XXI

1.7K 247 41
                                    

"Kalian janjian?" Itulah kalimat yang menyambut Rima setelah dirinya menuntup pintu kamarnya. Resa yang tengah berjalan menghampiri dari arah dapur, berkacak pinggang memperhatikan tampilan Rima dan Keanu yang sama-sama mengenakan atasan berwarna putih.

Berniat berbalik badan dan masuk kembali ke dalam kamar untuk berganti pakaian, Resa berteriak kencang menahannya dengan berlari menghampiri. "Mau ngapain?! Udah sana Dek, kasian Keanu nungguin lama." Cegah Resa.

"Ganti baju bentar doang Mbak."

"Nggak usah. Udah bagus begitu. Udah sana pergi, nanti keburu adzan magrib." Resa berusaha mendorong tubuh Rima menjauhi pintu kamar.

"Ya karena itu, sekalian keluarnya nanti aja habis magriban." Rima mengeluarkan alasan lain.

"Ehh— boleh juga." Resa menghentikan aksi dorongnya lalu menolehkan kepala pada Keanu yang masih duduk di posisi semula dengan fokus ke arah Rima. "Sholat berjamaah yuk. Nanti Keanu yang jadi imamnya."

"GIMANA?!" Res memundurkan kepalanya sesaat mendengar teriakan spontan Rima. "Biasa dong Dek, iya tau Keanu calon imam kamu. Tapikan Mbak perlu periksa juga gimana Keanu saat jadi Imam. Jadi ini salah satu penilaian yang harus Keanu lewatin sebelum ketemu Ibu sama Ayah."

"Mbak nggak waras ya?! Nggak mau!" Tolak Rima mentah-mentah.

"Bentar ya Keanu, Mbak mau panggil Mas Bobby sama ambil mukena." Resa mengabaikan Rima sepenuhnya dan berlalu keluar dengan langkah cepat.

"Kok bisa-bisanya kamu nggak nolak?!" Kali ini kekesalannya di tumpahkan pada Keanu yang masih duduk dengan tenang ditempatnya. Sama sekali tak menunjukkan raut keberatan atau terganggu dengan permintaan Resa.

"Memang kenapa saya harus nolak?" Jawab Keanu santai. Rima yang mendengarnya dengan spontan mengepalkan kedua tangan dan menggeram kesal.

Meninggalkan Keanu, Rima kembali memasuki kamar. Berniat mengambil sajadah dan mukenanya. Jantungnya bertalu kencang, tapi Rima tahu bukan karena ketertarikan. Rima sedang merasakan kejengkelan yang menggunung. Baju yang sama, lalu sekarang ia akan di imami oleh Keanu. Sungguh di luar perkiraan.

"Kenapa mandimu lama?! Kalo nggak lama kamu nggak bakal diimamin dia!" Gerutunya sambil menjepit rambut panjangnya lalu setelahnya beralih melipat bagian bawah celana jeansnya. Rima berniat mengambil wudhu di kamar mandi kamarnya. Biarlah Keanu menggunakan kamar mandi di luar. Ia juga pasti sudah tahu. Lihat saja tampilannya yang sudah berubah. Rima juga yakin Keanu sempat mandi di tempatnya. Rambut si pria terlihat lembab.

"Dan bisa-bisanya dia nyiapin handuk dan baju ganti?! Niat banget!"

"Astagfirullah, udah Rima. Mau sholat, lanjut nanti misuhnya setelah sholat." Lanjutnya cepat dengan satu tangan mengelus dada. Bersamaan dengan suara kumandang adzan terdengar.

Sayang loh pahala sholatmu nanti kalo masih misuh aja. Baru saja menunduk, malaikatnya malah memperingati lembut. Sabar, mungkin setelah sholat berjamaah, kamu menemukan alasan yang menjadi langkah akhir untuk menerima dia sebagai ekhem calon suami kamu.

Rima menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Sisi baik dan buruknya belakangan ini banyak bicara.

"Bismillahirrahmanirrahim." Rima mengucapkannya dengan lantang agar si malakikat baik berhenti menganggu. Ia ingin cepat-cepat berwudhu sebelum Resa kembali menganggunya.

Memulainya niat berwudhu, Rima melanjutkannya dengan membasuh tangan. Mengikuti setiap langkah berwudhu sampai pada usapan kaki. Keluar dengan langkah lebar, Rima mengadahkan tangan dan merapalkan doa setelah berwhudu.

"DEK!"

"Hmm. Apa aku bilang." Gumam Rima.

Menyambar lipatan mukena dan dua buah sajadah, Rima keluar dari dalam kamar. Berhadapan langsung dengan Resa yang wajahnya basah dan sudah mengenakan mukena.

end | GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang