17

1.4K 103 2
                                    

Para lelaki yang berada di pojok kantin tersebut mendengar jelas semua cacian yang dilontarkan ke gadis yang bernama Amora itu dan juga sarkasan Thea yang membuat sebagian orang itu kaget.

Junet menatap ngeri pada Thea yang sedang menusuk-nusuk baksonya dengan kasar sepertinya gadis itu membayangkan orang yang mencaci tadi sedang cosplay menjadi bakso itu.

"Gak ngerti lagi gue sama Thea, bener-bener keliatan sayang banget gak si sama Mora?" Arden menatap kagum ke Thea.

"Baru kali ini gue liat dia marah. Aseli nyeremin bos!" sahut Junet.

"Padahal Mora cuma nabrak pagar doang sampai dikatain gitu, emang kelewatan banget sih mereka. Urusan pagar kan juga bakal diganti sama Mora tapi mereka malah besar-besarin masalahnya." beo Amos.

Diam-diam Miguel tersenyum miring tanpa ada yang mengetahuinya.

Sedangkan Raskal, lelaki itu daritadi menatap orang-orang yang mencaci gadisnya seperti sedang menghafal wajah-wajah itu. Ia tak akan membalas perlakuan mereka secara terang-terangan. Itu bukan Raskal sekali namanya. Sebaliknya, ia akan membalas perlakuan mereka secara diam-diam di belakang layar nanti. Ia tersenyum penuh arti pada gadis-gadis itu.

Arden menoleh pada Raskal yang masih setia menatap orang-orang itu, "Kok lo diem aja sih Kal, pacar lo dikatain gitu."

Raskal tak membalas, ia hanya menyeringai dan lanjut memakan makanannya. Sedangkan Junet, Amos dan juga Arden merasakan hawa tak enak setelah melihat seringaian itu.

"Jangan kasar sama cewek, gertak aja."

Raskal menoleh pada Miguel saat mendengar sahabatnya itu bersuara. Lalu ia mengangguk paham dengan maksud ucapan Miguel. Ia sayang sekali dengan bundanya, mana tega ia menyakiti perempuan?

Matanya melirik saat gadis-gadis itu beranjak dari duduknya dan ingin keluar dari area kantin. Dengan cepat pula Raskal bangkit dan meletakkan uang pecahan dua puluh ribu diatas meja setelahnya pergi tanpa menunggu ucapan sahabatnya.

"Mau kemana tuh anak?" kepo Arden.

"Kebelet boker kali." jawab acuh Amos.

"Yah duitnya dua puluh rebu, tapi gak papa deh masih bisa beliin cilok depan sekolah nanti ahay." Junet dengan gerakan gesitnya mengambil uang itu lalu menyawernya depan wajah Amos.

"Bau dompet Raskal njir." pamer Junet.

"Gini nih kalau swallow dikasi nyawa." balas Amos menatap sinis Junet.

«««

Raskal mengikuti para gadis itu dari belakang. Ia berjalan santai dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya. Menatap lurus ke arah para gadis itu dengan seringaian di bibirnya. Saat gadis itu berbelok menuju koridor yang sepi, ia langsung mencegat jalan gadis itu.

"Eh Raskal? Ngapain kesini?"

"Mau ketemu aku yah?"

"Pasti dia mau ketemu gue lah!"

"Lagu lu pede cih!"

"Diem lo semua, pacar gue mau ngomong."

"Hai?" sapa Raskal.

"Halo Raskal." jawab mereka malu-malu.

"Gimana tadi, udah puas ngatain pacar gue?"

Seketika mereka langsung menegang. Mereka tak tahu jika Raskal berada di area sekolah. Pikir mereka Raskal sedang membolos. Lagipun jika Raskal membolos, ia akan tetap tahu apa yang terjadi di sekolah.

RaskalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang