X

1.7K 294 15
                                    

Setelah perjalanan yang amat panjang Rima membaringkan tubuhnya dengan pasrah ke atas ranjang kamar hotel. Ya akhirnya Rima dan Erin sampai di Jambuluwuk Malioboro Hotel. Membutuhkan waktu 12 menit dari stasiun ke hotel, ditambah 10 menit untuk check in. Rima tak sanggup lagi untuk duduk atau berdiri.

"Gila! 7 jam lebih kita di kereta." Keluhan Erin yang berbaring di ranjang satunya terdengar. "For the first time gue naik kereta selama itu."

"Uhh— punggung sampai pinggang gue rasanya kaku banget Rin." Keluh Rima. "Padahal biasa kerja duduk 8 jam, tapi kenapa yang ini berasa banget ya Allah." Lanjut Rima mengeluh.

"Gue nggak sanggup ganti baju. Tapi baju gue kotor." Rajuk Rima. Tubuhnya benar-benar terasa amat remuk. Mungkin karena kondisi tubuhnya yang belum seratus persen pulih pasca datang bulannya, Rima merasakan punggung hingga bokongnya menegang.

"Gue pakein celana tidur. Lo pake tank top kan?" Erin bangkit dari posisi berbaringnya. Berdiri, si perempuan yang terlihat bule itu mendekati koper Rima dan membukanya dengan cepat. Memilih satu celana tidur pendek setengah paha dan membawanya ke hadapan Rima yang masih berbaring.

Tak memberikan penolakan alias pasrah, Rima hanya memejamkan matanya saat Erin dengan santai membuka celana jeansnya dan merubahnya dengan celana tidur.

"Lo bangun dulu." Erin menarik perlahan tubuh Rima yang lebih kecil darinya. Menekuk salah satu lututnya untuk menjadi sandara Rima, Erin membuka luaran yang digunakan Rima dan menyisakan tank top hitam yang memeluk tubuh Rima dengan sempurna. "Udah. Tapi Lo naikan lagi tidurnya." Kembali membantu Rima, Erin membenarkan posisi selimut yang membungkus tubuh depan Rima. "Sleep tight." Gumam Erin sebelum dirinya beranjak dari sisi ranjang Rima untuk mengganti bajunya sendiri.

Dan waktu berjalan dengan amat cepat. Jam yang terpasang di dinding kamar hotel sudah menunjuk angka 11 lewat 45 menit tetapi kedua perempuan yang mengisi dua ranjang hotel itu masih bergelung nyaman di dalam selimut. Tak ada suara beker, atau suara dering telepon—karena keduanya telah mengubah mode ponselnya ke mode bisu, tidur keduanya tak terganggu oleh apapun.

Waktu kembali berjalan, kali ini jarum pendeknya telah melewati angka 12 dan jarum panjangnya berhenti di angka 11. Pukul 12.55 siang. Rima yang terbangun lebih dulu. Matanya terbuka perlahan menyesuaikan cahaya remang yang mengisi retinanya. Melakukan peregangan, bunyi bedebum benda yang tertendang oleh kakinya terdengar. Rima bangun dari posisi berbaringnya dan mendapati tas hitamnya tergeletak di dekat kaki ranjang.

Berusaha meraih tasnya dengan susah payah karena Rima hanya memutar tubuhnya, usaha Rima berbuah hasil. Masih dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya, Rima merogoh ke dalam tas hitamnya dan mengeluarkan ponselnya.

Puluhan panggilan tak terjawab dari 8 kontak berbeda mengisi notifikasinya. Pesan dan grupnya pun sama banyaknya. Bahkan Rima mendapati pesan pribadi dari Rosa dan Jeje.

Memilih pesan dari grup lebih dulu, Rima dengan perlahan membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Resa dan Bobby.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
end | GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang