63

537 48 1
                                    


"Sal, coba lihat ke sekitar dan apa lo bisa ingat sesuatu?" Tanya Gilang saat mereka sudah keluar dari lokasi perkemahan.

Melihat Salsa yang berjalan disampingnya, Gilang tidak bisa menahan diri untuk tidak menggenggam tangan kecil itu. Salsa tidak sadar, dia masih sibuk dengan penggalian ingatannya tanpa menyadari tatapan Gilang padanya sudah berubah.

"Sepertinya gue dulu pernah ke tempat ini dengan seseorang naik sepeda. Tapi siapa?"

"Lang, Alang! Cepat kejar aku hahaha...."

"Gue pakai sepeda pink dan seseorang itu pakai sepeda biru."

"Aca, jangan tinggalin aku. Sebentar, rantainya lepas."

"Rambut gue dikucir dua, dan seseorang itu... cowok?"

"Rantainya lepas lagi? Mana coba Aca lihat."

"Sebentar, aku bisa memperbaikinya."

"Tapi wajah cowok itu gue lupa, dan wajahnya blur."

Setiap Salsa melangkah, ia mencoba mengingat-ingat dan semakin banyak yang Salsa ingat. Gilang semakin senang dan senyumnya semakin lebar.

"Tunggu, bukannya saat itu lo bilang mau panggil gue Aca dan gue panggil lo Alang? Jadi cowok dimasa kecil gue itu elo Lang?"

Gilang tidak menjawab melainkan terus menuntun Salsa untuk berjalan lebih cepat.

"Aca, aku nggak bisa memperbaikinya huwaaa...."

"Cup cup, sini Aca aja yang perbaiki. Alang pegang sepedanya."

Tapi Salsa tidak yakin dengan pemikirannya, Gilang itu raja tawuran dan raja jalanan. Mana mungkin dia tidak bisa memperbaiki sepedanya dan malah menangis? Tapi dipikir ulang panggilan Aca dan Alang itu Gilang-lah yang dulu pernah mengatakannya.

"Kepala gue tiba-tiba sakit," keluh Salsa sembari menyentuh kepalanya dengan tangannya yang bebas. Gilang yang mendengar itu sontak mengusap pucuk kepala Salsa dan mengatakan kalau dia tidak perlu mengingat lagi. Salsa menurut, ia dengan antusias mengalihkan pandangannya ke sekitar dan bercerita banyak dengan Gilang. Tanpa mereka sadari, mereka sampai disebuah rumah minimalis dengan pagar berwarna cokelat usang. Salsa mengernyit halus saat Gilang membawanya masuk, rumah ini familiar di ingatannya.

Tok tok

"Nek, ini Gilang!"

"Disini nenek tinggal dengan om termuda gue, om gue masih seumuran kita jadi lo nggak usah gugup."

Salsa mengangguk dan tidak begitu lama pintu terbuka dan seorang wanita dengan rambut penuh uban adalah hal pertama yang ia lihat. Melihat neneknya dengan sigap Gilang menyalim tangannya dan mengintruksikan Salsa untuk ikutan.

"Ini Gilang? Cucu besar nenek?"

"Ya nek ini Gilang."

Dengan semangat sang nenek membawa keduanya masuk dan meminta mereka duduk di kursi tengah dengan tangan Gilang masih tidak mau melepaskan tangan Salsa. Nenek Gilang cukup senang cucu kesayangannya datang berkunjung setelah 5 bulan lamanya. Tapi dia juga merasa aneh putra dan menantunya tidak datang.

"Dimana ayah dan ibumu? Kamu datang sendiri?"

"Ayah dan Ibu masih di Jakarta, Gilang sedang ada kemah sekolahan di Highland makanya Gilang mampir ketemu nenek."

"Oh begitu, apa kamu sudah makan? Mau nenek buatkan sesuatu?"

"Sudah kenyang nek, oh ya nek masih ingat nggak ini Salsa? Cucunya kakek Burhan yang vila-nya dekat sekolah itu?"

LOTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang