Naufal berjalan dengan kosong seterusnya sampai ke parkiran, pikirannya terus membaca mimik wajah Salsa sesampainya tadi dikelas. Dipikir-pikir, tidak ada yang salah dengan Salsa, lagipula cewek itu tidak pintar menyembunyikan ekspresinya dan mudah sekali ditebak. Jika ada sesuatu yang salah pasti kelihatan, tapi jika dalam perkataan Reihan ada makna tersembunyi maka Naufal harus segera pulang untuk memastikannya.
"Fal, jangan lupa nanti jam 5!" Seru seseorang dengan sangat keras membuat helm yang dipegang Naufal hampir jatuh. Naufal menoleh ke belakang dan mendapati Deo tersenyum konyol di samping mobil hijau miliknya, baru saja Naufal ingin abai tapi seseorang yang baru saja menyembul dari balik mobil membuat kening Naufal mengernyit," Deo, lo sama cewek?"
"Cewek? Hahaha.....siapa? Gue cuma sendiri."
"Itu tadi ada cewek yang nyembul di balik mobil lo!"
"Mana? Nggak ada."
Naufal hanya menghela nafas jengah melihat drama yang Deo perankan, dengan acuh ia memakai helm-nya kembali dan meninggalkan parkiran itu dengan sengaja melewati mobil Deo dan ia benar-benar melihat siluet seorang cewek duduk disamping kemudi.
Disaat Naufal benar-benar ingin pulang cepat, tanpa diprediksi lebih awal jalan biasanya ia lewati di tutup karena ada kecelakaan truk muatan kayu. Dengan terpaksa ia memilih jalan memutar yang nantinya akan melewati rumah lamanya walau sedikit lebih jauh. Naufal benar-benar hanya ingin pulang cepat sekarang, ia pun mencari jalan tikus melewati gang-gang sempit agar lebih cepat sampai. Namun hal yang tidak diinginkan kembali muncul, sekelompok pemotor menghadang jalannya di sudut gang yang sepi hingga membuatnya tidak mendapat celah untuk kabur. Saat ia ingin mundur pun salah satu dari mereka turun dengan kasarnya menarik dirinya dengan paksa dari atas motor hingga motornya jatuh dengan tidak epic-nya. Sebelum Naufal sempat bertanya, satu bogeman mentah mendarat di pipi kanannya hingga membuatnya tersungkur diatas motornya sendiri.
Berulang kali, para pemotor tanpa identitas itu memukuli Naufal tanpa memberinya celah untuk melawan bahkan berteriak. Naufal yang dari kemarin lebam-nya belum hilang, harus merasakannya lagi 3 kali lebih menyakitkan.
"Uhuk...apa salah gue?"
Bugh
"Lepas apa yang seharusnya bukan untuk lo!"
"Lepas cewek itu!"
•••"Aaah.....bagaimana ini?"
Teriakan menggema di rumah minimalis yang kini hanya ditinggali seorang pria paruh baya karena frustasi akan kabar yang ia terima dari perusahaan. Dirinya 4 hari ini pergi ke kampung halaman istrinya di jawa dan semua keadaan perusahaan di handle oleh tangan kanannya. Selama ia pergi, keadaan perusahaan dikabarkan stabil dan tidak ada gejolak apa pun. Namun baru saja ia sampai dirumah, ia mendapat kabar kalau perusahaannya terancam bangkrut karena 3 investor terbesar di perusahannya mencabut semua saham yang mereka tanam secara tiba-tiba, padahal sekarang perusahaannya belum seimbang dan cabang perusahaannya yang akan dibangun masih memerlukan biaya yang besar. Jika seperti ini apa yang harus ia lakukan?
"Aku akan mencoba meminta bantuan....."
Tok...tok...tok
Dengan gusar, pria itu membuka pintu rumahnya untuk melihat siapa yang mengganggu acara frustasinya. Namun melihat senyum konyol Deo pria itu menarik nafas panjang dan meminta teman putranya itu untuk masuk namun ditolak halus. Deo ternyata mencari Naufal, tapi Naufal sudah tidak tinggal dirumah ini dari 2 minggu lalu. Apa Naufal belum memberitahu temannya ini?
