XIII

1.9K 287 10
                                    

Sejak keluar dari dalam kamar mandi di kamar yang ia dan soulmatenya tempati, Erin tak juga melepaskan tatapan menggoda pada Rima yang sedang bersiap di atas ranjangnya. Maniknya menunjukkan seberapa antusiasnya akan keputusan yang Rima buat. 'Tiga hari bersama Keanu.' Begitulah celetukan Erin saat Rima selesai menceritakan apa yang terjadi di restaurant tadi.

"Kalo ada yang bagus bawain ya. Lo mau berburu kan sama Pak Keanu?" Erin menambahkan ledekannya diakhir kalimat yang ia lontarkan. "Tapi gila juga ya calon Lo. Nggak ngambek pas tau dia harus nambah kerjaan reschedule jadwal kepulangan kita."

"Mbak Resa rese! Gimana bisa dia dengan mudahnya ngasih identitas gue?" Racau Rima tiba-tiba. "Lo nggak marah KTP Lo dilihat orang?!" Erin hanya memberikan gelengan santainya. "Ishh!!" Jengkel Rima.

"Nggak usah ngada-ngada deh Lo. Inget, Lo yang udah ngiyain, jadi ya sekarang Lo nikmatin." Balas Erin yang masih bersandar santai di headboard ranjangnya.

"Kok Lo nggak marah sih acara liburan kita di berantakin?" Erin kembali meneriman gelengan santainya.

"Guekan udah masuk ke list pendukung Keanu—Rima menuju halal 2021."

"Sialan!"

"Udah sana! Nikmatin waktu kalian ya. Ngobrol yang baik, jangan pake urat. Gunain 3 hari ini buat Lo mengenal Pak Keanu lebih jauh." Kali ini Rima mengangguk mengerti. Salah satu niatnya menyetujui pendekatan Keanu.

Mau bagaimanapun dirinya akan sulit melepaskan diri dari Keanu jika Ibu, Ayah, Mbak, Mas dan soulmatenya sudah memberikan suara pada si pria. Yang ada Rima malah di persulit nantinya. Di push kanan dan kiri serta semakin di desak oleh pihak keluarga. Jadi diantara pilihan terbaik, menerima tawaran pendekatan Keanu lebih baik dari yang lain. Jangan beritahu Rima jika sebenarnya orang lain telah menyadari bahwa Rima mulai menerima Keanu di sekitarnya.

"Gue berangkat." Pamit Rima yang kali ini mengenakan jeans panjang dan kaus hitam yang juga panjang. Rambutnya ia biarkan tergerai tetapi Rima tetap mengenakan ikat rambut di pergelangan tangannya.

"Hati-hati, baby." Balas Erin riang.

Baru saja membuka pintu kamar yang ditempatinya, Rima tersentak kaget saat menemukan Keanu bersiap mengetuk di hadapannya.

"Sudah?" Tanya Keanu dengan senyuman menawannya. Duh, baru mulai udah di serang aja. Geruru Rima.

"Hmm.." balas Rima cuek—sengaja menampilkan raut itu agar Keanu tak terlalu berekspetasi tinggi.

"Kita beli baju dulu ya. Saya nggak bawa karena berpikir mau langsung pulang sore ini." Rima kembali memberikan anggukan.

"Saya di kasih tau Mbak Resa, di Jogja kamu punya keluarga dari pihak Ayah. Mau mampir?" Rima belum mampu memberikan respon saat Keanu dengan santainya melanjutkan kalimatnya. "Ibu maunya kita mampir. Tapi saya bilang terserah kamu maunya gimana."

"Sebentar." Ujar Rima. Dan itu berhasil menghadirkan senyum indah di wajah Keanu. Menggemaskan sekali melihat wajah kebingungan dan kejengkelan di wajah Rima yang bercampur menjadi satu. "Ibu?" Tanya Rima. "Ibu saya?" Tanyanya sekali lagi.

"Iya. Ibu kamu."

"Astaga gimana bisa kamu hubungin Ibu tapi nggak kasih tau saya?" Histeris Rima. Lagi-lagi ia kalah langkah. Keanu ini benar-benar pemain yang handal.

"Dari kemarin juga saya komunikasinya sama Ibu dan Ayah kamu kok. Nggak cuma dengan Mas Bobby dan Mbak Resa aja." Balas Keanu santai. Tangan kirinya lalu menjalar turun dan menautkannya dengan jemari kanan Rima.

end | GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang