Suara adzan membangunkanku. Segera aku mengecek ponsel. Belum ada pesan masuk. Padahal biasanya sebelum adzan subuh Reiza menelfonku untuk membangunkan.
Apa belum bangun ya dia?
Aku membuka layar telfon dan menelfonnya duluan.
Diangkat
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam. Zaa, bangun"
Ucapku
"Ahaha. Udah bangunnn dari tadi"
Jawabnya.
Tapi, kok?
Ah.. mungkin saking capeknya, dia gaj telfon aku.
"Yaudah, sholat gih. Aku juga mau sholat"
"Oke"
Kamu menutup telfon. Aku mengirimkan pesan kepadanya
"Hati hati ya nanti balik ke kampusnya. Kalau udah sampe tempat kost, kabari aku"
Terkirim.
Tapi tak langsung dibalas seperti biasanya
Bahkan hingga sore hari. Aku mencoba berpikir positif. Mungkin dia capek banget.
Sebaliknya, aku harus fokus pada pekerjaanku sore ini.
Masih ada waktu setengah jam sebelum ashar. Urusan kantor sudah kuselesaikan. Setelah penelitian pada proyek serum selesai, aku bisa lebih santai sehingga tidak perlu lembur seperti biasanya. Nanti menjelang peresmian produk, baru sepertinya aku akan mulai kerja rodi lagi.
Aku bergegas pulang ke rumah. Masih ada waktu untuk tidur siang sebentar.
Adzan ashar membangunkanku. Aku bergegas mengambil air wudhu. Ibu ku sedang pergi ke arisan. Di rumah, aku hanya tinggal dengan ibuku karena kedua kakakku telah menikah dan tinggal terpisah di rumah mereka sendiri.
Sebelum sholat, aku mengecek ponsel kembali. Masih sepi. Belum ada pesan masuk.
Ada apa ya, dengan Reiza ?
Kukirim pesan: tumben dicuekkin? Nggak gampang lho, cari waktu buat ngetik pesan di sela sela kesibukanku yang padat ini. Aku harus berusaha keras lho.
Ceklist 1.
Aku mulai kepikiran.
Kukirim pesan lagi : jangan lupa sholat ashar. Kalau udah on, hubungi aku ya.
Masih ceklist 1.
Aku mengambil posisi untuk sholat ashar. Setelah itu, melanjutkan aktivitasku seperti biasa. Menyiram bunga, mengecek berkas berkas penting, mencari jurnal jurnal penelitian yang berkaitan dengan herbal herbal kosmetik, dan berbagai aktivitas lain hingga malam.
Reiza masih juga belum menghubungiku.
Aku mencoba untuk menelfonnya. Tapi bahkan nomornya tidak aktif.
Aku mulai panik. Reiza kenapa ?
Dia baik baik saja, kan ?
Gimana nih ?
Oh ya, Arumi !!
Aku mengetik nama Arumi di ponsel, lalu menghubunginya.
"Assalamu'alaikum rum. Gimana kabarmu? Parah ya, udah tiga hari nggak kirim kabar"
Cerocosku.
"Wa'alaikumussalam. Hihi maaf sahabat. Nggak sempat buka ponsel"
"Huu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskan Kenangan
RomanceBagaimana jika, janji dua orang - aku dan dia - yang telah terpahat dan terikrar tanpa ragu, berakhir dengan secarik undangan tanpa namaku di dalamnya ?