Siang itu, Amora sedang berada di rumah dan bermain dengan Nala. Mora melempar bola kecil agar Nala bisa mengejarnya namun kucing kecil itu malah berleha-leha di karpet bulu yang ada di ruang tv.
Amora berkacak pinggang melihat kucingnya itu. Dirinya sudah lelah berlari kesana kemari tetapi Nala juga tak mengejarnya. Ia mendesah kesal menghampiri kucing tersebut.
"Nala! Kok kamu gak ngejar mamski sih?!"
Nala tak menjawab. Kucing itu sibuk mengesek-gesekkan badannya mencari posisi yang nyaman untuk tidur.
"Heh orang tua ngomong itu dijawab!"
Lagi, Nala tak menyahut dan mulai memejamkan matanya menikmati tidur siangnya.
"Gak mamski kasih wiskas nih?"
"Meow,"
Mora mendelik, "Dengar wiskas aja langsung jawab! Ngebadok aja taumu tuh!"
"Lan-lan, liat ada orang gila ngomong sendiri tuh." celetuk Thea yang baru saja tiba dengan Lano di kediaman Amora.
Thea maupun Lano memang tak bisa melihat Nala karena kucing kecil itu kehalang oleh sofa besar yang ada di ruang tv.
Amora menoleh saat mendengar suara Thea, "Ngapain kesini?" tanyanya.
"Oh, lo gak mau kita main kesini lagi? Ok kita—JIR LUCU ANGET SIH IHHH," Thea yang sebelumnya ingin pergi malah melotot saat melihat Nala yang sedang menjilatin kaki kecilnya. Gadis itu dengan cepat mendudukkan tubuhnya di depan Nala.
"Baru beli Mor?" tanya Lano seraya mengelus lembut bulu Nala.
"Adopsi kemarin," jawabnya.
"Namanyaa siapa?"
"Nalasa,"
"IH KOK GUE DIPELOTOTIN SIH ANJIR!" teriak Thea. Saat gadis itu mengangkat tubuh Nala ke depan wajahnya, Thea melihat Nala yang memandanginya dengan wajah tak suka.
"Dia gak mau di deketin sama titisan mimi peri soalnya," tukas Lano membuat Thea mendelik pada cowok itu.
"Diem lo tutup panci!"
"Ngapain kesini heh? Daritadi gue nanya gak ada yang jawab, gue tendang lo berdua dari rumah gue nih?" ancam Mora.
"Mau ngajakin ke opening cafe yang baru buka dekat sama sekolah itu lohhh,"
"Oh yang Artist cafe ya? Bukannya itu cafe buat para artis aja?"
"Bukanlah goblok, itu cafe yang bertema seni gituuu. Katanya kalo makan disitu bisa sambil ngelukis gitu, makanya gue ngajakin lo berdua biar ikut."
"Lo gak ada darah seninya Ya', dari dulu yang bisa lo gambar cuma dua gunung yang di tengahnya ada matahari sama sawah-sawah kecil itupun warnanya acak adul." cibir Lano.
"Ohhh, yang mataharinya diwarnain biru kan ya? AHAHAHHAH," tawa Mora.
Thea memandangi kedua sahabatnya itu dengan sinis, "Kan gue gatau harus warnain apa, jadi gue kasih warna kesukaan gue lah!" ngegas Thea.
"Emang dari dulu otak lo udah miring Ya',"
"Sialan! Gue tabok juga tuh mulut ntar,"
"Yaudah, ayo jalan! Gue bosen di rumah,"
"Lama lo Mor ngajakinnya, dah keburu mager nih gue."
"Emang situnya aja tukang tidur!"
Thea melirik ke arah Lano yang sedang memainkan ponselnya, "Lan, gendong!"
"Tau diri kek ah udah badan bongsor gitu,"
"Loh lo gak tau ya? gue kemarin menang jadi Miss Grand Indonesia jadi monmaap aja nih ya Lan," ucap Thea sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raskal
Teen FictionVOTE DAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. Raskal itu cuek dan galak ditambah ketampanannya yang tak pernah berkurang sedikit pun membuat lelaki itu menjadi cool di mata orang-orang. Bahkan tak sedikit kaum perempuan yang menyukainya. Tetapi sejak kejadi...