"Naufal belum pulang, apa nak Deo sudah menelponnya? Mungkin dia ke toko buku atau kerja kelompok ke rumah temen."
"Naufal sudah janjian jam 5 nanti kerja kelompok ke rumahku paman, tapi sekarang dia lebih 10 menit nggak datang. Dia nggak pernah terlambat paman."
"Waduh, nggak tahu itu nak Deo. Coba nanti kalau ada kabar dari Naufal paman kabari nak Deo, nomornya masih sama kan?"
"Sejak kapan paman nge-save nomorku?" Tanya Deo dengan blank.
"Dikasih Naufal, katanya kalau dia nggak pulang-pulang dan susah ditelfon suruh telfon kamu."
Deo hanya menyengir pasrah dan setelahnya pamit pergi. Setelah ayah Naufal menutup pintu, ia menscrooll ponselnya dan mencari nama Salsa karena jika anaknya tidak dapat dihubungi maka sang menantu adalah solusinya.
"Halo nak Salsa."
"Ya ayah."
"Naufal sudah pulang? Tadi ada teman sekelasnya datang cari Naufal tapi nomornya tidak dapat dihubungi."
"Naufal? Bentar ayah........WOYY ADA YANG LIHAT NAUFAL PULANG NGGAK?"
Walau mungkin ponselnya sudah diajuhkan tapi teriakan menantunya sangat super keras memantul sampai ke gendang telinganya. Jangan ditegur, atau menantunya itu akan malu.
"Ayah, Naufal belum pulang kata Radit."
"Kalau dia pulang beritahu kalau temannnya mencari. Yasudah ayah tutup, bye nak Salsa."
"Bye ayahnya Naufal, eh..."
Di seberang telepon, setelah Salsa mematikan ponselnya dan merutuki kebodohannya ia lalu kembali duduk dan memeluk boneka teddy besarnya yang baru dengan gemas. Salsa tidak tahu, kalau keterlambatan Naufal pulang adalah sesuatu yang patut dicurigai apalagi tanpa memberitahu rumah terlebih dulu.
"Sal!"
"Hemm..."
"Nanti kita kerumah bokap gue jam delapan, nenek cariin lo," ujar Arvin yang menuruni tangga dengan baju formal berjas putih. Saat melewati dirinya pun, bau semerbak musk menguar dengan sangat kuat membuat Salsa mengerutkan keningnya heran," lo mau kemana?"
"Cari nafkah buat lo, baik-baik dirumah jangan keluyuran. Kalau Radit nakal tendang saja asetnya," ujar Arvin sembari terkekeh kecil saat Radit mengumpatinya dengan keras. Perlahan ia berjalan kearah Salsa yang duduk di karpet masih dengan boneka barunya itu. Melihat Arvin yang tiba-tiba menjulurkan tangan di depan mukanya seketika membuat Salsa kesal dan menampar keras tangan itu," lo ngapain?"
"Salim sama gue, biar kerjaan gue berkah."
Dengan acuh Salsa mengambil tangan Arvin dan mencium punggung tangannya agar si tupai ini segera pergi. "Pulang nanti bawain mixue buat gue."
"Gue beliin martabak yang dekat mixue itu lho, heem rasanya dijamin enak." Seru Radit antusias.
"Gue jadi pengen martabak, beliin vin," rengek Salsa mendongak untuk melihat wajah Arvin yang berubah jutek," malah pada pesen makan, iya-iya nanti gue beliin waktu pulang. Kurang baik apa gue?"
"Sayang Arvin!"
"Huweekk...."
Pukul 18.45 keadaan remaja itu masih sama, terikat disebuah pohon belakang sekolah smp yang ia tidak ketahui namanya. Sudah terhitung 3 jam lebih ia disini dan belum ada yang menemukannya, ingin berteriak tapi mulutnya disumpal, ingin mengambil ponselnya tapi tangannya terikat di pohon itu. Tidak ada yang bisa dilakukan Naufal saat ini, berharap saja orang rumah ada yang menyadari dirinya tidak ada dan segera mencarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata