(10)

87 13 2
                                    

Aku mengklik tombol 'home' di ponselku cepat. Pesan whats app dari Reiza tak akan kubalas sekarang. Nanti malam saja, setelah aku berhasil merangkai kata yang pedas. Ah kesal sekali.

Arumi yang heran dengan tingkahku sudah pasti bertanya

"Kenapa sih? Aneh deh ekspresimu kaya banteng liat kain warna merah"

Kalau kuceritakan, Arumi akan menertawaiku lagi. Bahkan mungkin kali ini dia akan tertawa sambil berguling di trotoar. Gak !

"Nggak papa"

"Kenapaa?"

"Itu lah, spam lagi"

"Oh.."

Sesampainya di kosan, aku langsung menghamburkan tubuhku ke kasur. Lelah sekali hari ini. Aku harus mengumpulkan energi untuk pertemuan komunitas nanti sore. Setelah menyetel alarm pukul 15.00, mataku tak butuh waktu lama untuk terpejam.

****

Aku baru sampai di ruangan saat kak Barra menyapaku.

Di ruangan ini baru ada aku dan kak Barra. Padahal sudah pukul 16.00. Tumben.

"Yang lain kemana kak?"

Tanyaku

"Belum datang mungkin"

Kak Barra tersenyum. Ekspresinya seperti menyembunyikan sesuatu.

Aku duduk di kursi dekat jendela. Kak Barra hari ini juga terlihat berbeda. Apa ya, lebih modis dari biasanya. Dia memang anak orang kaya, sih.

Saat aku tengah merangkai puisi, kak Barra menghampiriku.

"Lagi buat apa?"

"Puisi dong"

"Rajinnya"

Kak Barra tersenyum. Aku ikut tersenyum untuk menunjukkan kesopananku.

"Tara"

"Ya kak?"

"Mau ikut kakak sebentar?"

"Kemana?"

"Keluar"

"Sekarang?"

"Yap"

"Ngapain kak?"

"Ada deh. Sebentar aja. Ya?"

Kak Barra memohon. Aku jadi tidak enak untuk menolak.

"Iya kak"

Kami beranjak menuju pintu keluar dari ruangan ini..

Dan..

Saat aku membuka pintu ruangan, ada bunga mawar banyak sekali di depan pintu. Dihiasi oleh lampu tumbler berkerlap kerlip.

Yang bikin jantungku mau mencolot lagi, di tengah tengah bunga itu, bertuliskan "Tara, Aku Mencintaimu"

Ini Tara yang mana ? Aku? Yang ini?

Kak Barra, menggandeng tanganku lagi. Sesaat setelah itu, para anggota komunitas sastra datang dari arah yang berbeda, dan semua memakai baju warna merah dengan membawa bunga mawar.

Hah?

Aku yang baru sadar dengan sentuhan di lenganku, dengan reflek menghindar. Tapi kak Barra terlalu kuat menggandeng tanganku.

Ini maksudnya apa ?

"Tara"

Ucap kak Barra lembut. Sumpah, aku malu bukan main

"Sudah lama kakak suka Tara. Tapi baru sekarang kakak berani mengungkapkan perasaan kakak"

Wah.

Mengikhlaskan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang