
Reihan melepas pelukannya dan menangkup wajah Salsa lalu menatapnya lamat, "Kalau temen sekolah biasa kita bisa tenang, tapi ini temen lo yang buat lo trauma. Bagaimana gue bisa tenang? Gue nggak mau lo kenapa-kenapa lagi, gue nggak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi. "
Salsa tersenyum dan mencubit hidung Reihan gemas, "kenapa lo bisa ngomong panjang heum? Apa saat khawatir lo bisa berubah hahaha... "
Reihan menurunkan tangan Salsa dan menggenggamnya erat, "Jangan buat gue khawatir lagi, jangan pergi sebelum izin gue ngerti? Lo berarti buat gue Sal, Gue mencintai Lo. "
Jantung Salsa berdegup sangat kencang, tangannya berubah menjadi dingin dan dia tidak berani melihat wajah Reihan, "Iya-iya gue nggak hilang-hilang lagi, ayo pulang. "
Salsa menurunkan tangannya dan menarik tangan Reihan menuju motor, "Ini sangat panas, gue nggak mau item. "
Reihan melepas jaketnya dan memainkan jaket itu ke Salsa membuat pipi gadis itu memerah, "ayo kita pulang, Arvin juga cariin lo. "
"Eoh, benarkah? Kalau begitu ayo pulang. "
"Motor lo nggak ada di garasi? "
"Oh, tadi gue berangkat pakai motor tapi ban gue bocor di jalan jadi gue ke supermarket jalan kaki. "
Dirumah, Salsa langsung diceramahi Arvin yang baru saja pulang setelah mengetahui dirinya sudah ditemukan. Salsa hanya diam dan mengangguk-ngangguk sesekali melirik ke Reihan yang hanya diam di sofa melihatnya. Sialan cowok itu tidak peka padanya.
Brakkk
Pintu utama terbuka dengan kasar membuat ketiganya terkejut, terlihat Radit berlari pontang-panting diikuti lainnya. Salsa sampai melongo, plis ini semuanya pulang karenanya? Kenapa se-lebay ini?
"Aww sakit Dit, lo mau buat gue cacat hah? "
"Katakan lo tadi sama Mita kemana? "
Salsa memohon agar Radit melepas tarikan di telinganya namun si empu tidak mau mendengar dan menuntut penjelasan.
"Kita tadi hanya bicara di cafe, dia tidak sengaja lihat gue dan dia minta bicara sebentar dan minta maaf soal masa lalu. Sudah, lepasin. ""Hanya itu doang? Darimana gue bisa percaya? "
"Lo nggak percaya gue? Gue ngomong jujur, lihat gue nggak kenapa-kenapa kan? Jangan lebay deh. "
"Jangan berteman dengan Mita, seberubah apa pun dia. "
"Kenapa? Dia sudah berubah kok. "
"Pasti punya alasan, dan orang jahat akan terus jahat Salsa. "
Salsa melepas tangan Radit susah payah dan berkacak pinggang, "Baiklah tuan Radit yang terhormat, gue nggak akan dekat-dekat dengan Mita. Lo puas? "
"Iya, dan lo jangan pergi-pergi lagi tanpa izin. "
"Iya, tadi Reihan sama Arvin juga sudah bilang gitu. "
Tiba-tiba saja Elang merangkul bahunya erat, "jika lo melanggar lo akan dapat hukuman, lo mau? "
"Kalian nggak akan bisa hukum gue. "
"Benarkah? "
Radit melepas jas-nya diikuti Gilang. Setelah jas-nya dilepas saat kedua cowok itu ingin melepas kancing kemeja mereka, Salsa langsung lari dari pelukan Elang dan berlari ke lantai dua, "Gila kalian semua! "
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata