23

1.1K 90 1
                                    

Mereka semua mengikuti perintah Thea untuk berpencar. Setelah mereka menempati arah mata angin seperti yang dikatakan Thea, mereka mencari persembunyian di belakang pohon pinus. Mata mereka tak lepas dari sekitar, berjaga-jaga agar tidak ketahuan oleh orang-orang itu.

Laskar sendiri sudah berada di depan gubuk itu sedangkan Raskal tengah bersembunyi dibalik semak-semak. Barangkali jika Laskar membutuhkan bantuan, Raskal akan sigap membantu.

Salah satu pemuda membuka pintu gubuk dengan slayer hitam yang dipakaikan di kepala pemuda itu. Ia tersenyum sinis menatap Laskar yang hanya dibalas pandangan datar Laskar.

"Lepasin temen gue," ucap Laskar dengan nada beratnya.

"Gak semudah itu bro," Laskar bisa melihat pemuda itu menyunggingkan smirknya.

"Lo disuruh kan? Siapa yang udah nyuruh lo? Gue bisa bayar lo lebih dari orang yang udah nyuruh lo." kata Laskar.

"Sayangnya, gue gamau." lalu pemuda itu mengeluarkan pistolnya dengan cepat dan langsung  menembak Laskar.

Mengetahui gerak-gerik sang musuh, Laskar dengan gesit menghindar. "Bedebah, anjing!" makinya dan ikut mengeluarkan pistol yang tersembunyi di balik celananya lalu mengarahkan pistol tersebut kepada pemuda tersebut.

Dor!

Sial! Tembakannya melenceng! Pemuda itu dengan langkah cepatnya bersembunyi di balik pohon sembari menembaki Laskar. Sedangkan Laskar, cowok itu berlari kesana kesini guna menghindari serangan pistol dari pemuda tadi.

Melihat Laskar yang sedang kesulitan, Raskal diam-diam berjalan mendekati pemuda tersebut. Pemuda itu tak melihatnya karena sibuk menembaki gerak Laskar sesaat ia sudah berada di depan pemuda itu. Ia mengeluarkan pistolnya dan dengan santai menembaki perut pemuda tersebut.

Dor!

"Awhsss,"

Rintih pemuda itu saat merasakan perutnya tertembak. Melirik sedikit ke arah perutnya yang sudah mengeluarkan darah banyak. Ia menoleh dan mendapati Raskal yang tengah memandanginya datar. Kemudian mengangkat tangannya untuk mengarahkan pistolnya kepada Raskal. Tetapi pistol tersebut jatuh akibat tendangan dari Laskar.

"You lose, bastard."

Laskar melirik ke arah Raskal, "Lo bantu Theo, gue yang urus nih bedebah satu." Raskal mengangguk ngerti setelahnya berlalu menuju gubuk tadi.

Laskar mengarahkan lengannya untuk mengunci gerak lelaki itu seraya mendongkan pistolnya di kepala pemuda tersebut, "Lo tinggal bilang siapa yang udah nyuruh lo. Segampang itu tapi lo buat susah. Bilang atau lo gak akan bisa lihat dunia lagi!" ancam Laskar sambil menekan pitingan lengannya membuat pemuda itu tercekik.

"S-ssau-ddara lo," ucap pemuda itu terbata-bata karena kesulitan bernafas.

Laskar menggeram tertahan saat mendengar jawaban pemuda itu. Lantas karena emosinya yang memuncak, ia tetap menembaki pemuda itu hingga tak sadarkan diri di kaki Laskar.

Lain dengan kelompok Thea, Miguel, dan juga Arden. Mereka masih mengurusi orang-orang itu walaupun dari mereka sudah banyak yang tumbang. Masih ada beberapa yang harus kelompok Thea tuntasi.

Thea dengan raut datarnya tetap santai melawan orang-orang itu dengan skill kelahinya sendiri atau tinggal sekali tembak saja bisa yang bisa membuat salah satu dari mereka mati.

Saat yang lain fokus dengan lawan mereka, berbeda dengan Arden yang nampaknya tengah mengawasi gerak Miguel yang tengah sakit sembari melumpuhkan lawannya.

Seketika Arden melebarkan matanya saat melihat orang itu menusuki perut Miguel dengan cepat. Rintihan suara Miguel membuatnya berlari menuju sahabatnya itu.

RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang