53

673 57 14
                                    


  Salsa tenggelam dalam hoodie putih besar milik Arvin yang mencapai setengah pahanya, ia begitu lucu berjalan mendekati Arvin dan tanpa sopan santun duduk diantara kedua kaki Arvin dan menyenderkan tubuhnya ke dada bidang Arvin yang tegang.

  "Lo, lo nggak pakai celana?" Tanya Arvin gugup.

  "Pakai kok, nih," ujar Milla mengangkat sedikit hoodie-nya dan memperlihatkan hotpants hitamnya yang sedaritadi ia pakai sejak menggunakan dress. Telinga Arvin memerah melihat frontalnya Salsa menunjukkan pahanya.

"Lo kedinginan goblok, cari selimut sana."
 
"Nggak mau, gue sudah nyaman," balas Milla lalu membenamkan dirinya ke leher Arvin yang sekarang ia berada di paha cowok itu. Menghirup bau Arvin membuatnya nyaman.

  Arvin semakin tegang dengan tubuh memanas, dengan deru nafas menerpa lehernya dan pemandangan paha putih Salsa membuatnya sedikit berkabut lalu tanpa sadar mengangkat paha Salsa agar lebih dekat dengannya. Kali ini Salsa yang terkejut, saat ia mendongakkan wajahnya bibirnya dengan cepat disambar benda yang sama kenyalnya. Sebelum ia memberontak, tengkuknya ditahan tangan besar Arvin dan menbuatnya tanpa sadar membuka mulut saat gigi cowok itu mengigit bibirnya. Dengan tekanan Salsa memberikan lidah cowok itu mengobrak-abrik isi mulutnya.

  Ini ciuman pertama bagi keduanya yang sama-sama berantakan, namun seberantakan apa pun itu mampu membuat malam dingin mereka menjadi panas. Saat bibir Arvin ingin pindah ke leher, Salsa segera mendorong wajah cowok itu dan bangkit pergi ke kamar Naufal. Jika ia masih disana sudah dipastikan cicit nenek Arvin pasti akan segera hadir.

  Arvin mengusap wajahnya kasar atas apa yang sudah ia lakukan, dengan gusar ia bangkit dan keluar mencari udara dingin untuk meredakan panas itu.

  Salsa gugup dan takut, ia menghidupkan kembali kamar Naufal dan menyelinap masuk ke selimut cowok itu dan tidur di sampingnya. Mengingat tadi jantung Salsa berdegup sangat kencang dan dengan malu ia melampiaskannya ke Naufal dan memeluk cowok itu erat. Mendapati seseorang memeluknya tanpa sadar Naufal memeluk orang itu dan Salsa tertidur beberapa saat dengan kiasan kejadian tadi yang masih berkeliaran di mimpinya.

  Pukul 02.15 adalah waktu yang Salsa lihat di jam dinding sebelum ia turun dan mendapati Arvin tertidur di sofa tanpa selimut. Dengan setengah hati Salsa mengobrak-abrik lemari atas Naufal dan mendapatkan sayu potong selimut tidak cukup besar tapi bisa menyelimuti seluruh tubuh tinggi Arvin. Salsa juga mengambil bantalnya dan meletakkannya di bawah kepala Arvin agar leher cowok itu tidak sakit ketika bangun. Setelah mengurus Arvin Salsa menuju dapur dan mengambil sebaskom air hangat. Merasakan orang yang dipeluknya panas tinggi Salsa langsung terbangun dan menyadari Naufal demam. Setelahnya ia akan mengompres Naufal sampai panas itu turun.

  ●●●

   Pagi ini dirumah tidak ada yang membuat sarapan jadi tidak ada yang sarapan dan langsung berangkat. Radit yang membawakan baju ganti Salsa dan tas Arvin mampir ke rumah Naufal terlebih dahulu untuk mengantar baju sekalian ingin sarapan gratis. Tapi yang membuatnya bingung kenapa ketiga temannya yang lain mengikuti arahnya? Radit masih diam dan sesampainya dihalaman Naufal ia turun dari motornya dengan kesal," kalian ngapain kesini?"

  Jelas-jelas ketiganya menyuruh ia membawa baju ganti Salsa dan Arvin karena ketiganya akan pergi ke sekolah langsung, tapi kenapa ketiganya malah mengikutinya?

