III

2.1K 321 7
                                    

Sudah menyambar tasnya dan siap pulang, kegiatannya terhenti karena tangan lain menahannya.

"Kenapa Mas?" Tanya Rima saat mendapati Yusuflah yang menahan lengannya. Rosa dan Donny yang masih berada disana melirik penuh minat Yusuf dan Rima.

"Saya bisa bicara berdua sama kamu?" Mengernyit heran, Rima tak memberi jawaban apapun. "Hmm, ada hal penting yang mau saya sampein. Nggak ada hubungannya sama kerjaan." Lanjut Yusuf menjelaskan.

Rosa dan Donny sontak berdehem salah tingkah, dan secara mengejutkan keduanya pamit secara bersamaan.

"Mari, Mas." Kembali mengucapkan hal yang sama, Rosa dan Donny memberikan tambahan kedipan mata pada Rima yang masih bergeming.

"Karena yang lain udah nggak ada, saya ngomong disini aja ya." Yusuf memutar tubuhnya membelakang pintu, berusaha menutupi tubuh mungil Rima dari arah pintu masuk loker.

"Kamu ada hubungan sama Pak Keanu?" Tersentak kaget, Rima butuh beberapa detik untuk mencerna pertanyaan yang diberikan Yusuf. "Saya lihat, Beliau sering nanyain kamu kalau lagi ada perlu disini." Lanjut Yusuf.

Tempat mereka bekerja memang salah satu cabang yang memiliki satu ruang khusus untuk nasabah prioritas. Jadi secara teknis Rima dan Keanu tak akan pernah bertemu sebagai Nasabah - Bankir karena untuk Keanu—si nasabah prioritas, sudah memiliki orang khusus yang melayani segala keperluannya.

"Kalau mengenai itu, saya nggak tau Mas." Aku Rima, dirinya memang sering mendapatkan salam Keanu yang di sampaikan melalui dari Mba Nira—pegawai di bagian prioritas. Tetapi hanya sebatas itu dan Rima tak pernah membalas atau menitipkan salam kembali.

"Tadi, di tempat makan." Rima mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. "Saya sudah pernah bilang kalau saya berniat mendekati kamu secara seriuskan, Rima?" Tanpa perintah otak Rima kembali mengingat pernyataan yang sebenarnya tak mengejutkan dari Yusuf 10 bulan lalu. Si pria menyampaikan niatnya untuk mengenal Rima lebih jauh. Tetapi seingat Rima, saat itu ia sudah menolak dengan tegas. Lalu kemapa sekarang Yusuf kembali membahasnya?

"Apa Pak Keanu yang menjadi hambatan saya, Rima?" Kembali terpaku kaget, Rima terbengong di tempatnya mendengar asumsi tak masuk akal Yusuf—menurut Rima. "Saya memang nggak ada apa-apanya di banding Pak Keanu. Tapi—"

"Sebentar Mas." Potong Rima setelah mampu menangani kebengongannya. "Mas salah paham. Saya menolak Mas saat itu, dan saya tidak sedang menjalin hubungan dengan Pak Keanu." Jelas Rima tegas. "Saya sudah menjawab juga tepat setelah Mas menyampaikan niat baik Mas. Saya tidak tertarik, dan Mas bilang sudah memahaminya. Kedekatan Mas selama ini tetap saya pandang sebagai rekanan kerja."

"Tapi apa nggak bisa kamu pikirkan lagi? Saya serius untuk melamar kamu." Memberikan senyuman termanisnya, Rima menggeleng dengan tegas. "Mohon maaf Mas, saya nggak merasakan perasaan tertarik atau apapun pada Mas selain rasa hormat pada atasan."

"Apa karena Pak Keanu?" Tak tahan, akhirnya Rima mengeluarkan dengusan jengkelnya.

"Kenapa saya di sangkut pautkan dengan Pak Keanu? Mengenai beliau yang menanyakan saya, seharusnya Mas tanyakan langsung pada orang yang bersangkutan."

"Saya kira kamu menjalin hubungan dengan Pak Keanu." Balas Yusuf tak enak.

"Jikapun saya memang memiliki hubungan dengan Pak Keanu, itu bukan urusan yang harus Mas pikirkan. Saya sudah menekankan sejak awal bahwa saya tidak menerima niat baik Mas jika mengarah pada pernikahan. Jika ingin mengenal saya sebagai teman, saya Ok. Tapi untuk yang lain, saya sudah menolaknya dengan tegas." Ulang Rima lagi menjelaskan, berdoa semoga otak cerdas Yusuf digunakan pada saat seperti ini.

end | GRAVITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang