Yuk, komen tiap paragraf! Happy reading!
Raskal memandangi Desert Eagle Mark XIX pistol yang tersimpan rapi di lemari khusus senjata yang ada di rumahnya. Ia menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar decitan pintu yang terbuka. Rakhael masuk dengan raut datarnya.
"Ngapain disini?"
"Yah, Raskal izin mau bunuh orang."
Ucapan Raskal membuat Rakhael mengerutkan dahinya, "Ada yang ganggu kamu?"
Raskal menggeleng, "Anggota Rodeos ada yang hilang terkait kasus pembunuhan berantai keluarga Bramasta yang lalu. Anaknya minta bantuan sama Rodeos buat nyelidikin Bramasta yang katanya masih hidup sampai sekarang."
Rakhael menghela nafasnya, "Bantuin boleh, tapi jangan yang membahayakan diri kamu. Kamu mau bunda nangis?" Raskal menggeleng menjawab.
"Raskal usahain biar Raskal gak luka Yah,"
"Yaudah, boleh. Kapan emang?"
"Besok siang."
"Semangat ngebunuhnya," Raskal terkekeh mendengar ucapan sang ayah. Ia memeluk ayahnya tanpa malu-malu, Rakhael pun balas memeluk cowok itu.
"Thanks dad, karena ayah selalu dukung Raskal terus walaupun Raskal kelakuannya bandel gini. Selalu bolos, masuk geng motor, gak pernah diam di rumah."
Rakhael menepuk-nepuk punggung Raskal lalu perlahan melepaskan pelukan tersebut, ia menatap anak sulungnya itu. "Its, oke. Selama nilai belajar kamu gak turun. Kamu boleh ngelakuin apapun kecuali sex before married dan narkoba, ayah melarang keras untuk dua itu. Kalau kamu coba ngelakuin, ayah tendang kamu dari kartu keluarga nanti."
Raskal memang termasuk golongan anak pintar di Olympus High School. Bukan hanya di dalam kelasnya saja, Raskal juga sering diajak untuk berpatisipasi dalam lomba-lomba yang digelar oleh eskul basket. Cowok itu bahkan pernah masuk lima besar di peringkat paralel sekolah karena prestasi yang dimiliki lelaki itu.
Ia suka bolos bukan semata-mata hanya iseng, tetapi karena ia memang tak suka dengan guru yang mengajarnya. Terutama dengan Bu Ria. Menurutnya, guru yang satu itu aneh. Bukannya menjelaskan materi pelajaran, Bu Ria malah lebih suka bercerita tentang kehidupannya.
Raskal tertawa kecil, "Iya, Raskal usahain biar gak suka bolos lagi sama gak ngelakuin larangan ayah."
Rakhael mengangguk, "Bagus. Yaudah, ayah mau tidur dulu." Pria itu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Raskal hanya memperhatikan punggung ayahnya yang sudah berlalu.
Tak lama, Raskal ikut berlalu. Cowok itu menyusuri langkahnya menuju rumah Amora untuk melepas rindunya yang sudah tak terbendung lagi. Ia juga ingin melihat Amora sebelum ia berurusan dengan orang-orang itu. Baginya, Amora adalah semangatnya.
"Loh, ngapain kesini malam-malam?" tanya Amora setelah membuka pintu rumahnya dengan pakaian baju tidur motif sapi. Dan melihat Raskal yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya
"Mau liat lo," balasnya dengan tersenyum.
"Udah liat kan, pulang sana!" senyum Raskal langsung pudar setelahnya.
"Bercanda, masuk. Baperan amat lo tong,"
Dalam hati, Raskal merutuki tingkah Mora yang menyebalkan itu. Ia mengenggam tangan gadisnya untuk ikut duduk bersama di sofa. Bukannya duduk, Amora malah merebahkan dirinya di sofa dan menarik tangan Raskal untuk tiduran di atasnya sambil memeluk tubuhnya. (Pict di mulmed)
Raskal terkejut lalu menumpu tangannya di sofa agar badannya tak mengenai tubuh atas Amora, "E-eh, boleh?" tanyanya pelan.
Amora tersenyum, "Boleh, sayang." lalu kembali menarik tubuh Raskal agar jatuh diatas tubuh miliknya. Raskal diam-diam tersenyum lebar di dekapan gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskal
Teen FictionVOTE DAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Raskal itu cuek dan galak ditambah ketampanannya yang tak pernah berkurang sedikit pun membuat lelaki itu menjadi cool di mata orang-orang. Bahkan tak sedikit kaum perempuan yang menyukainya. Tetapi sejak kejadi...