07

2.1K 137 3
                                    

Yuk, komen tiap paragraf!

Raskal yang baru saja masuk ke dalam kelasnya langsung meletakkan tas ransel hitamnya diatas mejanya dengan asal. Lalu ia duduk dan menatap isi kelasnya di pagi ini. Selalu rusuh tak pernah tidak.

"Kal," panggil Amos.

Raskal menoleh dan mengangkat alisnya, bingung. "Apa?" sahutnya.

"Minggu depan ada turnamen pubg, prizenya lumayan lah bisa buat ngadain baksos nanti."

"Siapa aja yang join?"

"Arden, Miguel, Sena, sama gue."

Raskal mengerutkan dahinya "Junet sama Baron gak ikut?" tanyanya.

Amos menggeleng "Junet gak mau, katanya mau ngedate sama pacarnya kalau Baron ada acara keluarga." terangnya.

Lelaki itu manggut-manggut mendengarnya "Gue ikut."

Memang diantara lelaki yang disebutkan Amos tadi adalah pemain pro dalam game pubg sedangkan Fero, Gibran dan Rino lebih cenderung pro di mobile legend.

Anggota Rodeos yang lain tidak ikut serta dalam turnamen karena mereka tahu akan kalah di awal turnamen. Lawan mereka tak main-main yang merupakan pro dalam game tersebut. Jadi mereka hanya menonton dan mendukung tim Raskal nanti.

Percakapan mereka terhenti saat guru yang akan mengajar di kelas mereka telah datang dan dibelakangnya terdapat satu siswi yang menarik perhatian Raskal.

"Selamat pagi semuanya." sapa guru itu yang dijawab serentak oleh seluruh murid.

"Tugas kalian hari ini kerjakan soal evaluasi bab 4 dan dikumpulkan di meja saya"

Raskal mengangkat tangannya membuat guru itu menoleh pada lelaki itu. Kemudian Guru itu menurunkan kacamatanya.

"Kenapa Raskal?" tanyanya.

Gadis yang berdiam disamping guru itu juga ikut menoleh saat guru tersebut melontarkan nama seseorang yang selalu membuatnya kesal. Amora menatap lekat Raskal.

Lelaki itu menunjuk Amora yang membuat seisi kelas heran dengan Raskal. "Tuh boncel satu ngapain kesini bu?" tanyanya.

Guru itu menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Raskal dan melirik Amora yang mendengkus sebal, "Amora ada urusan sama saya." ucap guru tersebut.

"Tapi mata saya langsung sakit ngeliat ada kurcaci disini bu" guraunya membuat seisi kelas terkekeh kecil. Amora yang mendengar itu menggeram kesal.

"Kurcaci-kurcaci! Lo yang ketinggian kayak tiang listrik. Gak usah ngatain gue deh." desis Mora.

"Dih, tinggi gue wajar kali buat anak SMA. Lah elo? Yang tingginya cuma 152 paling, emang setara sama anak SMA?" ledeknya.

"Diam Raskal. Kerjakan tugas saya!" ucap guru itu menengahi perdebatan itu.

"Mampus!" ejek Mora tanpa suara seraya memeletkan lidahnya dan Raskal melihatnya dengan pelototan matanya.

«««

"Ish, gue kesel pake banget!" ujar Mora dengan tangan yang terkepal.

Anthea yang tadinya ingin menyuapkan mie ayam ke dalam mulutnya menoleh pada Amora. "Kenapa lagi lo?" tanyanya.

"Masa gue dikatain boncel sama Raskal."

Anthea melebarkan matanya "Anjir! Lo kenal sama Raskal?" hebohnya.

Mora mengangguk "Dia suka ngatain gue."

"Anjir lo Mor gak ngasih tau gue! Kapan deketnya?" kepo Thea.

RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang