XXVIII

1.9K 245 16
                                    

Hati-hati kesalahan nama dan typo, koreksi boleh. Harap maklumi ya, suka khilaf ngetik nama soalnya

* * * * *

Hari Sabtu, hari di mana Keanu dan Rima akan mendatangi WO yang telah si pria kumpulkan juga percetakan yang dimiliki oleh salah satu nasabah di tempat Rima bekerja. Si perempuan sudah mengirimkan pesan pada si pemilik percetakan untuk memberitahukan jika ia akan berkunjung pada hari Sabtu untuk melihat-lihat. Tapi sebelum memulai itu semua, Keanu lebih dulu mengajak Rima datang ke rumah orang tuanya. Karena malamnya si nyonya Abraham—Indah Setia telah menitahkan anaknya agar membawa calon menantunya untuk berkunjung. Alasan yang disampaikan si ibu adalah "Kan ibu mau kasih lihat katalog souvenir, jadi Rima harus lihat sendiri." Lalu Keanu hanya memberikan anggukan dan senyum simpul di bibirnya. Karena sekali lagi tahu dengan jelas maksud Ibunya tentang undangan calon menantunya itu.

"Kamu udah sarapan kan?" Tanya Keanu saat mobil yang dikendarainya sudah melewati gerbang perumahan Rima.

"Udah mas. Tadi mas Bobby yang beliin."

"Berarti ibu di sini sampai hari H?" Tanya Keanu lagi.

"Iya, Ayah udah ajak pulang tapi ibu nggak mau." Jawab Rima.

44 hari menuju ijab qobul, Keanu semakin dibuat jatuh hati. Melihat bagaimana perubahan positif pada diri Rima tentang penerimaannya terhadap si pria. Rima tak lagi pasif. Si perempuan sekarang banyak mengeluarkan kalimat yang panjang, bukan hanya satu, dua atau tiga kata untuk meladeni Keanu.

20 menit terlewati dengan obrolan obrolan ringan di antara Keanu dan Rima. Kini keduanya sudah berdiri di depan pintu kediaman orang tua keanu.

"Assalamualaikum." Ucap Keanu saat tangannya yang bebas mendorong pintu. "Ibu, Ayah." Panggil  Keanu lagi. Rima yang jemarinya sudah masuk ke dalam genggaman tangan Keanu mengikuti langkah si pria tepat di belakangnya. Keanu benar-benar bertindak seperti takut kehilangan Rima. Padahal mereka berada di rumah orangnya bukan tempat orang lain.

"Waalaikumsalam. Mantu Ibu udah datang." Sambut Indah antusias.

Dan dengan keantusiasannya pula, perempuan paruh baya itu dengan mudah memisahkan tautan jemari Keanu—Rima. Si Ibu lalu menarik Rima menuju meja ruang tamu yang sudah berserakan buku-buku—katalog sebenarnya di atas meja.

"Sabar ya Nu." Ujar Bapak Abraham dengan ledekan yang kentara. "Bayangin, belum kamu nikahin aja begini. Apalagi udah." Lanjut Bapak Abraham menggoda.

"Ya Keanu umpetin dirumah. Gitu aja kok susah." Balas Keanu santai.

"Mana bisa, yang ada Ibumu tiap hari nginep tempat kamu Nu." Bapak Abraham kembali melontarkan sanggahan. Belum puas meledeki bujangnya yang sudah laku.

"Kan kami kerja, ngapain Ibu dirumah." Balas Keanu masih dengan suara tenangnya.

"Apalagi ditambah kamu sama istrimu kerja, ibu mu makin sering ke rumah kamu bahkan kayaknya bakal pindah."

"Iya nggak masalah sih. Ibu kalau mau tinggal di sana Keanu malah senang." Jawab Keanu Spontan. "Ada juga ayah nanti yang kesepian." Kini Keanu lah yang memberikan ledekan pada Ayahnya yang seketika memasang wajah berpikir dengan keras.

"Benar juga kamu. Ayo kita samperin." Balas ayahnya dengan tarikan tangan di lengan Keanu.

"Yang ini juga bagus Rim." Keanu dan Bapak Abraham ikut duduk di sofa panjang yang mampu menampung empat orang.

"Ayah apaan sih!"

"Mas apaan sih!"

Rima dan Indah berseru bersamaan. Dan di detik berikutnya kedua perempuan itu saling pandang sebelum akhirnya tertawa. Lucu juga melihat bagaimana respon keduanya yang terlontar kompak.

end | GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang