(11)

71 11 1
                                    

Sesampainya di kost-an, aku masuk ke kamar Arumi. Tau tidak? Arumi sedang mengemil cokelat dan bersantai sambil mainan hape.

"Wah. Hidupmu enak ya rum"

Sindirku. Arumi menatapku heran. Ya jelas lah, heran. Dia kan tidak tau apa apa!

"Apa sih?"

"Nggak papaa, hanya keluhan seorang gadis desa yang tersesat di keramaian kota dengan celengan ayamnya"

Ucapku sambil menyenderkan kepala di meja belajar milik Arumi.

"Awas aja sampe ngiler di situ!"

"Cih."

"Kok tumben udah pulang? Biasanya kalau pertemuan sastra dimulai sore, malem baru selesai, sampai aku harus menunggu jam 11 malam biar bisa makan malem bareng."

Aku hanya diam. Tenagaku tak cukup untuk kuajak memberikan penjelasan.

"Gak dijawab?"

"Hm?"

"Kok tumben pulang cepet?"

"Di dunia ini, emang gak boleh ya ada anomali?"

Ucapku asal.

"Hah?"

"Kalo biasa nya aku pulang malem, terus tiba tiba bisa pulanh cepet, emang bakalan kiamat?"

"Sembarangan!"

"Lagian kamu nanya terus. Kalo pulang cepet ya pulang cepet. Artinya emang pulang cepet."

"Ya deh"

Arumi menyerah.

"Rum"

"Apa lagi?"

"Boleh nggak, aku jadi bantal aja?"

"Boleh"

"Tapi gak bisa ya?"

"Bisa dong. Masa sih gak bisa? Gak jadi bantal aja badanmu udah mirip bantal tuh"

Tak butuh waktu lama untukku melempar boneka ke wajah Arumi.

"Kenapa sih? Gara gara tadi siang yang salah masuk ruangan itu?"

Lebih dari itu, tau !

"Anggaplah gitu"

"Udah, nggak usah dipikirin. Seenggaknya kamu kan jadi punya kenangan yang sangat sangat berkesan. Ya gak?"

Dia masih meledekku.

"Dah lah, aku mau ganti baju"

Aku keluar dari kamar Arumi dan beranjak menuju kamarku.

Lelah sekali hari ini. Mana tugas menumpuk. Laporan tiga buah belum kusentuh sama sekali. Padahal besok harus ku kumpul.

Masih ada setengah jam sebelum maghrib. Tenaga ini harus kugunakan untuk mengerjakan laporan !

Tak lama, deting ponsel singkat berbunyi. Oh iya, ponselku.

Aku meraihnya. Kulihat ada 5 pesan. Satu pesan dari Reiza dan empat pesan, ya, siapa lagi kalau bukan kak Barra.

Reiza : jangan lupa tilawah habis maghrib

Wah. Berisik ya dia ?

Kak Barra : Tara, sudah di kost-an?
Kak Barra : Kalau sudah, hubungi kakak ya
Kak Barra : Jangan lupa minum obat
Kak Barra : Kakak menyayangimu

Wah. Lama lama bisa bisa aku ilfeel kalau dibeginikan.

Aku membalas pesan Reiza terlebih dahulu : kamu ibuku ya?

Mengikhlaskan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang