70

727 47 2
                                    


  "Gue nggak bisa ngomongin hal manis kaya Arvin dan Elang, gue nggak bisa lindungin dan belain lo seperti Gilang dan Radit. Bahkan gue nggak bisa sebaik Naufal yang mampu membuat lo nyaman di dekatnya. Gue hanyalah pecundang."

  "Stop Rei, lo bukan pecundang."

  "Gue yang pertama harusnya dapat ngayomin kalian seperti bokap gue katakan, tapi apa? Gue hanya bisa melihat semuanya dalam diam dan berdiri seperti orang bodoh. Gue berjanji kalau gue bakal bantu obatin trauma lo, tapi gue hanya diam menonton dari samping."

  Karena Reihan tidak bisa diam, Salsa dengan inisiatif langsung membungkam bibirnya dengan bibirnya sendiri dan lengannya ia kalungkan dileher Reihan. Salsa paham semuanya, Salsa juga akhirnya paham tentang tatapan itu. Sebagai suami pertama, bahkan Reihan belum pernah menciumnya tapi sudah didahului yang lain. Sebagai suami pertama, seharusnya dia tidak mendapat bekas.

  "Gue paham semuanya Rei gue paham. Maafin gue," lirih Salsa menatap kedua manik mata itu dibawah kegelapan.

"Gue nggak ngelakuin apa-apa, apakah gue pantas? Biarkan gue ngelakuin sesuatu yang berguna buat lo dulu."

  "Apa maksud omongan lo? Gue nggak ngerti dan gue nggak mau ngerti Rei, jika lo butuh nafkah batin dari istri lo katakan. Gue mau lo yang ngomong sendiri."

  Dengan kaki kecilnya Salsa menendang ponsel yang tergeletak di bawah hingga berbalik dan senternya menyala kebawah. Dengan gerakan halus Salsa mulai menaiki pangkuan Reihan dengan lengan masih mengalung," lo yang mulai atau gue yang mulai?"

  "Turun, atau gue...."

  "Sssttt itu bukan jawaban, baik gue yang mulai."

  Salsa langsung saja menyambar bibir Reihan dan membelit lidahnya, tangannya pun mulai nakal meraba-raba kancing kemeja Reihan dan melepaskannya. Karena Reihan tidak memakai pakaian dalam, dengan tangan kecilnya Salsa mulai meraba dada bidang polos Reihan naik turun dengan sensual.

Nafas Reihan memberat, tanpa sadar tangan yang memegang pinggang Salsa mengerat membuat Salsa melenguh disela-sela ciuman mereka. Karena terbawa nafsu, Reihan mulai memasukkan tangannya ke dalam kaos Salsa dan mengelus punggungnya lembut. Tidak sampai itu, dia bahkan mengeluarkan satu tangannya untuk melorotkan celana panjang Salsa hingga hanya tersisa hotpants. Salsa mulai takut, tapi ternyata Reihan hanya mengusap pahanya dan meraba-raba saja tidak berbuat lebih.

Setelah melihat Salsa kehabisan nafas, Reihan mulai melepaskan ciuman itu dan beralih menyingkap sedikit kaos Salsa dan menggigit kulit di tulang selangkanya. Salsa mulai ketakutan, bagaimana kalau besok tanda itu tidak hilang?

  "Rei, jangan. Besok tidak akan hilang."

  "Hanya beberapa lagi."

Diluar, Milla sudah beberapa kali menguap menunggu Salsa keluar, Arvin yang juga ingin masuk ke tenda itu juga harus mengurungkan diri ketika Salsa dan Reihan belum mau keluar.

"Apa mereka mesum didalam?" Tanya Elang yang langsung mendapat pukulan Gilang disampingnya. Diluar hanya ada Milla, Gilang, Arvin dan Elang. Naufal sudah tertidur di dalam dan Radit pergi nongkrong dengan teman-temannya.

"Ayo kita intip," ajak Arvin tapi segera menggeleng saat melihat kepalan tangan Gilang." Jangan coba-coba."

  Gilang pun langsung beranjak dari duduknya dan berdiri beberapa langkah dari tenda itu," Sal, apa lo tertidur didalam?"

  Salsa langsung saja mendorong kepala Reihan yang masih sibuk membuat cupang  di dada bagian atasnya, dengan gerakan cepat ia mulai memakai kembali celananya dan merapikan penampilannya yang berantakan," lo pura-pura tidur, biar gue yang keluar."

  Salsa pun memungut piring kecil itu dan ponselnya lalu keluar setelah memastikan Reihan berbaring dan menutup mata.

  "Hoaamm, gue ketiduran. Jam berapa ini?"

  "Setengah satu, sana kembali ke tenda dan tidur," Salsa mengangguk lesu dan berjalan ke tempat wadah kotoran dan meletakkannya disana." Reihan tertidur setelah gue dongengin, kalian tidur juga."

  "Sal, katanya lo mau balurin gue minyak?"

  Dengan langkah berat Salsa menerima minyak Arvin dan membaluri perut serta dada cowok itu sebelum kembali ke tenda bersama Milla.

  "Lah Reihan beneran tidur? Jadi kita nggak bisa bales Langit malam ini?" Tanya Gilang kesal saat ia mendapati Reihan tertidur dengan nyaman dengan senyuman

  "Besok kapan-kapan, masa gue balesnya dengan bau minyak telon? Malu dong gue," ujar Arvin lalu masuk ke tenda dan tertidur di samping Reihan.

  "El tinggal kita berdua, lo mau ngapain?"

  "Bagaimana kalau nonton film blue?"

Plak

Brukk

●●●

  Pukul 13.20 semua orang sudah selesai mengemasi barang bawaan mereka dan bersiap untuk menunggu bis, namun Salsa sangat terkejut mendapati telepon dari Gilang kalau neneknya dan om-nya datang untuk menemuinya sebentar. Setelah menitipkan koper ke Milla, Salsa bergegas ke tempat yang dikatakan Gilang dan melihat orang yang ingin bertemu dengannya melambaikan tangan.

  "Aca, nenek bawakan ayam goreng untukmu perjalanan. Ayo diambil."

  "Tidak usah nek, malah Aca ngerepotin."

  "Repotin apa? Ambil dan nanti makan diperjalanan."

  Dengan terpaksa, Salsa mengambil tempat makan itu dan mengucapkan terima kasih. Bagas pun maju dan merangkul ibu-nya lalu tersenyum jahil," bu, kata Gilang Aca pacarnya. Beberapa tahun lagi Aca akan jadi cucu menantu ibu. Ibu jangan terlalu sedih."

  "Benarkah kalian pacaran? Nenek sangat senang, Gilang jangan sampai kamu sakitin Aca. Kalau tidak nenek yang akan menjewer telingamu sampai panjang."

  "Iya nek, Aca akan selalu Gilang lindungi."

  Itu bukanlah hanya perkataan semata. Tapi sumpah yang Gilang harus lakukan.

  "Aca, kapan-kapan main ke puncak lagi temui nenek. Ajak Gilang juga, anak itu kalau tidak bersama orang tuanya tidak mau datang."

  "Baik nek, Aca akan datang lain kali dan langsung temui nenek."

  Setelah beberapa patah kata panjang dan bisa sudah menjemput mereka. Salsa pun pamit dan kembali ke barisannya.

  "Widiw bau-bau ayam goreng. Dari siapa?" Tanya Milla.

  "Neneknya Gilang, baik banget orangnya."

  Diperjalanan pulang setelah menghabiskan ayam goreng itu Salsa tertidur pulas sampai tidak tahu kapan dia sampai di sekolah mereka. Setelah perjalanan yang panjang, semua orang langsung pulang kerumah tak terkecuali Salsa yang langsung masuk ke kamarnya untuk mandi dan tidur.

  "Aduh, sepertinya gue perlu mandi air hangat."

  Setelah peregangan sedikit, Salsa memasuki kamar mandinya dan menyalakan kran air panas untuk ia mandi. Saat melepaskan jaketnya, hal pertama yang ia ingin lihat adalah hal itu, ia pun menuju kaca di toilet yang mampu memperlihatkan beberapa cupang yang ditandai Reihan semalam.

  "Reihan, si kulkas itu ternyata agresif juga," gumam Salsa yang langsung terdiam dan membiarkan cupang-cupang itu masih terlihat.

  "First kiss gue Elang, orang yang tidur pertama dengan gue Naufal, yang ngajak gue cipokan pertama Arvin, yang buat cupang ditubuh gue Reihan. Apa sebegitu murahannya gue?"

  "Tubuh gue sudah nggak suci lagi, apa yang gue perbuat tidak merugikan gue kedepannya? Pada akhirnya apa ada yang masih mau sama gue?"

  "Jika lulus sma sesuai perjanjian mereka ninggalin gue, bukannya gue hanya sampah dan bekas mereka?"

  "Apa seharusnya gue mulai menentukan siapa yang ingin gue ajak menua bersama?"

  Pesan terapis yang melarang Salsa untuk terus berpikir berat ternyata sudah Salsa lupakan. Dia yang awalnya tidak pedulian mulai berpikir bagaimana masa depannya, siapa yang ia pilih dan bagaimana kelanjutannya. Salsa tidak sadar, kalau hal yang ia lakukan adalah kesalahan fatal yang bisa mengancam nyawanya dimasa depan.

LOTUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang