Raskal memberhentikan motornya saat berada di depan gerbang rumah Amora. Ia melirik gadisnya yang sudah turun dengan raut wajahnya yang takut.
"Raskal bantuin gue ya? Please..."
Raskal mengangguk dan ikut turun dari motornya. Mora menghampiri pos satpam rumahnya dan menanyakan keberadaan sang kakak.
"Pak Aan! Kak Jaden udah pulang gak?"
Satpam yang kerap dipanggil Aan itu bangkit dari duduknya dan mendekati Mora. "Iya non, aden udah pulang tadi. Baru saja nyampai rumah." cerca Aan.
Mora mengangguk. Ia memasuki halaman rumahnya yang luas ditemani dengan Raskal disampingnya yang sedang menenteng helm kesayangannya. Seperti anak saja, tak mau ditinggal barang sedetik pun.
"Assalamualaikum." Salam Mora seraya membuka pintu rumahnya lebar-lebar.
Ia melebarkan matanya saat pertama kali yang ia lihat adalah kakaknya yang sedang berada di ruang tamu dan sebuah laptop yang ada di pangkuan kakaknya.
"Waalaikumussalam. Siapa dia Mora?"
Jaden bertanya saat matanya melihat ada seorang lelaki yang umurnya terlihat tak paut jauh dari adiknya itu. Ia tak menampilkan ekspresinya. Begitu juga Raskal yang tak tersenyum sama sekali. Memang Raskal ini, tidak sopan sekali dengan yang lebih tua!
Mora menelan ludahnya menghilangkan rasa gugup yang menggerogoti tubuhnya. Ia melirik sekilas pada Raskal yang masih menatap lurus kakaknya.
Karena Mora tak juga bersuara akhirnya Raskal yang menjawab, "Raskal Alcander, pacar Mora." Lelaki itu tak menyodorkan uluran tangannya seperti orang yang ingin berkenalan. Raskal malah dengan santai memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
Jaden yang mendengar jawaban Raskal langsung menukik tajam pada adiknya yang menunduk. "Kalian duduk."
Dua orang itu menurut perintah Jaden. Mereka duduk berjauhan. Mora tak ingin kakaknya akan lebih marah lagi saat ia berdekatan dengan Raskal.
"Kamu tau siapa saya kan?" tanya Jaden dengan nada yang menusuk.
"Jaden Reganta kan?"
Sesaat Mora melototkan matanya pada pacarnya itu. Benar-benar tidak ada akhlak dengan yang lebih tua. Bisa-bisanya lelaki itu hanya memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel 'kak'.
Jaden membasahi bibir bawahnya, "Oke, siapa nama kamu tadi? Aspal? Asal?"
Raskal menggeram, "Yang bener dong elah! Raskal gitu lho. Nama cakep-cakep masa diplesetin jadi aspal! Kerenan dikit kek!"
Ok. Bolehkah Mora mencakar wajah lelaki itu? Menyebalkan sekali ucapannya.
"Terserah! Dari sini saya bisa nilai sikap kamu," Mora menggigit bibirnya tanpa sadar menunggu lanjutan ucapan kakaknya. "Persis saya dulu."
"Kamu saya tugasin buat jaga Mora karena saya tidak selalu bisa ada disampingnya karena urusan perkerjaan. Tapi kamu juga bakal diawasi dengan bodyguard saya. Awas kamu berani macem-macemin Mora."
"Santai bro. Jangan ngancam. Gue punya harimau dirumah soalnya."
Mora menjatuhkan rahang bawahnya mendengar perkataan Raskal. Apa tadi katanya? Harimau ada dirumahnya? Baiklah jika lelaki itu meminta dirinya untuk bersilaturahmi ke rumahnya. Ingatkan Mora untuk menolak. Kucing kecil mah gapapa lah ini bisa-bisa Mora langsung ditelan hidup-hidup.
"Rumah kamu dimana?" Desak Jaden.
"Itu tuh rumah abu yang gede paling pojok di block C, deket rumahnya si Asep. Kenapa? Mau ngopi bareng? Kuy lah." Raskal beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskal
أدب المراهقينVOTE DAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Raskal itu cuek dan galak ditambah ketampanannya yang tak pernah berkurang sedikit pun membuat lelaki itu menjadi cool di mata orang-orang. Bahkan tak sedikit kaum perempuan yang menyukainya. Tetapi sejak kejadi...