  "Gue lupa belum sarapan, yok cari sarapan yok," seru Gilang turun dari motornya dan langsung menuju pintu diikuti Reihan dan Elang yang menjulurkan lidahnya ke Radit mengejek.  Kalau semua ujung-ujungnya kesini kenapa ia yang harus menyiapkan baju keduanya sendiri? Sangat menyebalkan.

  Tok tok tok

  "Paman, orang tampan datang numpang makan," seru Gilang keras membuat Elang yang ada disampingnya memukul leher cowok itu keras." Jangan teriak disamping gue goblok."

  Pintu terbuka dan menampilkan wajah Arvin yang masih mengantuk, melihat hanya Arvin, Gilang dan Elang langsung menerobos masuk diikuti Reihan dan terakhir Radit yang dengan kesal menyerahkan tas kain dan tas ranselnya itu ke pelukan Arvin yang masih bingung." Baju ganti lo dan Salsa, minggir gue masuk."

  Salsa yang sedang memasak di dapur dan langsung berbalik mendengar suara ramai-ramai dari arah belakang. Ia sangat terkejut mendapati semua suaminya(-Naufal) sudah berkumpul.

  "Lha, kalian ngapain disini?" Tanya Salsa bingung.

  "Numpang makan, Dit bantuin Salsa," suruh Gilang ke Radit segera melengos ke ke kamar Naufal tidak ingin menjadi babu lagi.

  "Lha, gue nggak masak banyak. Makan diluar sono."

  Sebenarnya ini cukup, tapi ia masak banyak rencana awal sekalian untuk bekal ayah Naufal dan sekalian makan siang agar tidak masak lagi. Jika mereka ikut makan, maka siang nanti ia harus masak lagi dan itu sangat merepotkan.

  "Gue bantu," sahut Reihan berjalan mendekati Salsa yang baru menyadari kalau cewek itu hanya menggunakan hoodie setengah paha.

  "Lo, lo nggak pakai celana?"

  "Ha, nggak pakai celana? Hayoo habis ngapain itu?" Celetuk Gilang mendongakkan kepalanya mengintip bawahan Salsa diikuti Elang disampingnya yang sedang mengunyah buah anggur di meja," Salsa udah ekhem-ekhem."

  "Gue pakai celana noh, cuma ketutupan hoodie. Awalnya tadi gue tutupin pakai jaket gue, tapi pas di kamar mandi jaketnya jatuh dan basah. Yaudah sih, apa gue harus pakai celananya Naufal hah?"

  "Pakai ini," ujar Reihan mengambil jaket Gilang yang ia sampirkan bahu membuat si empu memekik tidak terima." Kenapa jaket gue? Nggak mau gue."

  "Sementara, lo mau lihat paman ngeliatin pahanya Salsa seperti ini?" Tanya Reihan mengikat jaket itu ke pinggang Salsa hingga membuatnya seperti menggunakan rok.

  "Terserah, porsi gue dua kali lipat pokoknya."

  Salsa melotot ke Gilang dan melanjutkan masaknya bersama Reihan yang sesekali Elang akan membantu jika disuruh.

  "Eh, kalian kumpul disini?" Tanya Ayah Naufal yang sudah keluar dengan setelan jas lengkap dengan tasnya.

  " Numpang makan paman, ayo paman makan dulu sini Gilang bantu siapin," ujar Gilang manis membuat Salsa mencibir, cowok ini seperti memiliki kepribadian ganda.

  "Tidak usah, biar paman ambil sendiri. Ayo ambil kursi dan meja lagi, kita makan bersama-sama. Sangat menyenangkan makan bersama seperti ini, Salsa panggilkan Naufal mau ikut makan bersama atau tidak," ujar ayah Naufal tersenyum senang dan duduk dikursi biasanya. Sejak Naufal pindah ia tidak pernah sarapan dirumah tapi selalu membeli di kantin kantor. Oleh karena itu ada kesempatan menyenangkan seperti ini  jangan disiakan, biarkan terlambat tapi tak apalah.

  "Baik ayah."

  "Perusahaan paman baik-baik saja?" Tanya Radit duduk disebelah ayah Naufal mengabaikan Elang yang berteriak menyuruhnya ikut memindahkan meja kursi lain karena meja makan itu tidak cukup bagi mereka.

  Ayah Naufal, Herman Saputra tersenyum kecil kemana arah pembicaraan Radit karena pada malam itu Herman pergi ke ayahnya Radit untuk membantu perusahaannya. Tapi tidak sangka Radit bisa tahu secepat ini.

LOTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang