Erin menarik dengan tergesa tangan Rima yang berada digenggamannya setelah melewati pemeriksaan di pintu masuk. Rima hanya memberikan tawa kecil melihat bagaimana antusiasnya Erin. Hari ini mereka datang ke sebuah pesta, tepatnya pesta milik teman Erin. Tetapi karna Rima-Erin bagaikan biji yang tak bisa terpisahkan, semua teman Erin mengenalnya. Begitupun sebaliknya, semua teman Rima pasti mengenal Erin.
Rima masih mengikuti Erin yang membuka jalan untuknya, karena jalan yang mereka lewati penuh sesak dengan orang-orang yang berjoget mengikuti hentakan musik. Rima masih mengikuti Erin yang menariknya menaiki tangga, menuju second floor bar ekslusif yang mereka datangi.
"Hai!!" Kedatangan Rima dan Erin disambut gembira segerombolan pria dan wanita yang mengisi sofa melingkar dipojok ruangan. "Rima!" Gandengan tangan Erin terlepas saat tubuh Rima ditarik ke dalam sebuah pelukan. "Gue kangen banget sama lo!"
"Lebay Jhonny! Lepasin temen gue!" Erin menarik mundur Rima yang hanya menertawakan keposesifan soulmatenya itu.
"By the way, selamat ulang tahun Jhonny!" Ujar Rima memberi selamat. "Thank you honey, lo ngga kasih birthday gift buat gue?" Jhonny mengerlingkan matanya pada Rima yang di hadiahi tatapan tajam dari Erin.
"Udah kok, sama Erin."
"Yah! Gagal dong gue minta kiss disini." Seru Jhonny menunjuk bibirnya dan mendapat sorakan ramai dari teman-temannya. "Dia juga nggak mau kali sama buaya kaya lo Jon!" Teriak salah satu temannya yang duduk di sofa. Jhonny tertawa kencang kemudian mempersilahkan kedua wanita yang baru saja hadir untuk duduk.
"Kalian bebas pesen apa aja! Tapi inget ya, gue nggak nanggung biaya ons kalian!" Kalimat Jhonny mendapat seruan tak suka dari teman-teman lelakinya. "Gue modalin kondom doang nih." Lemparan plastik yang diambilnya dari ujung sofa membuat kegaduhan makin menyala.
"Turun yu! Pusing gue liatin mereka yang nggak ada habisnya!" Ajak salah satu wanita digerombolan itu, Rima dan Erin mengangguk dan meninggalkan tas mereka disofa. Ketiganya segera turun menuju lantai satu, lantai dimana dance floor berada.
"Tadi kita meja nomor berapa? Gue mau pesen minuman!" Erin sedikit berteriak saat bertanya pada temannya.
"Gue disana ya! Gue males joget." Ujar Erin pada Rima saat temannya itu telah mendapat jawaban nomor meja. Rima mengangguk mengerti. Dirinya bersama Jennie-teman Erin meleset pergi ke tujuan awalnya.
"Gila! Udah lama gue nggak party!" Jennie meliuk-liuk liar mengikuti hentakan musik yang seolah menyambut keduanya.
"Loh? Emang lo nggak ikut party yang minggu lalu?" Tanya Rima yang berjoget lebih tenang.
"Pas banget laki gue libur Rim, mana bisa gue pergi. Bawaanya mau anget-angetan sama dia mulu." Rima tertawa mendengar jawaban Jennie. Teman Erin—yang menjadi temannya juga, memang istri dari seorang pria berseragam yang bertugas untuk mengemudikan pesawat komersil.
Keduanya kembali menikmati waktu untuk meliuk-liukkan tubuh mereka. Walaupun dengan gerakan yang berdeda, keduanya menikmati dengan sangat gerakan yang dibuat tubuhnya. Beberapa kali keduanya merasakan elusan tak kentara ditubuh mereka. Tapi keduanya hanya menganggapnya angin lalu karena memang seperti itulah jika bergabung di dance floor. Kecuali jika orang-orang itu berperilaku lebih kurang ajar.
![](https://img.wattpad.com/cover/247218157-288-k602943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
end | GRAVITY
FanfictionRasanya terlalu sulit mengabaikan perempuan sesempurna dia kan? -Keanu Abraham Available pdf. Cover berasal dari pinterest.