Suara hujan malam ini menemaniku dan Arumi yang tengah makan malam. Buku buku berserakan di depanku. Kenapa lagi kalau bukan karena Arumi yang tengah belajar seperti orang gila. Besok dia sidang. Lagian, salah siapa tidak dicicil dari kemarin kemarin? Ck ck, walaupun pintar, dia sembrono juga.
Setelah makan malam, aku menemani Arumi sambil membaca novel ditemani cokelat panas.
"Enak ya, hidup orang yang udah kompre"
Sindir Arumi
"Jelas"
"Cih"
Dering singkat terdengar dari ponselku. Siapa lagi kalau bukan Reiza : jangan lupa sholat isya dan makan malam.
Begitu katanya.
Kubalas : oke.
Tak lama, Reiza kembali membalas : ku pikir pikir ya dari dulu, kamu dingin banget nggak sih sama aku?
Hah?
Aku : dingin?
Reiza : iya. Kamu nggak pernah nanya aku balik, atau ingetin aku balik.
Aku : kalo kamu ngingetin aku, bukannya kamu udah pasti inget ya? Masa aku harus ngingetin orang yang udah inget?
Reiza : dah lah
Aku : ?
Reiza : maksudku, kamu nggak pernah bales perhatianku.
Oh, dia ngode.
Tapi, memang gimana caranya membalas perhatian ? Gimana caranya perhatian ? Kalau disuruh kaya Reiza, aku geli !
Oke lah, ku coba.
Aku : yaudah. Kamu juga, jangan lupa bayar kalau lagi beli di warung.
Reiza malah tertawa.
Gimana geh, aku harus ingetin dia ke hal hal yang belum dia ingetin ke aku, kan?
Arumi yang sepertinya daritadi memperhatikanku, menghentikan aktivitas belajarnya
"Ra"
"Iya?"
"Gigimu lama lama kering kalau nyengir terus"
Eh, aku nyengir ya dari tadi?
"Hehe" jawabku.
"Ada apa sih? Asyik banget?"
"Nggak papa"
"Kan, mulai ada rahasia rahasiaan"
"Udah, kamu fokus aja belajar. Jangan kepo sama urusan orang dewasa"
"Eleh sok banget"
"Hahaha. Tapi ya, kamu enak banget deh. Pasti besok rame yang kasih hadiah. Kamu kan aktif banget organisasinya. Pasti banyak kenalan kenalan yang dateng kasih selamet."
"O iya tentu"
Ucap Arumi pamer. Cih
Arumi memang mahasiswi yang aktif sekali berorganisasi. Di LDK saja, dia sampai jadi sekretaris departemen ! Berbeda denganku yang dari awal hingga akhir selalu menjadi anggota abadi. Aku memang hanya aktif di kajian kajian dan ke sekret hanya sekedar main saja, sih.
Ting.. ponselku berbunyi lagi.
Reiza : aku boleh telfon?
Aku : no
Reiza : kenawhy?
Aku : lagi sibuk, nemenin Arumi belajar.
Lagian ya, aku agak tidak nyaman kalau terus terusan telfonan dengan laki laki. Entah, aku merasa sepertinya berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskan Kenangan
RomanceBagaimana jika, janji dua orang - aku dan dia - yang telah terpahat dan terikrar tanpa ragu, berakhir dengan secarik undangan tanpa namaku di dalamnya ?