13

1.7K 124 10
                                    

Yuk, komen tiap paragraf!

Pintu rawat kamar inap Baron itu berdecit pelan tapi mampu mengalihkan semua perhatian orang yang berada dalam ruangan itu menoleh ke sumber suara. Miguel, pelaku pembuka pintu tersebut. Lelaki itu mendekati Baron yang tengah terbaring di brangkarnya seraya bermain ponsel di salah satu tangannya yang tidak dipakaikan arm sling.

"Bawa apa lo Mig?" tanya Amos yang sedang memandangi benda yang dibawa Miguel.

Miguel melirik pada kantong plastik yang ada di tangannya. Ia menyodorkannya pada Amos dan diterima oleh lelaki itu. Amos pun melihat isi dalam kantong plastik tersebut. Ternyata Miguel membawa beberapa buah dan cemilan untuk mereka yang menjaga Baron.

"Asik makanan." seru Junet. Ia langsung berdiri dari duduknya dan mendekati Amos untuk mengambil cemilan itu.

"Lo belum kasih tau orangtua lo?" Miguel bertanya sembari menarik kursi kosong dan duduk di samping brangkar Baron.

Baron mengangguk "Udah, cuma masih dalam pesawat buat kesini." katanya.

"Cepat sembuh." Baron tersenyum tipis menanggapi ucapan Migu.

Mata Miguel menelisik sekitar di ruangan tersebut. "Raskal mana?" tanyanya. Ia tidak melihat batang hidung Raskal di ruangan itu.

Suara pintu yang terbuka itu menampilkan sosok Raskal yang baru datang dengan raut datar khasnya. Lelaki itu mendekati Migu. Dan menyenderkan badannya di dinding rumah sakit dengan tangan yang bersidekap menatap teman-temannya.

"Kal, temenin manggung." pinta Miguel.

Raskal mengangguk "Di mana?"

"Cafe Philosphi, sekarang." Miguel beranjak dari duduknya dan menepuk pundak Baron dengan pelan. "Gue pergi dulu."

«««

Kedua lelaki itu memasuki cafe dan disambut dengan harumnya aroma kopi yang menjadi nuansa khas dari cafe tersebut. Miguel berjalan menuju panggung kecil yang tersedia, sedangkan Raskal memilih bangku kosong yang berada di pojokan dekat dengan panggung.

Kedatangan Miguel yang berada di atas panggung itu membuat perhatian pengunjung cafe menjadi teralihkan pada lelaki itu. Miguel saat ini tengah mengetes mic untuk kelancaran menyanyinya.

Sebelum ia datang ke cafe ini, pemilik cafe sudah mengonfirmnya untuk mengisi hiburan di cafe itu. Ia tidak sendiri, melainkan dengan Leon dan juga Gibran. Masih ingat kan dengan Leon? Teman sekelas Amora.

Ketiga lelaki itu memang mendirikan sebuah band lokal kecil yang selalu manggung di cafe-cafe yang ada di kotanya. Hillary, ketiga lelaki itu menamai band kecil mereka dengan nama Hillary.

Bahkan nama Hillary telah melejit tinggi di kalangan anak muda karena salah satu postingan netizen yang viral waktu itu. Oleh karena itu, Band mereka hampir dikenal oleh seluruh warga kota Jakarta.

"Tes satu, dua, tiga. Selamat malam semuanya." sapa Miguel dengan senyuman tipisnya. Seluruh kaum perempuan yang ada di cafe itu berteriak histeris saat melihat senyuman perdana milik Miguel.

"Malam ini Hillary akan menampilkan lagu yang berjudul photograph dari Ed sheeran. Kalau ada yang tau lagu ini, kita nyanyi bersama ya." Miguel meletakkan kembali micnya di stand mic. Ia membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman sebelum ia menyanyi.

Miguel menoleh ke belakang, menatap kedua temannya untuk memberi kode agar segera memainkan alat musiknya. Suara alunan musik pun terdengar, Miguel memejamkan matanya menghayati alunan nada itu.

RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang