(15)

77 14 2
                                    

Hari ini benar benar hari terindahku. Aku berhasil menyelesaikan studi, dan cinta. Iya, cinta yang betulan.

Dua tahun lagi. Hanya dua tahun lagi, aku akan dijemput oleh Reiza, pangeranku. Eh geli skl sih !

Intinya, aku senang. Senang sekali. Sampai mau terbang rasanya !

Tapi aku belum memberitahukan hal ini kepada Arumi. Arumi memang tidak pernah setuju jika aku dekat dengan siapapun yg belum halal. Tapi kalau Reiza, siapa tau boleh. Lagian kan ini bukan sekedar menyatakan perasaan. Tapi menyatakan perasaan sekaligus janji menikahi !!

Ya kan?

Ya kan?

Aku menemui Arumi yang tengah santai di kamarnya. Padahal pekan depan dia sidang. Kok bisa sih, sesantai ini?? Aku aja satu minggu bahkan gak sempet buat ngemil. Emang ya, kalau pintar sejak lahir itu susah. Bikin iri !

Oke, fokus ke tujuanku datang ke kamar Arumi.

"Lega udah kompre?"

Tanya Arumi

"Ehe... Anu.. iya Alhamdulillah"

Iya ya, kalau nggak gagap memang bukan aku.

"Rum"

Panggilku

"Apa"

"Kamu pernah jatuh cinta?"

Arumi terlihat berpikir

"Pernah"

"Wah. Sama siapa? Kok nggak bilang?"

"Rasa suka dengan yang belum halal, kan emang belum boleh diumbar umbar, temanku"

"Hah kenapa?"

"Takut setan denger"

"Emang kalau setan denger, kenapa?"

"Ya khawatir akan jadi perantara setan menjerumuskan kita lewat perasaan itu."

"Kalo udah dikhitbah, boleh nggak dicerita ceritain?"

"Nggak boleh dong. Justru kalau bisa dirahasiakan"

"Lah, terus kasih tau orang lainnya kapan?"

"Nanti, saat kita mengumumkan tanggal pernikahan. Pas kita sebar undangan"

"Hah? Kaget lah orang orang"

"Emang begitu, seharusnya"

Oh gitu.

"Ada apa emang?"

Tanya Arumi lagi.

Aduh. Kasih tau gak ya. Jawaban dia begitu tapi.

"Eh.. anu.. nggak. Nggak papa"

"Kenapa heh"

"Enggak. Aku.. aku... Salah dong ya dulu blak blakan ngaku ke kamu kalo aku suka kak harun"

Aku nyengir. Mencari alasan.

Arumi terkekeh.

"Emang sekarang masih suka?"

"Rahasia"

"Main rahasia rahasiaan ya?"

"Katamu kan, nanti setan denger"

"Oh iya juga"

Arumi setuju.

"Maksudku, setannya kan kamu. Hahaha"

Ucapku sambil berlari ke kamarku, yang disusul oleh lemparan bantal dari tangan Arumi. Hampir saja.

Oke lah, nanti saja kuberi tau Arumi. Satu bulan sebelum pernikahanku.

Mengikhlaskan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang