Ini diluar prediksi. Benar-benar keluar dari rencana Rima bahkan Erin. Kedua perempuan asal Jakarta itu hanya mampu berjongkok termenung dengan mata kosong memandang ke depan. Mereka sedang berteduh di pinggiran toko-toko yang sudah tutup. Bagaimana tidak, mereka masih terjebak di luar yang jaraknya jauh dari hotel tempat keduanya menginap sedangkan jam sudah menunjuk pada pukul 1 dini hari. Jangan lupakan fakta bahwa sekarang sedang hujan amat deras beserta petir dan guntur yang bersahutan. Rima dan Erin berhasil semakin di buat mati mendadak saat fakta lain terkuak. Mereka di copet. Tidak-tidak bukan copet kalau semuanya hilang—tas dan segala isinya, hanya milik Erin. Dompet dan ponselnya raib. Mereka tak tahu pastinya dimana mereka lengah, kenyataannya kini mereka terdampar di pinggiran toko entah dimana. Jika kalian butuh yang lebih buruk, ponsel Rima mati dan tak ada satupun kendaraan yang berlalu lalang. Bahkan andong atau becak yang seharusnya menjamur di sepanjang jalan tak terlihat di manik mata keduanya.
"Gedor aja kali Rim? Mungkin yang punya toko istirahat di dalem." Erin akhirnya bersuara setelah keheningan mencekam melingkupi mereka.
"Di sangka maling iya."
"Lebih baik gitu jadi ada yang keluar. Lo juga ada duitkan di tas? Kita bisa bayar listriknya untuk charging hp Lo, terus ngehubungin pihak hotel." Balas Erin yang mulai mampu berpikir jernih. "Lagian bisa-bisanya kita keluar jauh dari hotel dari muter-muter cuma buat nyari tas gue." Lanjutnya dengan kepala yang mengusak kasar rambut tergerainya.
"Fuck my life! Kenapa gue nggak sadar kalo itu tas nggak ada di bahu gue?"
"Rin.." gumam Rima.
"Serius, lebih baik kita gedor-gedor ini toko." Erin menatap dalam Rima. Berusaha menunjukkan keseriusan usulannya. Tak ada cara lain, pikir Erin. Meraka terjebak dan mungkin baru ditemukan esok hari atau jika beruntung bertemu dengan para polisi yang sedang berpatroli. Tapi rasa-rasanya opsi kedua tidak akan terjadi karena hujan deras yang tidak bosannya membasahi bumi.
"Sumpah ya kali ini gue beneran mau meledak-ledak tau nggak."
"Gue bingung harus respon apa." Lirih Rima. "Bego banget ya gue, kenapa powerbank pake di keluarin segala dari tas?" Lanjutnya lirih.
"Oke! Ayo!" Erin menoleh cepat pada Rima. Menatap si perempuan yang lebih tua 3 tahun darinya itu yang sudah bangkit dari posisi berjongkoknya.
"Serius?"
"Ih kok jadi Lo yang ragu?!" Jengkel Rima. Padahal ia sudah meyakinkan dirinya dengan amat sangat.
"Nggak mungkin banget kan polisi jalan-jalan pas ujan deres begini?" Ucapan Rima mengalun mewakilkan apa yang dipikirkan oleh Erin. "Ayo! Mumpung otak gue belum waras, kita lakuin sekarang." Lanjutnya yakin.
Dan seperti orang bar-bar, kedua perempuan itu berbalik dan memukul rolling door yang sebelumnya mereka sandari.
"HALLO!!!"
"HELLO ADA ORANG NGGAK DI DALAM?!"
"ASSALAMUALAIKUM!!!"
"HELLO YOU!!"
"FUCK YOU! KELUAR DONG!"
"ERIN!" Seru Rima spontan saat mendengar umpatan keluar dengan lantangnya dari mulut tipis Erin.
"Asli, kita beneran tak terselamatkan nih?" Balas Erin. Wajahnya susah memucat. Tak berbeda jauh dari milik Rima.
Jika dihitung sudah 10 jam 14 menit mereka berada di luar hotel. Di 7 jam pertama, perjalanan mereka masih amat sangat menyenangkan. Tetapi di 3 jam 14 menit sisanya, nyawa Rima dan Erin seperti terhisap habis. Mereka berjalan kesana-kemari untuk mencari keberadaan tas Erin. Lalu tanpa sadar mereka malah berjalan semakin jauh karena ke soktahuan keduanya menjelahi tempat-tempat yang sebelumnya didatangi. 3 jam 14 menit lalu, hujan belum turun. Dan jalanan masih ramai. Terlewat 2 jam, hujan tiba-tiba datang berbondong-bondong seolah mengejek Rima dan Erin.

KAMU SEDANG MEMBACA
end | GRAVITY
FanfictionRasanya terlalu sulit mengabaikan perempuan sesempurna dia kan? -Keanu Abraham Available pdf. Cover berasal dari pinterest.