Hembusan panjang keluar dari bibir tipis seorang gadis yang tengah memandangi hujan dari atas balkon. Bahkan tangannya yang sudah memucat dan mengeriput dibiarkan begitu saja menjuntai keluar dibasahi derasnya air hujan yang sedaritadi tidak ada tanda-tanda mau berhenti.
"Gue bosan," keluhnya menarik tangannya kembali lalu mengusap pelan ke wajahnya, terasa sangat segar.
Gadis itu beranjak dari balkon dan kembali ke kamarnya yang sepi. Huh, tidak ada yang bisa dia lakukan minggu-minggu ini. Padahal, dirinya ingin kumpul reunian dengan teman-temannya smp. Tapi, kenapa mereka membatalkannya hanya karena hujan? Sungguh mengecewakan.
Ceklek
"Tumben rumah sepi," gumam gadis itu keluar kamar dan mulai menghampiri kamar di sebelahnya.
Ceklek
"Dit, lo lagi ngapain?" Tanya gadis itu berjalan gontai mendekati seorang cowok yang sedang sibuk di depan komputer.
"Nggak ngapa-ngapain, lebih baik lo keluar sana. Jangan ganggu." Ujar cowok itu yang sibuk membuka-buka, dokumen?
"Lo ngapain sih? Dokumen apa itu?"
"Salsa yang cantik tapi cantikkan mimi peri, udah mending lo pergi sono jangan ganggu gue hari ini," ujarnya yang mengacak rambutnya kasar membuat salsa mengernyit bingung. Tumben dia bisa se frustasi ini.
"Radit, gue kepo."
Salsa mengernyit heran saat melihat layar komputer radit yang menampilkan grafik keuangan dari sebuah perusahaan. Kenapa radit mengerjakan hal seperti ini?dia kan ipa. Lha terus ini keuangan perusahaan siapa? Apa dia kerja?
"Lo kerja dit?" Tanya salsa heran.
"Menurut lo uang yang gue kasih ke elo kemarin itu dan buat tebus obat lo itu uang dari ngepet? Ya kerja lah," dengus radit membuat salsa menahan nafas seketika. Jadi, mereka benar-benar kerja?
" Jadi kalian semua benar-benar kerja?" Tanya salsa pelan.
"Hemm, makanya lo harus berbakti sama kita-kita. Kita itu beneran kerja nggak tipu-tipu."
"Lo kerja dimana itu?lo kan jurusan ipa."
"Di perusahaan ayah gue. Emang ayah gue itu aneh, anaknya jurusan ipa suruh pegang kaya gini. Harus kerja rodi emang," gerutu radit mengetik cepat di keyboardnya.
"Yang lainnya kerja apa?" Tanya salsa yang telah lama terdiam.
"Tanya saja mereka sendiri. Kalau lo nggak punya kerjaan,mending lo buatin gue yang anget-anget gitu," ujar radit membuat salsa berdecak kecil lalu beranjak keluar dari kamar itu.
"Mending buat cokelat panas, buat gue sendiri," Monolog salsa menuruni tangga dengan cepat.
"sal, lo bisa bantu gue?" Tanya arvin yang tiba-tiba muncul di ujung tangga.
"Ngagetin aja lo, ada apa?"
"I-itu dapurnya kotor," bisik arvin membuat salsa tercengang dan berlari ke arah dapur.
"Ya allah arvin, lo apain dapur gue ha?" Teriak salsa berkacak pinggang membuat arvin menyengir lebar.
"Hehe... gue tadi nyoba-nyoba buat pancake sendiri tapi jadinya malah gini."
"Kenapa ada acara buat pancake sendiri?" Tanya salsa merubah raut wajahnya menjadi datar.
"Itu, biasanya nyokap gue buat pancake pas hujan-hujan gini. Ya gue mau buat sendiri tapi nggak bisa," ujar arvin memelas mungkin. Berharap saja salsa luluh dan mau membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOTUS
Teen Fiction# Judul awal Secret husbands in school Tidak perlu dipercaya,hanya perlu dibaca untuk hiburan semata