Aku masih diam mematung di tempat yang sama dengan saat wanita tadi memakiku.
Kupikir pikir, aku terlalu menganggap enteng aturan Allah. Terlalu sombong hingga tidak pernah mau mengaku kesalahan yang kulestarikan satu tahun setengah lama nya.
Harus kah aku melepas Reiza ?
Tapi aku begitu mencintainya.
Dan setengah tahun lagi, Reiza akan menepati janjinya. Menikahiku.
Meski ia tak pernah membahas pernikahan sampai saat ini, aku masih percaya dengan janjinya.
Baiklah, setengah tahun lagi. Aku hanya perlu bertahan seperti ini, setengah tahun lagi. Agar satu tahun setengahku menanti Reiza tidak berakhir sia sia.
Aku beranjak ke arah kasir, membayarnya lalu pulang ke rumah. Aku lelah sekali. Perasaanku terkuras hari ini.
Sampai di rumah, aku merebahkan tubuhku. Meraih ponsel dari tasku. Tentu saja, sudah ada pesan Reiza di sana.
Reiza: kalau udah di rumah, kabari ya.
Kepo banget gak sih, dia ini? Tapi aku seneng sih hehehehehe
Kubalas: Tara sudah mendarat dengan selamat di rumahnya
Tinggg
Wah. Cepat sekali balasannya
Reiza: coba keluar
Hah?
Ngapain?
Kubalas: keluar rumah?
Reiza: iya
Kubalas: untuk?
Reiza: keluar ajaa dulu
Aku bergegas keluar dari rumahku. Dan betapa kagetnya melihat sosok Reiza berdiri di depan pintu.
Aku mengucek ngucek mataku yang tak gatal.
"Ini? Reiza?"
Tanyaku tak percaya. Ia tersenyum sembari mengangkat bahunya. Bunga di tangannya diarahkan kepadaku.
"Surprise"
Uwahhhhh. Aku menutup mulutku dengan tangan saking girangnya.
"Kapan sampe nyaa?"
Tanyaku penasaran.
"Tadi malem"
"Seriuss? Jadi tadi pas kita chattan, kamu udah di sini?"
"Ehm.. pertanyaannya banyak ya? Boleh nggak aku jawabnya di dalem? Sambil minum air putih gitu seenggaknya?"
Oh, iya juga hahaha
"Oh ya hahaha. Oke oke maafkan aku yang tidak peka. Silahkan masuk, mas Reiza"
Reiza tersenyum sambil memasuki pintu rumahku. Jujur ya, dia nambah ganteng hehehe.
"Za.."
Panggilku serius
"Hm?"
"Jujur deh"
"Apa?"
"Kamu pake serum produk aku ya ?"
"Hah???"
"Liat geh mukamu. Glowing bangetttt"
Reiza yang semula keheranan, mulai tertawa terbahak. Lalu wajahnya kembali serius.
"Ra.."
"Ya"
'Serius kamu ngira ini karena serum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengikhlaskan Kenangan
RomanceBagaimana jika, janji dua orang - aku dan dia - yang telah terpahat dan terikrar tanpa ragu, berakhir dengan secarik undangan tanpa namaku di dalamnya ?