16

1.4K 105 5
                                    

Bonus part untuk hari ini!🙆

Orang yang otaknya kosong, biasanya paling banyak bacotannya -Anthea Marissa.


«««

Fajar telah menyingsing. Matahari pagi ini sangat lah terik. Sedangkan, gadis yang tengah terbalut dengan selimut tebalnya itu belum juga terbangun dari tidur panjangnya. Padahal sedari tadi asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu sudah mencoba membangunkannya tetapi gadis itu masih saja tetap tidak bangun.

Seseorang berjalan dengan langkah lebarnya menuju kamar gadis itu dengan pakaian formalnya yang telah terlihat rapih di tubuh kekarnya. Dengan perlahan pintu kamar itu dibuka. Ia berjalan menuju jendela dan membuka gorden itu lebar-lebar membiarkan cahaya matahari masuk. Jaden mendekati sang adik dan menepuk pelan pipi Amora yang masih nyenyak dengan tidurnya itu.

"Mora bangun, hei."

Gadis itu menggeliat dalam tidurnya. Perlahan mata cantik itu terbuka dan melihat kakaknya yang tengah memandanginya. Ia mencoba duduk seraya mengucek matanya.

"Bangun, kamu gak sekolah emangnya?"

Mata Amora terlihat sayu karena masih mengantuk tetapi gadis itu mencoba melirik jam yang ada di nakasnya. Dengan matanya yang merem-melek. Tetapi tetap gagal karena matanya yang kembali terpejam sambil menguap lebar.

"Jam berapa sih kak?"

Jaden melirik jam yang ada di nakas itu, "Jam 7:15, cepat mandi. Kamu udah telat."

Seketika mata Amora langsung melotot. Gadis itu meloncat turun dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandinya untuk bersiap. Jaden hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya. Ia langsung keluar dari kamar sang adik dan segera berangkat menuju kantornya.

Setelah selesai bersiap, Mora turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa. Penampilannya pun masih terlihat acak sekali. Tas sekolahnya yang terbuka belum sempai ia resleting dan memperlihatkan buku-bukunya. Kaos kaki yang tinggi sebelah, dan juga kancing baju yang salah rumah.

Ia mengambil kunci mobilnya yang tak pernah ia gunakan sama sekali, karena ia memang masih belum mahir dalam membawa kendaraan beroda empat itu. Ia terdiam sebentar sambil menatap lamat kunci mobil itu.

"Mora pasti bisa. Iya, pasti bisa."

Kemudian gadis itu berlari kencang menuju garasi rumahnya dan membuka pintu kemudi lalu membanting kasar setelah ia masuk ke dalam. Lalu ia menyalakan mobil dan memanasinya sebentar. Setelahnya ia menancapkan gas perlahan menuju sekolahnya.

Sepanjang perjalanan menujh sekolahnya, ia mendapatkan banyak cacian dari pengendara lain karena ugal-ugalan dan juga mobilnya yang berjalan tak tentu arah. Berjalan sepertk garis zig-zag. Puji syukur ia panjatkan karena jalanan yang tak terlalu ramai. Ia bisa pastikan jika ia akan mengalami kecelakaan karena menabrak kendaraan lain saat keadaan jalanan yang padat sekali.

"Mora punya pacar gaada gunanya ish. Padahal rumah deketan tapi tega banget gak jemput Mora. Mora sembelih baru tau rasa." decaknya.

Sesaat sudah mendekati gerbang sekolah, ia melihat pagar sudah ditutup. Ia berdecak kesal. Dan gadis itu tanpa sadar menginjak gas padahal Mora ingin mengerem karena gerbang sekolah yang tertutup. Jadilah bunyi tabrakan itu terdengar nyaring hingga membuat kap mobil Mora rusak parah dan juga kondisi gerbang yang sudah ambruk.

Mora membelalakkan matanya panik. Satpam dan guru-guru yang masih keliaran di koridor akhirnya berkeluaran untuk melihat asal sumber bunyi nyaring itu.

RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang